One.

544 38 4
                                    

"Katanya kita kedatangan murid baru." Sosok gadis mungil yang kebetulan lewat dihadapan murid itu segera berhenti dan menoleh ke mereka berdua.

Hanya diam dengan rasa penasaran siapa murid baru yang dibicarakan mereka berdua.

"Benar dan ganteng katanya." Ucap satunya lagi dengan senyuman lebar serta pandangan berbinar, mendengar itu tanpa disadari ia mendekati mereka berdua secara perlahan.

"Wah.. aku sudah ti- Yak!" Salah satu mereka menyadari kehadiran sosok gadis mungil itu dan terkejut. Gadis mungil itu terkekeh imut dan berlari langsung menuju kelas pacarnya.

Meninggalkan kedua murid cewek itu yang geleng-geleng kepala dan memilih melanjutkan gosip mereka.

"Btw dikelas berapa dia?"

Brak!

"Singnie!!" Gadis mungil itu datang dengan barbarnya membuka pintu, ia langsung menghampiri sosok cowok bersurai biru yang tengah menutup kuping atau mengusapnya.

"Woi pintu kelas kami bisa rusak!" Sang ketua kelas meneriakki marah gadis mungil itu, namun ia hanya memeletkan lidah dan duduk disebelah sang kekasih.

"Apa itu benar?" Tanyanya yang membuat sang kekasih mengernyit bingung dan menurunkan kedua tangannya dari telinga, takut menyungging ah maksudnya menyinggung pacarnya.

"Apanya sayang?"

"Itu, murid baru dikelas ini, ganteng katanya."

"Lah mana gua tau, lagian kalau ada pun kegantenganku masih diatas dia ya."

"Idih pede beut."

"Dih." Merasa tidak mendapatkan jawaban dari rasa penasarannya, gadis itu memilih diam sambil bertopang dagu.

"Kekelas sana, ngapain disini ntar kena marah bu Jihyo."

"Nanti, mau lihat murid baru yang ganteng itu katanya."

"Alice! Teganya kamu didepanku berkata seperti itu."

"Bodo wlee." Singnie hanya mampu menahan geram dan mengurut pelan dadanya.

Lalu tak lama bel sekolah berbunyi dan gadis mungil itu atau bernama Alice belum beranjak dari sana, padahal orang yang duduk disebelah Singnie sudah datang dan terpaksa berdiri dibelakang kursinya.

"Apa gadis itu datang?"

"Lucy maksudmu? Ya dia datang tu dibelakang." Lirik Singnie kebelakang dengan matanya, Alice mengangguk kecil.

"Kenapa kepala sekolah tidak mengeluarkannya saja."

"Mana gua tau, tanyakan kepada tem-

Plak!

"Aduh sayang pahaku." Ucapannya digantikan ringisan kecil karena Alice menampar pahanya, kuat bor makanya sakit dan pedih.

Alice hanya terkekeh kecil dan mengalihkan pandangannya ke pintu kelas disaat ada yang membukanya.

"Anjir anjir gak sabar."

"Cih." Singnie memutar malas bola mata dan menolehkan pandangan ke pintu.

Lalu..

"Anjing."

"Pfffttt."

"Siapa yang mengumpat tadi?" Tanya Bu Jihyo marah, dirinya baru saja datang bersama sosok cowok tinggi dibelakangnya dan sudah mendengar kata umpatan.

Tidak ada yang menjawab karena mereka semua terdiam dan menahan tawa melihat penampilan murid baru disebelah Bu Jihyo.

Bu Jihyo menghela nafas panjang dan mengulurkan tangan kiri kebelakang tubuh cowok itu, menepuk lembut punggungnya dan menyuruhnya untuk memperkenalkan diri.

"Selamat pagi semuanya."

"Bwuahahahahaha." Pada akhirnya para murid tidak bisa menahan tawa, terlebih melihat gigi tonggos murid itu dan kacamata yang melorot di hidung.

"Kenapa ketawa? Saya lucu ya heheh." Ucapnya dengan cengiran konyol, membuat para cewek memasang ekspresi geli dan jijik, sedangkan para cowok tertawa ngakak, termasuk Singnie yang menepuk kuat meja.

Mereka melakukan itu seolah-olah tidak ada Bu Jihyo disana yang tengah menahan amarah.

Sehingga..

Brak!

Bu Jihyo memukul kuat papan tulis dibelakangnya, membuat para murid terdiam dengan kuluman bibir menahan tawa, sedangkan murid baru itu hanya diam dengan cengiran bodohnya.

"Lanjutkan perkenalan dirimu nak."

"Baik Bu, saya Myoi Minji Sharon. Semoga kita bisa berteman dengan baik ya.."

"Jadi gantengan dia kan?" Tanya Singnie iseng ke Alice, anak itu langsung merinding geli dan berdiri dari sana. Ia berjalan cepat sambil melewati Minji dan memandangnya geli.

"Nyesel gua nunggu." Gumamnya setelah berada diluar kelas.
.
.
.
.
.
.

"Boleh minjam penghapusnya?" Tanya Minji kepada teman bangkunya yaitu Lucy.

Tanpa bicara gadis itu memberikan penghapusnya dengan tangan gemetaran, Minji yang melihat itu menyunggingkan senyuman kaku dan menerimanya.

Jari mereka tersentuh sedikit dan Lucy menarik cepat tangannya lalu meraih tisu yang tergulung dibawah laci meja.

Minji hanya diam melihat bagaimana Lucy mengelap jarinya, anak itu terlihat gemetaran dan mengusap payah satu jari bekas sentuhan dengan Minji.

"Anu.. apa yang sedang kamu lakukan?" Tanyanya karena merasa penasaran dan sedikit tersinggung dengan itu.

"Membersihkan kuman."

"Anjing." Umpat Minji dalam hati dan tersenyum paksa, ia menghapus kasar kalimat yang salah dan menghembus kuat bekas-bekas penghapus di kertasnya.

Ia melakukan itu karena kesal dengan ucapan Lucy, secara tidak langsung dia mengatakan Minji menjijikkan.

"Ini, terimakasih."

"Hm."

"Bangsat, gua tandai ni cewek."

Proses pembelajaran seni budaya sudah melewati 2 jam, sebentar lagi bel istirahat berbunyi, namun Lucy sudah membereskan peralatannya dan memasukkannya kedalam tas.

Ia berdiri yang membuat mata Minji mengarah kepadanya, Minji mengernyit bingung dan menatap Lucy yang sudah melangkah keluar kelas begitu saja.

Padahal masih ada guru dan tinggal 3 menit lagi jam istirahat, tetapi kenapa Lucy sudah keluar duluan begitu saja.

"Dia tidak sopan." Ucapnya yang membuat orang didepannya menoleh kebelakang dan tersenyum geli.

"Memang seperti itu dia, para guru sudah menganggapnya kayak hantu."

"Kok, kenapa?" Orang itu tidak menjawab, melainkan tertawa geli dan menoleh kedepan.

Diabaikan seperti itu malah membuat Minji makin penasaran dengan sosok Lucy.

Young Mother ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang