APLISTIA 44

169 46 17
                                    


✧;── Happy Reading ──; ✧

"Ambilin slayer gue dong, Mar," ucap Sean.

Maraka yang dimintai tolong oleh Sean segera mengambil slayer milik cowok itu yang tergeletak di atas meja, lantas memberikannya kepada Sean yang duduk tepat di belakangnya.

Tadi slayer itu sempat Sean bawa saat cowok itu sedang menemui Maraka di mejanya dan saat Sean kembali ke kursinya, slayer itu tertinggal.

"Nggak menghargai banget lo, slayer kebanggaan geng kita dijadiin lap!" seru Maraka tak habis pikir melihat Sean mengelap layar ponselnya menggunakan slayer milik cowok itu.

Bara yang mendengar benda bernama slayer disebut sontak menoleh ke belakang tempat di mana Maraka dan Sean duduk. Sekilas Bara melihat Zeline yang juga duduk di barisan bangku kedua temannya itu, tetapi Bara buru-buru fokus menatap Sean dan slayer yang sedang cowok itu pegang.

Kemudian, Bara kembali menghadap depan. Ia mulai berpikir tentang slayer itu, karena baginya hanya dengan bukti slayer tak akan membantu mereka menemukan pelaku. Apa lagi kata Zeline ada tiga orang yang saat itu berhadapan dengan Lino, lalu kira-kira mereka siapa saja, selain Rega? Bara mulai menebak-nebak dan menduga-duga serta berprasangka buruk terhadap beberapa temannya hanya karena slayer itu.

"Lo nggak se-server banget sih, Yan. Yang lain gambar hewan lo doang yang gambar ombak," ucap Maraka lagi bersuara.

Bara sontak menegakkan tubuhnya yang semula bersandar pada sandaran kursi, lantas kembali menoleh menatap Maraka dan Sean. Karena Zeline juga duduk di sana, maka Bara tak mungkin tak melihat Zeline juga. Gadis itu sama seperti dirinya, sedang menatap Sean dan Maraka dari belakang.

"Punya lo mana, Mar?" pinta Bara. Tiba-tiba cowok itu menghampiri Maraka dan meminta slayer milik Maraka.

Maraka menoleh. Sempat bingung karena diminta slayer oleh Bara secara tiba-tiba tanpa alasan, tapi tak urung Maraka tetap membuka tasnya dan mengambil slayer milikinya yang kemudian Maraka berikan kepada Bara.

Bara langsung menerimanya. Dengan teliti Bara menelisik setiap inci yang ada di slayer itu. Mulai dari gambar burung elang yang membawa pita dengan bara api yang membara di setiap bulunya, dan itu logo Devil's Tribe yang terletak tepat di tengah-tengah slayer berbentuk persegi itu. Lalu tatapannya kembali menelisik lagi, kali ini ia menatap gambar ular yang dicetak dengan ukuran kecil disetiap pojok, ujung slayer itu.

"Punya lo." Bara beralih menatap Sean lalu meminta slayer milik cowok itu.

Sama seperti Maraka yang bingung, Sean menatap Bara sejenak sebelum akhirnya memberikan slayer miliknya. Namun sebelum itu, Sean mengepak-ngepakkan slayer itu agar debu yang menempel di sana setelah ia gunakan untuk mengelap ponsel tadi hilang.

Berbeda dengan milik Maraka, selain terdapat logo Devil's Tribe, slayer milik Sean terdapat logo ombak disetiap pojok, ujung slayer. Menyadari itu, Bara baru ingat jika setiap slayer yang dimiliki oleh anggota Devil's Tribe memiliki logo masing-masing. Namun, hanya geng inti yang diberi khusus logo itu. Seperti milik Maraka yang berlogo ular, lalu Sean ombak dan milik Bara sendiri ialah singa.

"Thanks," ucap Bara. Kemudian cowok itu kembali ke kursinya, meninggalkan Maraka dan Sean yang sedang kebingungan. Pun dengan Zeline yang juga melihat tingkah Bara barusan.

Sedangka Bara sudah mulai fokus dengan ponselnya. Cowok itu menghubungi Zeline menggunakan pesan. Menurutnya jika berbicara langsung waktunya tidak tepat karena saat itu jam pelajaran masih berlangsung, meski kelas mereka sedang kosong.

Zeline

Tanya Lino soal slayer yang dia liat. Ada logo lain nggak selain logo Devil's Tribe?|
Logo khusus yg ada disetiap ujung slayer. Karena dicetak bolak balik, meski dilipet pun tetep bakal keliatan|

APLISTIA  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang