Twenty three

129 25 4
                                    

Alex melangkah santai menuju kantin, dengan membawa tas serta buku ditangan kiri dia datang menghampiri Rachel.

Tentu untuk meminta jawaban dari ungkapan perasaannya kemarin, ya pada akhirnya Alex mengungkapkan semuanya berkat perkataan Lucy.

Dan dia berada dikantin sekarang, berdiri beberapa meter dari stand Rachel dan memandang anak itu yang tengah meladeni pembeli beberapa murid yang masih kelaparan.

Dia terkekeh kecil disaat Rachel mulai mengalami kesulitan, memilih mendekatinya sambil meletakkan buku di meja serta tasnya lalu masuk begitu saja melewati Rachel yang masih sibuk.

Alex memilih mencuci piring yang kembali menumpuk, melipat lengan bajunya sampai ke siku lalu melepas kacamatanya dan menyimpannya didalam saku.

Tangan kanannya bergerak meraih spon lalu tangan kirinya menyalakan keran air dan mengambil piring.

Rachel yang mendengar suara air mengalir segera menoleh kebelakangnya, ia melotot terkejut mendapati Alex yang sudah mulai menyuci piring.

"Alex, apa yang ka-

"Ladenin mereka aja dulu, soal piring serahkan kepadaku." Potongnya tanpa menatap Rachel.

"Tapi-

"Woi mana punya gua!" Lagi, ucapannya dipotong, Rachel menghela nafas kasar, mau tidak mau dia membiarkan Alex mencuci piringnya dan dia kembali fokus meladeni murid-murid yang kelaparan.

Butuh beberapa menit para murid itu akhirnya kenyang dan pergi dari kantin, Rachel merasakan capek yang luar biasa karena standnya tidak pernah seramai ini, ia menyeka keringat di dahi lalu berbalik memandang Alex.

Deg!

Dan kesalahan untuknya karena ia melihat Alex yang kini tengah memandangnya lekat sambil tersenyum hangat, lengan baju yang belum diturunkan memperlihatkan betapa kekarnya kedua tangan itu.

Membuat... Rachel jadi salah tingkah, terlebih hanya tinggal mereka berdua saja yang belum keluar dari gedung sekolah.

"Ternyata cuci piring melelahkan." Ucap Alex memecah keheningan dan membuat tubuh Rachel tersentak kecil, ia mengangguk sambil mengangkat tangan kanan menggaruk tengkuknya dan memandang tidak enak Alex.

"Maaf."

"Tidak masalah." Lengan baju itu akhirnya diturunkan, Rachel mendesah tidak terima dalam hati, tapi mau gimana lagi.. ia memberi ruang untuk Alex lewat dan memilih menutup stand kecilnya.

Setelah itu mengambil tas sandang kecil berwarna hitam dan mendekati Alex yang menunggu didekat meja dimana dia meletakkan tas dan bukunya tadi.

Alex mengulurkan tangan kanannya untuk digenggam oleh Rachel, namun anak itu malah diam tidak mengerti dan memandang bergantian tangan serta wajah Alex.

"Tidak mau memegang tangan bekas mencuci piring?" Tanyanya

"Yasudah." Lanjutnya dan menarik tangan namun..

Tap!

Deg!

Tangan hangat dan lembut sudah mengenggamnya erat, Alex menelan ludah gugup dan kini malah dia yang diam memandang lamat tangannya.

"Kenapa? Tidak mau digenggam tangan bekas minyak?"

"Ya-

"Kita pulang!" Dengan cepat Alex memotong ucapannya dan membalas genggaman tangan Rachel, ia tersenyum kikuk dan melangkah menarik lembut Rachel yang diam sambil menahan senyuman sekarang.

Seumur-umur baru kali ini tangan yang biasanya memegang sotel dan pisau kini sudah digenggam oleh seseorang. Dan orang itu adalah Alex yang sudah menyatakan perasaannya.

Young Mother ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang