"Baik baik akan kujelaskan!" Lucy terpaksa memberitahu Minji akan kenyataan yang sebenarnya karena Minji mulai berani mengelus punggungnya.
"Sebelum itu biarkan aku menenangi bayiku."
"Bayimu? Jadi benar dia anakmu?" Lucy mengangguk lemah, Minji mengerjap tak percaya, ia menarik tubuhnya dan melangkah mundur, terbebas dari kukungan Minji, Lucy langsung saja menghampiri bayinya dan menggendongnya.
Ia menenangi bayinya dan menghapus air matanya sendiri yang jatuh ke pipi anaknya.
"Bohong.. itu pasti bohong kan?" Minji berbalik dan memandang punggung Lucy, ia menggeleng tak percaya kalau Lucy sudah mempunyai anak.
"Aku tidak berbohong, dia memang anakku hiks." Minji langsung terduduk lemas mendengarnya, ia menyenderkan punggung di dinding kayu dan kepalanya tertunduk lesu.
Air mata yang ditahan sedari tadi akhirnya keluar bebas mengalir di pipi.
Pemikirannya benar.. Lucy adalah ibu dari bayi itu dan sekarang siapa ayahnya?
Minji menghapus air matanya dan mendongak memandang Lucy yang kini sudah menghadap dirinya dengan mata sembabnya.
"Ay-ayahnya.. siapa ayahnya?" Walaupun berat untuk bertanya tetapi Minji harus mengetahuinya. Lucy tidak menjawab, melainkan menangis kembali dan bersimpuh lutut sambil memeluk hangat anaknya.
Melihat itu, Minji merangkak mendekatnya, tangan kanannya terangkat mengarah kebelakang tubuh Lucy, membawa tubuh bergetar itu kedalam pelukan yang tidak terlalu erat karena takut bayinya terhimpit diantara mereka berdua.
Minji tidak akan mendesak lagi untuk mendapatkan jawaban siapa ayah dari anak ini, dia akan diam sembari mendengar tangisan Lucy yang menyayat hatinya, menenangkan dengan elusan lembut di punggung dan kecupan hangat di pucuk kepala Lucy.
Because I Love You~
Nada dering hpnya berbunyi lagi, dengan berat Minji menoleh ke hp dan diam dengan pandangan kosong menatap siapa yang menelponnya.
Mama💕 calling you...
"Maaf mama, untuk kali ini Minji tidak bisa ngangkat telpon mama." Batinnya dan menoleh menatap pucuk kepala Lucy. Tangisan anak itu mulai mereda dan Minji melepas pelukannya, memegang lembut kedua bahu Lucy dan kepalanya menunduk untuk mempertemukan mata mereka berdua.
Ia menyunggingkan senyuman walaupun berat rasanya karena masih tidak menerima kenyataan barusan dan menghapus lembut air mata yang berbekas di pipi gembul Lucy.
"Ayahnya Razka."
Deg!
Senyuman Minji luntur seketika, kedua tangannya gemetaran yang masih berada di pipi, pandangannya kosong mengarah mata Lucy yang terus mengeluarkan air mata.
"Di-dia hiks memperkosaku." Lanjut Lucy yang membuat kedua tangan di pipi terkulai lemas seketika.
Ia bersimpuh lutut dan kepalanya mendongkak keatas memandang atap rumah pohon yang terbuat dari papan.
Air mata mengalir pelan ke pipi dan mulutnya terbuka untuk meraup udara dikala rasa sesak dan sakit yang diterimanya.
Ia menghela nafas berat dan menunduk menatap Lucy, kedua tangannya terkepal seketika dan rahangnya terkatup keras, rasa sesak dan sakit tadi digantikan dengan rasa amarah yang memuncak.
"Jadi ini alasan guru-guru serta teman-teman tidak menganggapmu?"
"Hmm."
"Lalu Razka selama ini berada dimana?"
"Lapas remaja."
.
.
.
.
.
."Mas, mas, tenangin dirimu." Ucap Mina sambil mengikuti Chaeyoung yang berjalan cepat menuruni tangga.
Dirinya terlihat kesulitan dan berhati-hati disaat menuruni tangga karena tidak ingin berakhir jatuh.
"Mas!' Teriaknya namun tidak dihiraukan sama sekali, bahkan Chaeyoung terus berjalan ke pintu yang sudah terbuka dan memperlihatkan Minji yang baru saja pulang.
Anak itu diam didepan pintu dengan pandangan kosong menuju mamanya, sehingga..
Plak!
Tamparan yang sangat keras, wajahnya berpaling ke kiri dan tubuhnya oleng sedikit, darah keluar dari sudut mulut.
"MAS!" Mina menutup mulutnya dengan kedua tangan, ia melotot tak percaya kalau Chaeyoung akan semudah itu melayangkan tangannya.
"Anak sialan!" Tatapan kosong itu perlahan hidup, ia melotot kecil dan meringis merasakan sakit yang baru berefek, kepalanya menoleh menatap sang papa namun wajah itu sudah tertoleh ke kanan karena pipi kirinya ditampar sekarang.
Plak!
"Mas hiks."
Tangan kirinya perlahan terangkat mengusap pipi yang panas akibat tamparan papanya, ia tersenyum miris dan menoleh memandang lekat mata marah Chaeyoung.
"Untuk pertama kalinya papa menampar Minji heheh." Dengan disertai cengiran Minji mengatakannya.
"Dan untuk pertama kalinya papa buat mama menangis, tamparan ini pasti ada artinya kan pa?" Tanyanya dengan mata yang perlahan berkaca-kaca sekarang dan bibir bawahnya bergetar kecil.
"Boleh kasi-
"Jauhin gadis bernama Lucy."
"Minji tidak bisa pa." Emosi Chaeyoung makin naik mendengar ucapan anaknya, ia mengangkat kedua tangan mengarah ke wajah dan mengusapnya kasar lalu menghela nafas kasar.
Netra merahnya memandang marah Minji yang tersenyum hangat, sangat buruk karena kedua sudut bibir mengeluarkan darah dan kedua pipinya berbekas 5 jari tamparan dari Chaeyoung.
"Son Minji."
"Margaku Myoi Minji Sharon pa."
Bugh!
"Uhuk." Kini perut yang ditendang, membuat tubuh itu membungkuk dan akhirnya jatuh bersimpuh lutut, Mina yang melihat itu langsung menghampiri Minji.
Ia menghalang Chaeyoung yang ingin menendang kembali tubuh anaknya, dengan kedua tangan terentang dan mata melotot marah dilayangkan kepada Chaeyoung.
Kaki kiri yang terangkat untuk menendang terpaksa berhenti dan ditarik ke posisi awal, Chaeyoung memandang marah Mina.
"Menyingkir! Aku harus menghajar anak sialan ini, selalu membuat masalah dan membuat anak orang masuk rumah sakit hanya karena gadis tidak tau asal usulnya! Menyingkir Mi-
"DIAM!"
Plak!
"PAPA!" Minji segera berdiri dan menahan tubuh mamanya, air matanya jatuh melihat wajah sang mama berpaling ke kanan dan beberapa helai rambut jatuh menutupi wajah cantiknya, ah tidak cantik lagi karena sudah berbekas oleh tangan kotor Chaeyoung.
Minji menggeram marah dan menatap nyalang papanya, ia melepas lembut tubuh mamanya dan bergerak maju untuk berdiri didepan papanya.
"Papa baru saja menampar mama."
"Itu karena kesalahanmu sendiri hm, jauhin atau papa bakal gunain cara sendiri untuk menyingkirkan gadis itu."
"MINJI TIDAK MAU!" Teriaknya dan langsung menangkap kepalan sang papa yang mengarah wajahnya.
"Dengar.. Minji menyukainya, minji menyayanginya walaupun dia sudah mempunyai anak."
"SON MINJI!" Wajahnya merah padam dan matanya melotot lebar mendengar ucapan sang anak.
"Dan Minji tidak akan pernah menjauh darinya pa, karena Minji sudah menandainya."
Bugh!
Kepalan tangan itu terlepas, Minji terdorong kebelakang beberapa langkah karena baru saja ditendang kembali oleh papanya, tidak sampai disitu saja karena Chaeyoung meninju kuat rahang kiri anaknya sehingga tubuh itu langsung terjatuh ke lantai.
Ia mengatur nafas yang memburu dan menatap tajam anaknya.
"Kau benar-benar harus diberi pelajaran Son Minji."
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Mother ✅
De Todo"Cupu." "Sampah." "Mencemarkan pandangan woi!" Ya setidaknya itulah setiap kata yang kuterima semenjak merubah penampilan menjadi cupu. "Cocok lah disandingkan sama dia, sama-sama sampah." Aku hanya terkekeh sinis dalam hati dan memandang sosok...