APLISTIA 15

380 72 47
                                    

#PELITA(PECINTA APLISTIA)

✧;── Happy Reading ──; ✧


Di tengah-tengah perjalanan, Fabian dihentikan oleh dering ponsel yang beberapa kali berbunyi. Merasa panggilan itu penting, karena tak henti-hentinya berdering pun akhirnya membuat Fabian mengalah, lalu menepikan motornya di pinggir jalan. Setelah itu, Fabian merogoh ponselnya di dalam saku. Ia menghela napas setelah nama Sela yang tertera di layar. Gadis itu selalu saja menganggunya.

Firasat Fabian sudah bisa menebak apa yang akan terjadi, padahal kali ini Fabian tidak bisa diganggu. Ia ditunggu teman-temannya terlebih Rega yang pasti menunggu penjelasan darinya. Ia tidak mau, jika hal itu gagal, nanti teman-temannya jadi hilang kepercayaan kepadanya.

"Apa?!" jawab Fabian dengan intonasi kesal, hal itu membuat Sela mendengus di seberang sana.

"Gabisa, Sel. Gue ada urusan," kata Fabian menyahut sabar.

"Please kali ini lo ngertiin gue," katanya lagi memohon. Namun, sepertinya Sela di sana keukeuh dan berhasil membuat Fabian mengalah, karena terbukti Fabian kini berdecak seraya melajukan motornya kembali menuju tempat yang Sela maksud barusan di telepon.

Fabian menghentikan motornya di depan butik. Tak mau berlama-lama ia langsung masuk ke dalam sana dengan buru-buru. Ia masih memikirkan janjinya kepada teman-temannya tadi, maka dari itu Fabian tidak ingin terlalu membuang-mbuang waktu.

"Mbak Selanya kemana?" tanya Fabian pada karyawan di butik itu.

"Oh Mbak Sala sudah pulang, Mas. Tadi Mbak Sela sempat pesan, kalau Mas Bian datang, suruh langsung pulang saja. Karena ada hal penting yang mau dibicarain," jawab karyawan itu.

Mendengar itu, Fabian kembali berdecak kesal. Ia merasa dipermainkan oleh Sela, dan Sela memang tidak pernah mencoba pengertian kepadanya, hal itu membuat Fabian kadang merasa kesal. Tapi, walau begitu ia tak pernah menyangkal jika ia menyayangi Sela meski sikapnya kadang membuat Fabian jengkel.

Sekarang Fabian sampai di sebuah rumah besar dengan cat berwarna putih dengan sedikit motif disebagian tembok rumah itu. Lagi-lagi Fabian berjalan dengan langkah buru-buru memasuki rumah itu.

"Lo apa-apaan sih? Kalau taunya di rumah kenapa nyuruh gue ke butik?" tanya Fabian langsung karena setelah masuk ia langsung bertemu Sela.

"Tuh, Mah. Fabian sering marahin Sela sekarang," adu Sela kepada Mamanya.

"Lagian lo ngeselin!" kata Bian membela diri.

"Hello jujur aja kali kalau lo sering marah ke gue karena cewek itu!" tuding Sela yang memancing emosi Fabian.

"Jangan bawa-bawa Devira di depan Mama!" kata Fabian memperingati Sela.

"Why? Lo takut nggak kebela karena alasan lo marahin gue karena cewek itu?" tanya Sela semakin jadi.

"Sel, jangan mulai!" lagi-lagi Fabian memperingati.

"Ini lagi bahas siapa sih? Cewek siapa? Kenapa bawa-bawa orang yang nggak di sini?" tanya Jiwa nyeletuk pertengkaran Sela dan Fabian.

"Tuh, Kan. Emang Sela nih yang suka bawa-bawa orang yang ngga ada sangkut pautnya," kata Fabian gencar, karena merasa dapat belaan.

"Lo mojokin gue?" tanya Sela merasa tidak habis pikir.

"Sejak kapan anak kembar Papa suka berantem?" tanya Raga menyela pertengkaran Sela dan Fabian.

"Sejak Fabian-"

"Ini kenapa Fabian di suruh pulang?" tanya Fabian memotong ucapan Sela. Ia tidak mau jika Sela meneruskan ucapannya karena Fabian tau ucapan itu, adalah ucapan jelek tentang Devira yang akan Sela adukan kepada Papanya.

APLISTIA  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang