Minji Pov.
Teng teng teng!
Akhirnya!
Jam yang seperti neraka sudah berakhir, pergi! Pergi kau guru babi. Sumpah aku masih muak melihat guru itu.
"Kamu saya beri peringatan Minji."
Ya ya ya terserah apa katamu sialan! Lagian gua gak peduli dengan hal itu.
Dan juga mata kalian! Mau kucongkel satu persatu hah!
Aku mengatakan seperti itu karena mereka memandangku sekarang sambil tersenyum mengejek, aku hanya memandang mereka datar serta mengumpat didalam hati sedari tadi untuk mereka semua.
"Bye bye cupu." Rahangku terkatup keras mendengar suara kejepit Singnie.
Dia melambai serta menunjukkan jari tengah sebelum keluar dari kelas, setelah itu suara tawa terdengar seketika disaat mereka semua berada diluar.
Aku mendecih kecil dan mengontrol emosi yang ingin meledak sekarang.
Setelah itu kelas hening, hanya terdengar suara samar-samar murid yang sudah berada dibawah dan berjalan keluar dari gedung sekolah.
Aku menghela nafas kasar dan berdiri, kugigit geram bibir bawah disaat melihat bekas permen karet itu sudah menempel indah di celana ini.
"Sial sekali! Akan kuhajar kalian semua!" Teriakku kesal sambil menunjuk-nunjuk kearah pintu, seolah-olah menganggap ada mereka disana tengah terdiam atau tercengang dengan amarahku.
Tapi satu hal yang membuatku malu karena... aku tidak menyadari kehadiran Lucy yang masih ada disini, gadis itu masih diam duduk dikursinya dengan kepala tertunduk, surai pinknya itu sedikit terurai kedepan menutupi wajah cantiknya.
Segera kuturunkan tangan dan berdehem untuk menyembunyikan rasa malu, aku meraih tas dengan cepat dan memakainya terburu-buru, sengaja karena aku tidak mau Lucy melihat bekas permen karet berwarna pink itu menempel dicelanaku.
Ya walaupun pada akhirnya aku percuma melakukannya karena anak itu tetap saja menundukkan kepala.
Apa lehernya tidak sakit?
Dan juga sejak kapan dia menundukkan kepala, kalau sudah sedari tadi lehernya pasti sakit sekarang.
"Hm.. lucy, tidak pulang?" Tanyaku dan dia tidak menjawab sama sekali, okay.. apa dia benar-benar hantu sekarang? Apa yang dikatakan mereka itu benar sekarang kalau tidak ada siapapun di pintu yang ku tunjuk tadi? Apa be-
Ucapanku dalam benak terhenti disaat ia mendongakkan kepala, aku melihatnya dan seolah-olah ada tombol slow motion yang membuat pergerakannya melambat.
Membuatku..
"Yeppo."
Terpana..
"Eh." Sadar dengan apa yang aku ucapkan, aku segera membekap mulut sendiri dengan tangan kanan dan meliriknya, gadis itu.. tidak ada reaksi sama sekali, aku yakin kalau dia mendengarnya tapi kenapa..
Kenapa ia tidak marah atau tersipu malu layaknya gadis diluar sana, kenapa ia hanya berbalik dan melangkah cepat meninggalkanku sendirian didalam kelas.
Kenapa?
Ada apa denganmu Lucy, walaupun baru mengenalmu namun tingkah lakumu yang seperti ini cukup membuatku penasaran dan sedikit..
Tertarik kepadamu.
.
.
.
.
.Cklek!
"Aku pulang." Ucapku lesu sambil membuka pintu, sungguh hari ini sangat sial bagiku karena sopir mama tidak bisa menjemput, sama halnya dengan sopir papa, jadi aku terpaksa menaiki bus dan sempit-sempitan didalam sana, lalu setibanya dirumah tidak ada siapapun.
Huft aku sangat lelah, membuka tas dan melemparnya asal lalu merebahkan diri ke sofa besar diruang tengah.
Lengan kananku terangkat menuju wajah, lebih tepatnya menutupi mata dan tangan kiriku dibiarkan meluruh kebawah, hampir menyentuh karpet putih.
"Lucy.. dan Lucy.." Entah dalam keadaan sadar atau tidak, aku terus menggumamkan nama Lucy. Jujur.. aku benar-benar penasaran dengan dia sekarang.
Yaish.. kendalikan dirimu Minji, jangan terlalu mudah jatuh dalam pesonanya.
Bisa saja dibalik sifatnya yang sekarang pasti ada sesuatu yang disembunyikan.
"Huft." Menghela nafas kasar dan merubah posisi menjadi duduk, kugerakkan kepala menoleh kesana kemari.
Rumahku lumayan besar, cukup untuk menampung 10 atau 15 orang dirumah ini.
Ada yang berminat tinggal disini? Menemaniku? Jujur tinggal dirumah sebesar ini dan hanya sendiri itu sangatlah membosankan.
Aku ingin mempunyai adek ataupun kakak karena aku benar-benar bosan dan..
Kesepian.
"Oeks~"
Ah.. suara bayi itu terlintas dibenakku, bayi yang sangat imut, pipinya gembul dan hidung mungilnya yang mancung.
Membuatku tersenyum sendiri dan langsung pudar disaat aku merasa ada yang janggal di rumah pohon itu.
Maksudku..
Kasur usang, lemari kecil dan meja belajar yang ada beberapa buku diatasnya.
Apa Bu Jihyo memeriksa tugas didalam pohon itu lalu beristirahat disana sambil menjaga bayinya? Itu tidak mungkin!
Ya tidak mungkin bagi seorang guru yang memakai hels serta rok pans memanjat keatas pohon, walaupun menggunakan tangga.
Jadii..
Sebenarnya Bayi siapa itu dan siapa yang menghuni rumah pohon di halaman belakang sekolah.
Minji Pov End.
Sosok Bu Jihyo terlihat bergerak menuruni tangga di pohon, ia berhati-hati dan akhirnya tiba dibawah.
Berbalik dan dirinya langsung terkejut disaat sudah bertemu pandang dengan sosok gadis mungil.
"Kamu membuat saya terkejut."
"Ma-maaf, sa-saya minta maaf." Bu Jihyo hanya mengangguk kecil dan menepuk-nepuk pelan pucuk kepala gadis itu.
"Dia sudah tidur." Sosok gadis itu menyunggingkan senyuman tipis dan membungkukkan badannya segera.
"Terimakasih."
"Tidak masalah dan juga.. segeralah pindah dari sini, tidak mungkin untukmu tinggal disini terus, bahaya untuk bayinya." Ucap Bu Jihyo yang membuat sosok itu melunturkan senyumannya.
Bu Jihyo menghela nafas dan menyunggingkan senyuman hangat, ia mengelus pundak kiri gadis itu sebelum pergi dari sana.
Dan kini hanya tinggal dia sendirian disana, perlahan ia menegakkan punggung dan menoleh ke arah mana perginya Bu Jihyo.
Setetes air mata jatuh dengan perlahan ke pipinya, gadis itu menunduk dan mengigit kuat bibirnya.
Disuruh pindah dari rumah pohon itu sama saja dengan membuat dirinya menderita bersama bayi itu.
Karena..
Dia tidak mempunyai uang sama sekali, untuk membeli susu dan perlengkapan bayi saja ia harus bekerja ditengah malam.
Dan pekerjaannya itu sangatlah kotor.
Sangat-sangatlah kotor lalu duit yang didapat tidak sebanding dengan apa yang dikerjakannya.
Mereka terkadang hanya membayar 50k atau 100k, apa itu cukup untuk mencari tempat tinggal?
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Mother ✅
Random"Cupu." "Sampah." "Mencemarkan pandangan woi!" Ya setidaknya itulah setiap kata yang kuterima semenjak merubah penampilan menjadi cupu. "Cocok lah disandingkan sama dia, sama-sama sampah." Aku hanya terkekeh sinis dalam hati dan memandang sosok...