APLISTIA 53-END

270 45 46
                                    

✧;── Happy Reading ──; ✧

Setelah Yudha tertangkap, teman-teman yang lainnya mencari keberadaan Bara di sekitar sana. Setelah menemukan pembatas jalan yang rusak seperti ada kendaraan yang menerobos mereka beranggapan bahwa Bara dan yang lain mengalami kecelakaan dan masuk jurang.

"Apa mungkin mereka kecelaan dan mobilnya masuk jurang?" ucap Sean mengamati sekitar.

"Kalo begitu tunggu apa lagi? Ayo kita turun!" seru Fabian menginterupsi.

Polisi pun ikut membantu mereka turun ke dasar jurang yang sangat terjal ini. Saat di tengah-tengah perjalanan di bawah sana mereka tiba-tiba mendengar suara ledakan dengan cahaya api yang mereka lihat dengan jelas.

"Itu mobil yang dibawa Bara woy!!" teriak Sean yang berjalan di depan sana. Mereka langsung berlari ke arah sana dengan bantuan senter pada ponsel masing-masing.

"Tahan semuanya! Tidak ada yang boleh mendekat karena ini berbahaya!" Polisi menghadang mereka.

"Tapi teman-teman kita ada di dalam sana!" teriak Maraka murka.

"Kita tidak tau di dalam sana ada korban atau tidak! Kalian semuanya tenang. Kita sedang memanggil petugas yang lain," jelas pak polisi tadi.

"Alah!! Persetan dengan bahaya gue cuman mau nyelametin sahabat gue!" ujar Fabian mendorong polisi tersebut dan langsung berlari mendekati sekitar mobil yang terbakar tadi.

"Fabian!" teriak teman-temannya berusaha mencegah. Namun, pada akhirnya mereka pun ikut turun mencari Bara dan yang lainnya.

"Bara!" Fabian berteriak memanggil nama Bara, berharap Bara mendengarnya dan menjawab. Tetapi tak ada jawaban apa pun yang didapatnya, Fabian hanya mendengar suara teman-temannya yang juga ikut mendekat.

"Astaga, Zen! Bara!" Teriak Fabian histeris saat melihat tubuh Bara dan Zen tergeletak di bawah sana.

"Woy!! Mereka selamat!" Fabian kembali berteriak membuat teman-temannya ikut menghampiri.

Tak sampai di situ, setelah petugas membawa Bara dan Zen ke rumah sakit, mereka lanjut mencari Zeline yang ternyata dia terpental jauh ke bawah sana, berada di dekat sungai yang mengalir deras, untung saja masih di tepi dan untungnya lagi Zeline bersama yang lainnya sudah keluar dari mobil yang sempat mereka tumpangi.

Mungkin berkat kebaikkan zeline selama ini yang menolong Lino mati-matian, Tuhan masih memberikan Zeline kesadaran ke dua untuk bisa bergerak keluar dari mobil. Walau saat kakinya menampaki tanah nyaris di detik-detik mobil meledak, tapi keberuntungan lagi-lagi menyertai Zeline. Gadis itu bisa menjauh dari sana dengan nyeri tubuh yang tak tertahankan sampai akhirnya kesadarannya kembali menghilang bersamaan pikirannya yang tak berhenti memikirkan Zen.

Setelah ditemukannya Zeline para petugas dan anak-anak yang ikut mencari Zeline, mereka langsung membawa Zeline ke rumah sakit yang sama dengan Bara dan Zen. Sepertinya jika dilihat-lihat kondisi Zeline adalah yang lebih parah dari yang lainnya bahkan kepalanya sampai terluka parah dan mengalir cukup banyak darah. Sehingga mereka cepat-cepat membawa Zeline agar diberi penangganan yang lebih intensif sebelum gadis itu kehilangan begitu banyak darah.

***

Satu Minggu berlalu. Tak ada tanda-tanda tentang sadarnya Zeline, dia koma selama satu Minggu ini, semua orang menghawatirkannya. Termasuk seorang pria yang tengah berbaring di atas brankar dengan mengenakan baju khusus untuk pasien. Dia bangun dari tempat tidurnya, lalu berjalan keluar sambil membawa selang infusnya, Bara berniat ke ruangan Zeline yang satu Minggu ini selalu ia kunjungi.

APLISTIA  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang