APLISTIA 7

467 74 34
                                    

Hai~
Jangan lupa vote☆

✧;── Happy Reading ──; ✧

Zeline terdiam menatap Fabian yang duduk jauh di hadapannya. Setelah merasa heran karena sekolahnya heboh atas kedatangan pria itu pun Zeline meminta cerita dari Rekka. Lantas setelah mendengar cerita dari Rekka, Zeline dibuat penasaran. Soal gosip-gosip yang menyebar dengan berbagai farian itu membuat Zeline jengah lantaran tidak ada yang jelas menurutnya. Karena juga Zeline paham, jika cerita dari mulut ke mulut itu sudah tentu dilebih-lebihkan atau tidak sengaja kelebihan.

Mendengar Fabian tidak muncul setelah insiden Lino membuat pikiran Zeline berkelana. Zeline gadis superior yang sangat suka bertindak ketimbang diam itu mulai menaruh kecurigaan kepada Fabian. Rasanya ada yang ingin Zeline tahu tentang kejadian itu. Rasanya Zeline tidak percaya jika Lino bunuh diri begitu saja. Menurutnya, Lino bukan tipe orang yang mudah menyerah apa lagi hanya karena orang tuanya bercerai, lalu sang Ibu menikah lagi.

"Berlebihan nggak sih kalau Lino bunuh diri cuman karena emaknya nikah lagi?" tanya Zeline kepada Rekka karena cerita dari Rekka, jika Lino bunuh diri karena ada masalah keluarga. Rekka yang mendapat pertanyaan itu pun dengan senang hati membuka mulut.

"Ih, jangan salah. Jaman sekarang banyak anak yang hancur karena broken home," jawab Rekka. Jarang-jarang Zeline mau mendengar ceritanya. Tanpa Rekka sadari, Zeline hanya tertarik dengan ceritanya apabila ceritanya mengandung Lino.

"Gue duluan." Zeline bangkit dari tempat duduknya meninggalkan Rekka yang masih makan di kantin. Salah sendiri, mulutnya bukannya buat makan malah buat nyerocos tanpa henti.

Zeline memasuki kelas yang masih kosong, karena semua murid masih di kantin. Di dalam kelas Zeline menelusuri ke segala arah untuk mencari Lino. Dari pada cerita dari Rekka yang bajakan, Zeline memilih bertanya kepada orang yang bersangkutan langsung. Zeline jamin ceritanya original dan legal.

"Nyariin gue?" tanyanya tiba-tiba. Zeline yang sudah pemanasan pun tidak terkejut sama sekali.

"Sayang banget nggak sih, cowok peka kaya lo malah mati muda?" tanya Zeline menoleh ke sumber suara.

"Skip!" ucap Lino tak mau meladeni ucapan Zeline yang membuatnya ingin hidup lagi.

"Nyesel nggak lo bunuh diri?" tanya Zeline mulai menunjukkan aksi Knowing Every Particular Object atau yang lebih simple bisa disebut kepo.

"Lo inget nggak keadaan pas lo tau-tau aja udah hidup di dunia?" tanya Lino. Zeline mengerutkan dahi bingung. "dari lahir sampai umur berapa kita nggak sadar udah ada di dunia?" tanya Lino lagi.

"Nilai lo berapa? Kalau lebih tinggi gue mending ngobrol sama Phia ajalah," kata Zeline merasa frustasi dengan pertanyaan Lino yang tak dipahaminya.

"Saat itu ... sebelumnya gue masih bisa denger suara hiruk pikuk orang-orang yang ada di sekolah, saat itu juga gue masih denger suara mobil di jalanan, saat itu juga gue masih bisa denger suara burung, tapi ... tiba-tiba suara itu hilang bersamaan gue melayang di udara. Yang gue denger cuman suara angin." Dalam hati, Zeline bersorak karena Lino bercerita tanpa Zeline yang memintanya.

"Rasanya kaya bebas, tenang, tapi ... takut. Dan tiba-tiba aja pas gue buka mata, semuanya udah beda. Rasanya kaya dulu saat pertama kali kita sadar hidup di bumi, tapi yang ini beda, gue sadar udah di alam lain." Lino melanjutkan ceritanya.

"Lo beneran bunuh diri?" tanya Zelin yang tidak suka bertele-tele.

"Enggak! Gue muak denger orang-orang ngiranya gue bunuh diri. Lo tau? Betapa senengnya gue, akhirnya bisa ketemu sama orang yang bisa ngomong sama gue?" tanya Lino.

APLISTIA  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang