.
.
.
.
.
✧;── Happy Reading ──; ✧Sean memutar bola matanya malas setelah punggung wanita judes itu tidak terlihat lagi. Beberapa kali ia mengucapkan kata 'amit-amit' dalam hatinya karena baginya Zeline adalah tipikal orang yang akan banyak menyusahkan ditambah sikapnya yang bisa Sean nilai buruk.
"Buset, muka lo nggak demen banget liat dia kemari?" Agam mengawali pembicaraan dan semuanya mulai fokus pada Sean.
"Demi alek gue mual banget liat muka tu bocah! Agak anjir juga, memang anjir si." Sean tak henti menuangkan unek-uneknya itu kepada semua temannya.
Samuel tersenyum. "Cantik lho dia."
"KATARAK MATA LO!" Sean berteriak membuat semua temannya kaget.
"Astaghfirullah brother, its school, keep halal," ucapan itu keluar dari mulut Maraka, sangat tidak kreatif karena terus berdialog dengan kalimat yang sama.
"Gam, beli teh gelas gih!" Cakra mengeluarkan uang dua ribu rupiah dari sakunya itu.
Agam menerima dengan lapang dada.
"Anjir dua rebu! Beliin gue sekalian kek." Maraka kesal karena ia pikir ia juga butuh air agar tidak dehidrasi.
Samuel menonyor kepala Maraka, mencoba tetap santuy walau hati ingin sekali membuang Maraka ke rawa-rawa.
"Tadi lu beristighfar, sekarang anjir-anjir," keluh Samuel dengan nada kesal.
"Mau nitip nggak anjir?! Cepet gue juga mau sekalian beli yakult," tanya Agam sedikit sewot kepada Maraka.
Logan yang daritadi diam kini mulai mengucapkan sepatah kata. "Ceileh yakult."
"Gue mah pecinta usus bukan pecinta wanita," jawab Agam spontan kemudian segera bangun dari duduknya.
"Yaelah Gam, talangin dulu ngapa." Maraka merengek membuat Agam geli dan mual melihatnya.
"Maraka brengsek!" umpat Agam kemudian berlari kecil meninggalkan temannya untuk pergi ke kantin.
"Fabian bebas." Wira mengucapkan dua kata itu dengan nada santai kemudian melipat kedua tangannya di dada dan bersandar di kursi yang ia duduki.
Semua pasang mata kini memandang Wira dengan tatapan tak percaya, pasalnya Wira sering lost connect atau bahasa gaulnya 'ngebug' lah.
"Serius?" suara khas yang keluar dari mulut sang ketua geng Devil's Tribe itu membuat suasana menjadi semakin hening, tidak ada yang bisa menjawab pertanyaan simpel dari lelaki bernama Bara.
"Itu dugaan. Tapi kayaknya iya, secara ini udah sebulan lebih," jawab Sean mewakili teman-temannya itu.
Bara tak bergeming dengan ucapan Sean tadi, inilah Bara. Lelaki cuek, dingin, dan sangat tidak peduli dengan sekitar ini sering disebut juga king devil karena sikapnya yang benar-benar tidak peduli dan juga sangat keras.
Hanya orang-orang tertentu yang bisa berbicara dan berinteraksi sefrekuensi dengan lelaki tampan ini. Baginya dia tidak butuh orang lain, tetapi orang lain yang membutuhkan dirinya.
Bara juga tipikal orang yang sedikit sensitif jika disinggung hal-hal pribadi tentangnya. Tak segan ia akan menyiksa siapapun orang yang menjadikan hal pribadinya buah bibir di sekolah yang notabenenya adalah sekolah milik papanya ini.
Karena ia adalah anak pemilik sekolah, ia juga menjadi primadona dan menjadi bintang di sekolah besar ini.
"Wajarlah kalo Fabian bebas, dia juga kalangan atas," Sean mengungkapkan dugaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
APLISTIA [END]
Mystery / Thriller⚠️Belum direvisi⚠️ Kisah dimulai dengan banyak teka-teki. Sebelumnya, selamat datang di Batara High School, sekolah megah dengan karakter siswa siswi yang beraneka ragam. Ada anak baru yang mempunyai kepercayaan diri tinggi, ada gadis yang berjuang...