✧;── Happy Reading ──; ✧"Jadi selama ini lo nyelidikin kasus Lino? Dan lo nyembunyiin itu dari gue?"
"Ha?"
"Gue denger jelas Zeline, barusan lo ngomong apa!" ucapnya karena melihat respon Zeline yang seolah ingin mengelak.
"Anu ... itu." Zeline yang gagap saat menjawab pun melirik Fabian, ingin meminta bantuan dari cowok itu.
"Bilang aja. Udah terlanjur. Asal dia ngga bocor," kata Fabian berbisik. Kemudian cowok itu pergi dari sana, membiarkan Zeline dan Rekka berbicara empat mata.
Rekka, gadis yang tidak sengaja memergoki Zeline sedang berbicara dengan Fabian, menatap Zeline antara enak dan nggak enak. Ia terdiam, meski jiwa ingin tahunya meronta. Namun, ia sadar jika pembahasan mereka tadi itu pasti sebuah rahasia dan Rekka sudah lancang mendengarnya.
"Kalau lo nggak mau cerita nggak papa. Sorry gue lancang dengerin pembahasan kalian. Tapi sumpah tadi gue nggak sengaja. Lo tau sendiri gue sering nyariin lo kalau lo nggak ada. Terus tadi ada yang bilang kalau lo naik tangga rooftop," ucap Rekka menjelaskan kronologi ia bisa sampai di sana dan mendengar obrolan Fabian dan Zeline.
"Jadi lo pengen tau?" tanya Zeline menatap Rekka.
Mendengar itu Rekka mengangguk dengan semangat. Namun, detik berikutnya ia memelankan gelengannya setelah sadar jika ia terlalu frontal mengekspresikan rasa ingin tahunya.
"Ya, ya, gue sih terserah lo," kata Rekka yang aslinya ia ingin mengatakan, "Mau bangettt. Plis cepet cerita ke gue!"
Zeline mengulum bibirnya sebelum bercerita karena itu akan memakan waktu cukup banyak dan panjang. Apa lagi beberapa menit lagi bel masuk akan berbunyi, sehingga Zeline harus cerita sesingkat mungkin.
"Iya gue nyelidikin kasus Lino," kata Zeline memulai cerita.
"Udah nggak kaget. Udah denger soalnya tadi. Tapi, yang gue heran kenapa lo nyelidikin kasusnya Lino? Kan, lo nggak kenal? Tau Lino aja dari gue. Ya, kan? Hayo, kenapa tuh? Oh Jangan-jangan pas lo maksa gue ke rumah Rhea itu buat ini? Ze, sumpah akhirnya gue bisa tidur nyenyak. Udah lama banget gue penasaran soal itu--"
"Bisa diem nggak?! Ini gue mau cerita!" potong Zeline yang kesal karena Rekka nyerocos tiada henti.
"Oke, oke, lanjut hehe," ucap Rekka cengegesan sendiri.
"Seperti yang lo tau, kalau gue nyelidikin kasus Lino bareng Fabian," kata Zeline kembali bercerita.
"Hubungannya sama Bara apa? Tadi gue denger lo deketin Bara-"
"Karena kita curiga sama dia!" Lagi-lagi Zeline memotong ucapan Reka. Tidak bisakah Rekka mendengarkan saja tanpa memotong ceritanya?
Namun, di balik kenyamanan mereka yang sedang bercerita di sana berlatarkan gedung-gedung dekat SMA Batara, mereka tidak tahu jika baru saja Bara menginjakkan kaki di ambang pintu rooftop bertepatan dengan pertanyaan yang Rekka lontarkan lalu dijawab oleh Zeline. Hanya dengan dua kalimat itu, sudah cukup membuktikan aduan dari temannya waktu itu dan tadi. Dan Bara juga menuruti perkataanya yang menyuruh dirinya untuk memantau Zeline dan Fabian di rooftop. Namun, yang Bara jumpai justru Zeline dan Rekka.
Tidak mau berlama-lama di sana karena takut ia akan lepas kendali dan berakhir menyerang dua gadis yang masih belum sadar akan kehadirannya, Bara pergi dari sana dengan emosi yang lebih tinggi.
Kembali lagi bersama Zeline dan Rekka. Mereka masih melanjutkan cerita.
"Terus kenapa lo bisa sama Fabian? Gue kira kalian nggak deket. Oh ... iya pas itu Fabian pernah nyariin lo-"
KAMU SEDANG MEMBACA
APLISTIA [END]
Mystery / Thriller⚠️Belum direvisi⚠️ Kisah dimulai dengan banyak teka-teki. Sebelumnya, selamat datang di Batara High School, sekolah megah dengan karakter siswa siswi yang beraneka ragam. Ada anak baru yang mempunyai kepercayaan diri tinggi, ada gadis yang berjuang...