APLISTIA 20

266 62 19
                                    

Ya Readers seperti biasa-->⭐👍

✧;── Happy Reading ──; ✧

3 bulan yang lalu.

Firasatnya tak mungkin salah, akhir-akhir ini ia merasa Lino memantaunya. Terlihat jelas dari sikap dan tatapannya yang begitu mencurigainya itu membuat Fabian bingung dan heran. Ia merasa ada yang aneh. Pasti sesuatu telah terjadi.

"Gue tunggu di rooftop," ucap Lino yang hanya bisa di dengar oleh Fabian.

Fabian melirik teman-temannya yang masih sibuk berbincang ria. Lalu, Fabian berpikir, pasti ada hal penting yang mau Lino bahas dengan dirinya. Namun, ini kali pertama Lino memintanya dengan wajah seserius itu. Memikirkan itu, membuat Fabian menebak jika yang akan dibicarakan oleh Lino pasti tentang hal yang sudah membuat Fabian bingung dengan sikap Lino akhir-akhir ini.

Melihat Lino yang sudah jalan lebih jauh dari tempatnya singgah, membuat Fabian bangkit untuk menyusulnya walau ada kergauan dalam hati Fabian.

Tak butuh waktu lama, kini Fabian sudah berada di rooftop bersama Lino yang sudah menunggunya dengan bersandar di pembatas rooftop yang terlihat membahayakan sebab tingginya yang tidak seberapa. Sebenarnya, para siswa dan siswi dilarang pergi ke rooftop sebab sedang dalam masa perbaikan. Pihak sekolah tengah merenovasi pembatas rooftop agar lebih tinggi dan aman.

"Mau ngomong apa?" tanpa ba-bi-bu, Fabian langsung menanyakan maksud Lino menyuruhnya datang ke rooftop.

"Langsung aja. Hubungan lo sama geng Bara membaik?" tanya Lino langsung.

Fabian mengerutkan keningnya bingung. "Kenapa lo nanya gitu?"

"Beberapa kali gue liat lo ngobrol santai sama mereka. Aneh, kan? Sebenarnya juga gue merasa ngga mau percaya, tapi interaksi lo sama mereka bikin gue percaya sama pesan anonim yang akhir-akhir ini ngirim gue informasi tentang lo," kata Lino menjelaskan.

"Lo liat gue ngobrol sama mereka di mana?" tanya Fabian.

"Kemarin sama tadi pagi," jawab Lino.

Mendengar itu, Fabian teringat jika kemarin saat ia pulang sehabis kumpul bersama Lino dan teman-teman lainnya, di perjalanan Fabian tidak sengaja menabrak seseorang yang tengah menyebrang. Yang membuat Fabian terkejut orang yang ia tabrak adalah Sean, anggota Devil's Tribe. Dalam hatinya, ia sudah bersiap mendapat balasan dari Sean. Namun, anehnya, Sean justru berbaik hati dan memaafkannya dengan suka rela. Fabian merasa aneh, harusnya Sean marah seperti biasanya. Lalu, kenapa Sean justru memaafkannya? Aneh.

"Kemarin gue ngga sengaja nabrak Sean. Gue kira dia bakal marah, tapi dia malah maafin gue gitu aja. Ya gue juga ngerasa aneh," ungkap Fabian menjelaskan.

Tapi, sepertinya Lino kurang puas dengan jawaban dari Fabian. Sean ditabrak Fabian? Tidak marah? Malah maafin? Aneh. Lino tidak percaya itu. Jangankan di tabrak, lihat sekumpulan geng Achilles saja Sean sudah mau ngajak ribut walau geng Achilles diam saja tidak mengusiknya.

Melihat Lino yang diam saja, membuat Fabian menghela napas. "Boleh gue liat pesan anonim itu?" pintanya.

Tanpa berkata-kata, Lino memberikan ponselnya ke arah Fabian. Langsung saja Fabian terima dan di sana sudah terpampang sebuah roomchat dari nomor yang tidak dikenal berisi beberapa pesan dan foto. Dari yang Fabian lihat, di sana terlihat dirinya yang sedang berinteraksi dengan geng Devil's Tribe. Sungguh demi apapun itu salah paham, itu hanya sebuah foto yang tidak valid jika tidak melihat kejadiannya langsung.

Setelah melihat itu, Fabian melirik Lino yang masih menatapnya dengan tajam. Lalu, Fabian kembali menatap layar ponsel Lino. Fabian ingat beberapa foto yang menurutnya itu jabakan. Melihat itu, Fabian jadi sadar akhir-akhir ini lebih sering bertemu dengan anggota geng Devil's Tribe seorang diri. Jika hanya kebetulan seharusnya tidak sesering itu, tapi itu terjadi selama beberapa kali dalam seminggu. Hal itu membuat Fabian menebak jika ada yang menjebaknya. Fabian yakin itu, terlebih sikap Sean yang berbeda dari biasanya.

APLISTIA  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang