✧;── Happy Reading ──; ✧
-
-Untuk waktu yang sangat lama, Zeline dibuat berpikir dalam oleh slayer yang masih ada di dalam gengamannya itu. Antara percaya dan tidak percaya terhadap dugaanya yang sejak ia tersadar arti gelap dibalik slayer milik Bara itu.
Saat ini Zeline duduk di rooftop seperti biasa. Lalu Zeline menyipitkan sedikit matanya, kembali mengamati slayer milik Bara yang kini ia bentangkan, dan setelah beberapa hari lamanya slayer itu berada di tangannya, Zeline masih enggan mengembalikannya pada Bara.
Entah mengapa kecurigaannya yang kemarin sempat mengudara, kini kembali menyeruak ke permukaan. Zeline kembali meragukan Bara, meskipun hati kecilnya sendiri juga menampik jika Bara setega itu membunuh Lino. Ah, rasanya Zeline berlebihan jika langsung menduga jika Bara pembunuhnya. Maka dari itu, penyelidikan harus dilakukan lebih lanjut lagi.
Perihal slayer itu juga telah Zeline adukan kepada Fabian, dan laki-laki itu masih memintanya untuk tetap mengamati pergerakan Bara yang mungkin terlihat mencurigakan.
Dan anehnya, belakangan ini Zeline justru menyukai misinya untuk terus mendekati Bara. Apalagi semakin hari, sikap Bara saat memperlakukannya terasa berbeda. Sebut saja Zeline terlalu percaya diri, karena ia merasa kini Bara telah benar-benar menyukainya.
★ ━━─ ・☠☠☠━━━ ☆
Zeline yang baru saja akan masuk ke kelas sambil berjalan santai seraya menggulir ponselnya yang tengah menampilkan beranda instagram membuatnya berjalan dengan kurang hati-hati. Fatalnya, tiba-tiba saja ia merasa keningnya terantuk sesuatu yang terasa keras dan membuat keningnya terasa nyut-nyutan.
"Aww, jidat kebanggaan gue," ringis Zeline mengaduh dramatis, membuat sang pemilik punggung yang Zeline tabrak berbalik dan menatapnya.
"Makannya lain kali kalau jalan nggak usah sambil tutup mata," ujar Bara terdengar sarkas. Namun, berkebalikan dengan ucapannya, Bara justru berjalan mendekat ke arah Zeline membuat gadis itu refleks memundurkan langkahnya dengan waspada.
"Mau ngapain lo, Bar?" bingung Zeline saat Bara semakin mendekat.
"Jidat lo bengkak, kayak abis dicium tawon," kata Bara sambil menekan-nekan pelan kening Zeline yang terantuk punggungnya tadi.
Sementara Zeline sudah mati gaya. Bara selalu berhasil membuatnya terdiam disaat dirinya sebenarnya tak pernah bisa sediam ini.
Sementara Sela yang juga baru datang dan justru melihat Bara yang tampak begitu telaten mengurut kening Zeline, membuat Sela menahan geram. Sela bahkan mengepalkan tangannya hingga buku tangan-tangannya memutih.
"Apa sih ngehalangin jalan banget," ucap Sela yang dengan sengaja berjalan di tengah-tengah Zeline dan Bara. Bahkan Sela juga dengan sengaja menginjak kaki Zeline dengan telapak sepatunya yang keras.
"Anj! Sakit woi! Sini lo Sel, cari masalah mulu lo!" seru Zeline yang kini sudah menyusul langkah Sela.
"Maksud lo apa nginjak-nginjak kaki gue?" gertak Zeline seraya menendang kaki meja Sela, membuat Sela diam-diam tersentak dan merasa cemas. Namun, gadis itu berusaha menyembunyikannya.
"Siapa suruh ngehalangi jalan gue?" ujar Sela yang masih berusaha tenang sambil memainkan kuku.
"Kalau ngomong tuh tatap dong mata gue, pake nunduk segala, takut lo?" cecar Zeline seraya mengangkat dagu Sela membuat gadis itu menyiratkan tatapan penuh kebencian.
"Cih, ngapain lo megang-megang dagu gue? Cewek caper dan kecentilan kayak lo bahkan nggak punya hak buat terlalu dekat sama gue!" sentak Sela seraya mengeluarkan tisu basah dan mengelap dagunya yang tadi baru saja dipegang Zeline.
KAMU SEDANG MEMBACA
APLISTIA [END]
Mystery / Thriller⚠️Belum direvisi⚠️ Kisah dimulai dengan banyak teka-teki. Sebelumnya, selamat datang di Batara High School, sekolah megah dengan karakter siswa siswi yang beraneka ragam. Ada anak baru yang mempunyai kepercayaan diri tinggi, ada gadis yang berjuang...