When Fate Happens Part 22

124 12 0
                                    

Untungnya akhirnya Areum luluh. Sebenarnya luluh karena penasaran juga dengan maksud Wendy. Tatapan Wendy tidak tampak seperti akting. Wendy tampak benar-benar tertekan. Yonggi juga selalu menenangkannya dengan tulus. Akhirnya Yonggi menceritakan semuanya. Areum tentu terkejut. Bagaimana bisa pria yang begitu dia sukai sebagai calon menantunya bisa seperti itu? Wendy juga mengatakan hal yang sama. Berusaha menyakinkan Areum. Tapi, Areum rasanya benar-benar belum bisa percaya. Jungsu sangat baik kepadanya.

“Wendy, kau benar-benar, ya! Bagaimana mungkin dia bisa melakukan itu? Eomma tidak percaya!” ucap Areum langsung setelah Wendy berusaha menyakinkannya. Itu membuat Wendy rasanya lemas.

Namun, tepat saat itu, Wendy merasakan genggaman di tangannya semakin erat. Dia menoleh ke arah Yonggi yang menatap Areum dengan serius. “Bibi, aku tidak akan menuduh seseorang tanpa bukti. Aku tidak sepengecut itu. Aku akan mendapatkan Wendy dengan cara yang baik, tidak menuduh seseorang jika memang dia tidak melakukannya,” ucap Yonggi dengan suara mengalun tegas. “Memangnya kau tidak merasa Wendy semakin kurus? Kau tidak melihatnya lebih mengambil makanan yang sedikit? Itu karena Jungsu. Dia bukan pria baik untuk Wendy. Jungsu bahkan selalu melihat Wendy sebagai pembantu setelah menikah dengannya, bukan pendamping hidupnya. Kalau kau tidak bisa percaya padaku, kau setidaknya bisa percaya kepada putrimu. Kalau kau tidak percaya kepadanya juga, ayolah, Bibi. Dia adalah putrimu. Kau mengenalnya dengan baik. Wendy tidak akan menuduh orang begitu saja.”

Wendy terkejut. Sungguh. Sepertinya ini pertama kalinya dia melihat Yonggi berbicara sepanjang ini. Yonggi melakukannya, demi dirinya, membelanya, memperjuangkan mereka, itu membuat Wendy tersenyum haru. Sedangkan Areum berdiri dari tempatnya. Menatap Yonggi dengan dingin.

“Lalu? Memangnya kau bisa membahagiakan Wendy? Kau bahkan tidak mempedulikan Wendy.”

“Aku mempedulikannya, Bibi.”

“Jika kau memang mempedulikannya, kau akan mengangkat teleponnya hari itu. Terlebih, kau juga menghajar Jungsu. Aku sudah tahu semuanya.”

“Aku menghajar Jungsu karena dia memang pantas mendapatkannya. Untuk masalah kenapa aku tidak mengangkat telepon Wendy karena ada salah satu rekan kerjaku yang kecelakaan. Aku membawanya ke rumah sakit dan berbicara dengan dokter. Itu kenapa, aku tidak mengangkatnya,” ucap Yonggi cepat. Wendy hanya menunduk, dia sudah tahu itu. Yonggi sudah menjelaskannya.

Areum sendiri terkejut. Dia menatap Yonggi, agak ragu. “Kau serius?”

Yonggi mengangguk. “Aku benar-benar tidak berbohong. Dia baru saja keluar rumah sakit hari ini. Aku minta maaf, tidak mengangkat telepon Wendy. Tapi, kumohon, jangan menikahkan Wendy dengan Jungsu. Jungsu benar-benar bukan pria baik. Jungsu tidak akan membuat Wendy bahagia. Aku berjanji, jika memang kau membiarkan aku untuk bersama lagi dengan Wendy, aku akan berusaha membahagiakan Wendy. Aku akan berusaha sebaik mungkin.”

“Oh, ya? Aku yang ragu,” ucap Areum.

Yonggi rasanya ingin memundurkan waktu. Sebenarnya, sebelum hari itu, hari Yonggi tidak mengangkat telepon, Areum sudah ragu karena melihat sikapnya dingin Yonggi kepada Wendy. Jika saja, Yonggi memang bisa mengontrol dirinya sendiri, bersikap hangat atau setidaknya tidak sedingin dan secuek biasanya. Walau memang itu susah karena Yonggi memang bukan tipe pria seperti itu. Tapi, Yonggi tahu, dia harus berusaha.

Eomma.”

Yonggi yang hendak bicara berhenti ketika Wendy sudah berbicara. Wendy menatap ke arah ibunya dengan serius. “Kumohon, berikan kesempatan dan percaya saja kepada Yonggi. Aku sendiri yakin kalau memang Yonggi bisa berubah. Yonggi bisa membahagiakanku. Aku tidak mau menikah dengan Jungsu.”

“Kau benar-benar yakin kalau Jungsu melakukannya? Bukan mengarang?”

“Bibi, apakah kau tidak melihat Wendy yang sudah makan sedikit? Semua karena Jungsu,” ucap Yonggi cepat.

When Fate HappensTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang