When Fate Happens

When Fate Happens Part 16

“Oppa, tolong maafkan aku, ya. Aku tadi benar-benar tidak tahu kalau Jisoo mengatakan semua itu kepadamu. Tolong maafkan Jisoo juga, ya. Dia memang menyebalkan.”

Jungkook mengangguk dengan senyumannya ketika Linzy meminta maaf karena perbuatan Jisoo. Padahal menurut Jungkook, Linzy tidak salah. Untuk apa dia meminta maaf? Yang harus disalahkan memang Jisoo. Gadis itu sudah membuatnya panik setengah mati tadi. Jungkook mengelus tangan Linzy yang sekarang ada di genggamannya membuat para gadis yang melihatnya pasti menjadi iri melihatnya. Tentu saja. Siapa yang tidak iri memiliki pacar tampan, pintar, nyaris sempurna seperti Jungkook?

“Bukan salahmu, Sayang. Untuk apa kau meminta maaf?” tanya Jungkook dengan lembutnya membuat Linzy tersenyum malu. Sebutan ‘Sayang’ Jungkook memiliki kesan tersendiri yang membuat pipi Linzy mampu memerah dengan mudahnya. “Lin,” panggil Jungkook.

Linzy mendongak. “Iya?”

“Apakah kau rasa kita harus menghentikannya?”

Kening Linzy berkerut. Bingung. “Maksudmu?”

“Back street kita. Entah mengapa, kurasa kita lebih baik berhenti dan menjalani hubungan seperti dulu. Terbuka. Setidaknya dengan begini, aku tidak perlu menunggu atau bisa melihatmu, memperhatikan keadaanmu secara langsung. Tidak perlu seperti tadi. Aku harus menahan diriku sendiri untuk tidak masuk dan melihat keadaanmu. Bukankah aku kekasihmu? Aku tentu berhak.”

“Iya. Kau memang berhak.”

“Iya. Aku memikirkannya dan aku rasa mungkin hentikan saja hubungan back streetnya. Aku—” Jungkook menghentikan ucapannya kala dia mengingat alasannya memulai hubungan diam-diam ini. Jungkook seketika menjadi ragu. Ah, ya.

Melihat Jungkook yang diam membuat kening Linzy berkerut. “Kau baik-baik saja?” tanya Linzy seraya mempererat genggaman tangannya dan Jungkook.

Jungkook menggeleng. Kemudian memandang Linzy. “Sepertinya aku harus tarik kata-kataku. Aku hanya takut, Linzy. Aku takut jika hubungan kita dipublikasikan lagi, semua tahu, kau akan mendapat bahaya lagi. Ada baiknya jangan. Kita tetap menjalani hubungan ini saja. Mungkin sampai keadaan sudah membaik.”

Linzy seketika menjadi lesu. Sejujurnya, Linzy tidak suka hubungan back street ini. Benar kata Jungkook. Seakan-akan mereka tidak bebas untuk bertemu. Linzy menatap Jungkook lesu.

“Jika keadaannya sama saja atau bahkan lebih buruk?” tanya Linzy dengan tatapan sendunya.

Jungkook membalasnya dengan tatapan serius, tapi juga ada penyesalan dan tidak rela untuk mengatakannya—terpaksa. “Maka kita harus menjalaninya sampai kau lulus sekolah.”

***

Beberapa hari sudah berlalu dan Yonggi bekerja lagi hari ini. Dia tidak semangat. Benar-benar tidak. Yonggi ingat ketika hubungannya dengan Wendy masih sama, maka Wendy akan datang ketika sempat dan berusaha menganggunya atau membuatnya lebih baik. Ya, walau Yonggi tidak menggubrisnya, sejujurnya, Yonggi menyukainya, itu membuat suasana hatinya lebih baik. Tapi sekarang, Wendy benar-benar tidak tahu di mana. Wendy bersama Jungsu dan Yonggi menyesalinya. Andai saja dia mengangkat teleponnya hari itu. Tidak akan seperti ini.

“Sayang, masuklah. Kenapa kau hanya diam saja di depan? Kau takut dengan pria itu? Aku akan melindungimu.”

Suara itu membuat Yonggi tersadarkan. Dia langsung menoleh ke arah pintu masuk supermarket tempatnya bekerja dan terkejut menemukan Jungsu disana. Jungsu seperti menarik seseorang, mendesaknya agar segera masuk. Yonggi terkejut ketika menemukan Wendy yang ternyata ditarik masuk oleh Jungsu.

Wendy menundukkan kepalanya, tidak mau menatap Yonggi sama sekali. Jelas sekali dia terpaksa kemari dan dipaksa Jungsu.

“Oke, Sayang. Di supermarket ini cukup besar, pilih saja apapun yang kau mau. Aku akan membelikannya untukmu. Aku sepertinya ingin berbicara dengan kasir ini,” ucap Jungsu seraya memandang Yonggi rendah. Jungsu juga melepas pegangan tangannya di pergelangan tangan Wendy. Yonggi hanya berusaha untuk mengontrol emosinya.