APLISTIA 8

450 73 93
                                    

Hai lagii~
Jangan lupa pencet bintang⭐

✧;── Happy Reading ──; ✧

Netranya menatap tajam pemandangan yang jauh di hadapannya. Sesekali ia menajamkan matanya saat ada sepercik perasaan jengkel yang menumbuk batinnya. Bibirnya bergerak geram, lagaknya siap menerjang siapapun yang telah mengusik jiwanya. Tak mau berlama-lama ia melangkah menghampiri seseorang yang sudah membuatnya panas itu.

"Ngapain lo sama dia?" Pertanyaan sinis itu terlontar begitu saja dari mulut Sela setelah dirinya berada di hadapan Fabian dan Devira.

"Habis dari UKS nganterin dia," jawab Fabian seraya menunjuk Devira menggunakan dagunya.

Dengan gaya bersedekap dada, Sela melirik lutut Devira yang terdapat plaster di sana. "Harus banget dianter?"

"Dia temen lo, kan?" sebelum menjawab pertanyaan Sela, Fabian balik bertanya kepada Sela.

Sela tersenyum sinis. "Emang kenapa? Karena dia temen gue, jadi lo bebas nganter dia gitu? Emang lo yang bikin dia luka?" tanya Sela. Mereka terus saja saling melontarkan pertanyaan.

"Apa salahnya nolong orang?" tanya Fabian.

"Nggak usah deket-deket sama Devira!" seru Sela memperingati.

"Kok lo ngatur?" Lagi-lagi Fabian bertanya.

"Kenapa emang? Gue berhak ngatur lo! Kalau lo nggak mau nurut, mending gue yang jauhin lo!" Sela mengancam Fabian lantas pergi dari sana bertepatan dengan bel masuk yang berbunyi.

Lain dari Sela yang memasuki kelas dengan wajah kesal, Zeline justru kembali menuju kelasnya dengan tergesa-gesa saat tak sengaja melihat Rekka yang berjalan di dekat lapangan. Zeline tebak Rekka pasti sedang mencarinya karena itu, Zeline langsung menuju kelas sebelum guru memasuki kelasnya, biarkan saja Rekka mencarinya sampai ke dunia fantasi sekali pun, dia akan tetap kembali ke kelas. Untung saja Zeline lebih cepat sampai kelas karena bersamaan dengan Bu Hanik yang akan menuju kelasnya.

Bu Hanik berjalan santai menuju kelas, dengan jarak lima meter dari pintu kelas sudah terdengar rusuh di dalam sana seperti biasa mereka pasti habis bergosip ria atau bermain game, dan suara rusuh tersebut karena mereka yang berlari menuju tempat duduknya masing-masing membuat beberapa meja dan kursi tergeser saling beradu sampai membuat bunyi yang begitu gaduh.
Zeline berjalan santai memasuki kelas setelah Bu Hanik lebih dulu memasuki kelasnya, tanpa memperdulikan tatapan mereka yang menatapnya horor, Zeline berjalan menuju tempat duduknya.

"Mau caper ceritanya, pake panggil guru segala," cibir Sean yang duduk di depan, deretan mejanya sama dengan Zeline.

Tak memperdulikan ucapan Sean, Zeline memilih diam dan mengambil buku mata pelajaran dari dalam tasnya lalu mendengarkan penjelasan Bu Hanik tentang pelajaran hari ini, Zeline rasa Sean itu adalah lelaki setengah perempuan karena sikapnya pada Zeline selalu sensian seperti gadis sedang menstruasi. Baru kali ini Zeline kena fitnah tapi tidak marah, sebuah apresiasi dalam hidup seorang Zeline.

Beberapa menit kemudian seseorang mengetuk pintu kelas membuat para penghuni kelas mengalihkan pandangannya, di sana Rekka berdiri Zeline berusaha menahan tawanya dikala Rekka menatapnya kesal tidak apa-apa sesekali Zeline memberinya pelajaran sebagai balasan karena Rekka yang sering mengganggunya.

"Rekka kenapa kamu telat masuk kelas?" tanya Bu Hanik berkacak pinggang.

"Maaf Bu tadi perut saya sakit, habis dari kamar mandi," jawab Rekka bohong sambil memegangi perutnya agar aktingnya terlihat lebih mulus.

"Yasudah kamu duduk sana," suruh Bu Hanik, Rekka berjalan menuju kursinya sedikit melirik Zeline yang benar-benar sedang menahan tawanya.

Pelajaran pun kembali berlanjut, suasana kelas hening sementara. Mereka sibuk mencatat dan mencoba mengerjakan beberapa soal yang diberikan oleh Bu Hanik, biasanya beberapa murid akan dipanggil untuk mengerjakannya di depan.

APLISTIA  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang