Tao masih juga bergeming di tempatnya dengan benda asing di tangan kanannya. Otaknya terus memutar ulang ucapanmu lima belas menit yang lalu. Sedangkan kamu kini duduk bersama semangkuk buah mangga potong, sibuk mengunyah lantaran Tao masih belum jua memberi reaksi selain lamunan panjang. Lelaki itu menggerakkan jarinya secara acak, memutar benda di tangannyaㅡwalau begitu jelas tangannya gemetar.
Kamu mencoba tak acuh pada tingkah aneh Tao ketika terkejut. Namun kunyahanmu tidak kunjung usai, nyatanya rasa manis dari mangga juga tak mampu membuat degupan jantungmu kembali normal. Sejujurnyaㅡkamu gugup karena menunggu reaksi lain selain lamunan tidak berujung Suamimu.
"Kamu mau bengong sampe kapan?" tanyamu akhirnya, memecah lamunan Tao hingga lelaki itu berjengit di tempatnya.
Kepalanya perlahan menoleh, menemukan kamu dengan ekspresimu yang tidak dapat diterka olehnya. Duh, sudah berapa lama dirinya melamun?
"Maaf, maaf, aku cuma mikir. Ini beneran apa kamu lagi ngerjain aku..." katanya.
Kamu meletakkan mangkuk ke atas meja dengan kasar lalu menatap Tao dengan mata yang berkaca-kaca. "Kamu tuhㅡbisa gak sih bedain mana aku bercanda mana enggak?! Aku deg-degan nungguin respon kamu tau gak! Males banget ngerjain kamuㅡah, sebel banget!"
Terkutuklah Tao dengan otak lambannya, makinya pada dirinya sendiri begitu kamu mulai terisak kecil. Tubuhmu bergetar ketika Suamimu mulai menarikmu dalam pelukan hangat, tangannya bergerak dengan lembut di punggungmu.
"Maaf, ya... Aku seneng banget, beneran deh. Siapa yang gak seneng mau jadi Ayah coba?" katanya lagi, mencoba menenangkan kamu yang sudah sepenuhnya bersandar nyaman di dadanya. "Aku udah bilang makasih belum, Yang? Makasih ya, Ayaaang. Baik banget kamu kasih salinannya akuㅡaduh!"
Tao mengaduh begitu tanganmu memberikan cubitan kecil di perutnya, namun tidak lama ia tertawa ketika kamu merengek seraya menenggelamkan kepala di ceruk lehernya.
"Aku bukan mesin foto kopi!" sungutmu kesal, membuat lelaki yang memelukmu tertawa kian keras. Jemarinya bergerak di sela helai rambutmu, menyisirnya dengan lembut dan penuh perasaan. Tao mencurahkan kasihnya dalam sentuhan ringan yang mampu membuatmu mabuk. Katakan saja kamu berlebihan, namun Tao dengan sapuan lembut jemarinya di kepalamu atau punggungmu mampu membuat harimu jauh lebih baik.
"Makasih, ya," Tao berbisik. "Seneng banget ini beneran gak boong, dengerin dulu Suaminya ngomong sampe kelar."
Kamu mengangguk. "Cepet."
"Aku gak tau mau bilang makasih seberapa banyak lagi ke kamu, tapi beneran deh, makasih ya, Ayang. Aku seneng, otewe jadi Ayah. Sehat-sehat ya kamunya, jangan stres, happy aja biar si Adek juga happy. Kamu mau apa juga aku turutin nanti, ya?"
"Mau punya Suami baru kalo gitu."
"Sembarangan!"
Kamu tertawa, jejak air mata di pipimu telah kamu seka dengan punggung tangan. "Makasih juga ya, jelek. Aku keren banget deh bisa tahan sama kamu, harusnya dapet hadiah nih."
"Iya, hadiahnya cium banyak-banyak!"
- Tao -
Seorang gadis dengan surai gelap tengah berpangku tangan di ruang keluarga, sedangkan satu orang lainnya yang berada di hadapannya sibuk dengan potongan Lego. Matanya bergulir ke samping kiri, menatap jam di dinding berwarna krem.
"Lama bener, sih? Bosen," keluh si gadis, kembali memperhatikan seseorang di hadapannya.
"Ya pergi aja sana, ngapain lagian nungguin?" seseorang itu angkat suara, melirik jengah pada si gadis.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Imagine Series] - EXO Version
FanfictionWhat if EXO Members be your boyfriend, bestfriend, or maybe-brother? Imagine Series #1 📍 Start : September 2017 📍 Revisi 📍 Imagine Area. Harsh comment not allowed.