APLISTIA 14

459 75 16
                                    

Enggal Vote!

Hai~ Sebelum membaca, ada sedikit cuap-cuap dari kami para Author APLISTIA.

Kami ingin mengucapkan banyak terima kasih untuk kalian semua yang sudah membaca sampai sejauh ini. Terima kasih juga, karena berkat Tik Tok, cerita ini tembus 3k dalam beberapa hari kebelakang. Kami ucapkan terima kasih lagi, atas antusias kalian dan terima kasih lagi dan lagi untuk yang sudah vote serta memberi komentar di cerita kami.

Sorry, jika cerita kami masih banyak kesalahan dan mohon dimaklumi karena kami ini, Author yang masih banyak kekurangan: )

And ... i hope, kalian tetap baca cerita kami sampai ending ya gais.

Masih banyak plot twist yang bakal bermunculan dan pemecahan kasus kematian Lino uang sampai saat ini masih dicari-cari.

Kira-kira, siapa yang bunuh Lino?

Sejauh ini, siapa karakter favorit kalian?

Jangan lupa untuk rekomendasi story ini ke teman-teman kalian juga ya....

TERIMA KASIH BANYAK-BANYAK DARI KAMI SEMUA!!!!♡

✧;── Happy Reading ──; ✧


Sebuah harapan membuatnya yakin bisa mengali kebenaran yang telah tertimbun cukup lama. Walaupun kehebatan mereka dalam membungkam, mereka tak akan bisa membungkam langit saksi bisu drama pembunuhan itu. Mereka yang tidak bisu, tidak akan pernah bisa diam begitu saja. Akan ada saatnya semua fakta itu terungkap dan akan pula dipastikan itu keluar dari mulut mereka yang tak menolak dibisukan.

Mereka mungkin memiliki kuasa hebat akan hal kejam yang telah mereka lakulan. Namun, mereka tak tahu jika laki-laki yang mereka rampas jiwanya hingga penuh duka cita itu, lebih memiliki kuasa yang jauh di atas mereka. Tak ada alasan untuknya tidak membela sang korban, dengan segala kesenduan ia menceritakan kemalangan saat-saat terkahir dalam hidupnya, hingga ia melihat tubuhnya yang tergelatak diangkat oleh beberapa orang, sedang dia tidak bisa apa-apa saat menyaksikannya.

Kembali menyadarkan diri, ia fokuskan lagi netra tajam itu mengarah pada sang arwah mengenaskan yang duduk menunduk di hadapannya.

"Gimana dong, cuman itu yang gue temuin di HP Rhea," ucapnya menunduk, tak bisa menyambunyikan rasa bersalah telah membuahkan kekecewaan.

"Nggak papa, ini bukan misi yang gampang. Ze, sebelumnya maaf gue nggak sungkan buat ngrepotin lo dan gue nggak akan pernah nyuruh lo buat berhenti sama misi ini." Kesungguhan yang terucap dari mulut Lino itu membuat Zeline kembali mendongak.

"Hehe, agak egois, ya ...," tutur zeline terkekeh garing. Ia tak bisa bercanda untuk saat ini. Bagaimana Zeline mau bercanda jika aura dendam yang begitu ambis terlihat jelas di mata Lino?

Ucapan Lino sepintas itu benar-benar sedikit mengores hatinya. Tak bisa berpikir jernih, Zeline merasa Lino tidak memikirkannya, tidak memikirkan apa yang akan terjadi padanya nanti jika ia membantu Lino seorang diri. Zeline bisa saja terancam bahaya, tapi ucapan Lino itu, membuat Zeline merasa tidak diberi jaminan agar tetap aman dan terlindungi.

"Maaf," ucap Lino dengan kegundahan yang terlihat jelas. Zeline adalah harapan satu-satunya yang dapat membantunya menguak fakta sebelum semuanya menjadi hilang.

"Kayaknya kita perlu bicara ulang. Kita mulai lagi bicara dari awal," ucapnya menatap Lino. "Tempo lalu, saat gue bilang 'iya' mau bantu lo, di situ gue nggak menyertakan janji. Yah, walau gitu bukan berarti gue bisa seenaknya mundur. Sebisa mungkin gue bakal bantu lo sampai tuntas. Tapi, Lino ...." Zeline menggantungkan ucapannya.

APLISTIA  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang