One-Shoot Story
What if Luhan Xi be your husband?
.
.
.Luhan Xi itu ibarat cahaya Matahari yang membias. Rasanya terlalu tidak nyata jika kamu mendefinisikan dirinya sebagai manusia, karena nampaknya ia pantas berdampingan dengan para Dewa. Dan menjadi tambatan hatinya, kamu patut bersyukur. Ini masih terasa tidak nyata, terhitung sejak tujuh bulan lalu kamu dan Luhan saling mengikat hati atas nama Tuhan.
Menikah dengan latar belakang yang berbeda, menyatukan mimpi juga angan yang berbeda, mencari jalan tengah untuk setiap masalah yang mendera, kamu senang tujuh bulan ini berlalu dengan baik. Kisah-kisah baru tentu saja masih menanti di depan sana.
Tepat di hari ke enam kalian menikah, Luhan memutuskan untuk membawamu pergi ke negara impiannya. Marseille, Prancis.
Kota yang sejak dahulu kala sudah membuat Luhan jatuh cinta. Arsitektur bangunannya, suasananya, pemandangan yang begitu memanjakan mata, Luhan sudah dibuat tergila-gila akan kota yang memiliki penduduk terbanyak kedua setelah Paris. Marseille adalah kota yang terletak di pesisir tenggara Prancis. Dan di kota ini, ada percampuran budaya antara Eropa dan Timur Tengah, Luhan yang bercerita ketika kalian berkencan tempo hari.
Maka memiliki sebuah rumah yang sederhana di kota ini tentu bukan hal yang buruk. Kamu juga menyukai idenya soal tinggal di Marseille.
Teman-temannya sempat heboh ketika dirinya mengumumkan rencana untuk pindah ke sini. Beberapa dari mereka bahkan mempertanyakan kefasihan Luhan dalam berbahasa Prancis, dan tentu saja Luhan menunjukkan kebolehannya. Chanyeol yang pertama kali bertepuk tangan sambil berdiri ketika Luhan mengucap beberapa patah kata.
"Nanti buka les bahasa Prancis, ya. Gue daftarin anak gue, di list nomor 1!" katanya setelah dipaksa duduk kembali oleh Dyo.
Berprofesi sebagai Freelance Illustrator membuat Luhan lebih mudah untuk pergi kemana pun yang diinginkannya. Berbekal tablet serta pulpen digital, Luhan dapat mengerjakan pekerjaannya di mana pun.
"Tu veux manger quelque chose aujourd'hui, Chérie?"
(Kamu mau makan sesuatu hari ini, Sayang?)Kamu mengambil tempat di samping Luhan yang masih sibuk menggerakan jemarinya di atas kanvas digital, kacamata bertengger di hidung bangirnya dan pantulan layar terlihat di lensanya. Tanganmu terulur guna merapikan poni Luhan yang mulai memanjang, Suamimu sudah mendekam di rumah selama empat hari dan nampaknya ia tidak akan melangkah ke luar rumah dalam waktu dekat. Dan pria ini terus saja berada di studio gambar miliknya.
"Kamu yang mau makan apa," tanyamu balik. "La dernière fois que tu viens de manger un macaron. Akhir-akhir ini kebiasaan makanmu nggak bagus."
(Terakhir kali kamu cuma makan macaron.)Luhan tertawa pelan, matanya terasa lelah setelah lima jam terus menatap layar tablet. Kini tubuhnya ia hadapkan sepenuhnya ke arahmu, kepalanya mendongak karena kamu berdiri di sebelahnya sejak tadi sedangkan dirinya duduk di kursi kebesarannya yang nyaman dan hangat.
"Aku makan tau," kilahnya, upaya menurunkan rasa jengkelmu. "Aku ngabisin sereal, yang rainbow loops. Oh, blueberry, kita perlu stok lagi."
Kamu mencebik pelan sebelum menarik beberapa helai rambutnya main-main. "Gimana mau nyetok kalo kamunya aja nggak keluar-keluar? Aku mana bisa nyetir mobil?"
"Ya jalan kaki."
"Kamu pikir belanjaanya sedikit?"
Luhan lagi-lagi tertawa, kali ini lebih keras karena merasa senang membuatmu semakin jengkel. Tangannya ia bawa untuk meraih penggangmu dan memeluknya, ia menyerukkan kepalanya di perutmu kemudian menghela napas panjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Imagine Series] - EXO Version
Fiksi PenggemarWhat if EXO Members be your boyfriend, bestfriend, or maybe-brother? Imagine Series #1 📍 Start : September 2017 📍 Revisi 📍 Imagine Area. Harsh comment not allowed.