When Fate Happens Part 15

218 23 0
                                    

"Backstreetmu dan Jungkook berjalan baik?"

Linzy melebarkan mata. Dia buru-buru menutup bibir Jisoo yang memang tidak bisa dijaga. Jisoo memang orang yang spontan dan itu membahayakan. Linzy mengedarkan pandangan, menghela napas lega karena tidak ada siapapun disini. Tepatnya di sekitar mereka. Dia sedang latihan dan hari ini Jisoo menemaninya sampai ayah dan ibunya memintanya pulang.

Ayah dan ibunya meminta Jisoo jangan pulang dulu karena mereka berdua sedang sibuk berkencan. Tepatnya ayahnya. Ayahnya akan mengatakan, Jisoo hendak menemani Linzy latihan hari ini. Tidak masalah juga, besok Linzy juga sudah akan lomba. Ini latihan terakhirnya sebelum lomba besok dan sekarang sedang istirahat. Akhirnya persiapannya sudah selesai dan besok akhirnya lomba. Mereka akan libur setelah ini. Sebenarnya juga diberikan libur, sampai persiapannya sudah selesai, setelah selesai, mereka kembali dipanggil dan besok akan lomba sebelum nanti libur lagi.

Aneh memang. Tapi itu yang dikatakan kepala sekolah setelah rapat dengan guru-guru lain dan disetujui oleh mayoritas siswa disini.

"Jisoo, jangan keras-keras," kesalnya seraya menurunkan tangannya.

Jisoo terkekeh, mengeluarkan dua jarinya berbentuk V. "Maafkan aku. Hanya saja, aku sangat penasaran. Aku ingin bertanya, tapi aku izin akhir-akhir ini karena harus ke rumah saudara. Waktu itu kalian berdua bertemu kan?" Linzy memang sudah memberitahu Jisoo duluan dan Jisoo harus menyimpan rahasia ini rapat-rapat.

Linzy menggumam. "Iya. Berjalan baik. Hanya saja, aku menceritakan kepadanya tentang Hyunjin," jawabnya dengan wajah mendadak lesu.

"Ah iya, aku hampir lupa menanyakan ini." Jisoo mengangkat sebelah alisnya. Menjadi penasaran. Dia mendekat pada Linzy. "Kenapa kau menceritakannya? Tumben sekali. Biasanya kan kau menyembunyikannya," tanyanya penasaran, sudah hafal tabiat sahabatnya itu.

"Kemarin Jungkook sengaja sekali membuatku cemburu. Dia mendapatkan banyak pesan dari wanita katanya, aku ingin balas dengan membuatnya cemburu juga. Jadi, ya seperti itu." Linzy meminum airnya. Menoleh pada Jisoo. "Dia menjadi cemburu ada Hyunjin. Aku sudah meyakinkan aku tidak akan luluh. Aku kan hanta mencintai Jungkook. Jungkook sudah memintaku berjanji dan kami kembali tertawa dan melanjutkan obrolan."

"Bukankah itu bagus? Artinya Jungkook percaya padamu."

"Iya, tapi kurasa tidak seperti itu," jawab Linzy dengan raut wajah yang perlahan berubah.

Jisoo mengerutkan kening. "Maksudmu?"

Linzy menunduk, memainkan botolnya yang ada di genggamannya. "Jungkook menyembunyikannya dariku. Aku rasa, dia khawatir kalau sampai Hyunjin berhasil meluluhkan hatiku. Terlebih dia tidak satu sekolah lagi. Dia khawatir, tapi berusaha menutupinya. Aku tahu. Padahal kan aku benar-benar tidak menyukai Hyunjin. Dia menjadi semakin rajin mengirimkan pesan."

Jisoo terdiam sejenak, tengah berpikir sekaligus menganalisa. Setelahnya dia mengangguk beberapa kali. "Benar. Kurasa, Jungkook memang masih khawatir. Tentu saja. Hyunjin itu kan sempurna juga. Terlebih kalian tidak satu sekolah, dikatakan putus, backstreet. Wajar saja kalau Jungkook khawatir." Jisoo menyampaikan pemikirannya.

Linzy menghela napasnya. Merasa khawatir juga dengan Jungkook. "Iya, tapi-"

"Lin! Sudah selesai?!"

Linzy menghentikan ucapannya ketika teman satu rekannya memanggil, mereka harus latihan lagi. Mereka latihan lebih keras hari ini. Setelah menjawab 'sudah' dia segera pergi dan latihan lagi. Jisoo hanya mendengus karena topiknya berhenti, padahal masih banyak yang ingin dia tanyakan. Dia memilih bermain ponsel. Namun dia berhenti memainkan ponselnya ketika mendadak ada telepon masuk.

When Fate HappensTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang