Thirteen

139 24 26
                                    

"Shhh pelan-pelan." Minta Minji kepada Lucy yang tengah mengobati luka dilengannya, mereka berada di uks sekarang.. hanya berdua dan Razka dilarikan kerumah sakit untuk perawatan yang membutuhkan dokter.

Sebab hidung anak itu benar-benar patah dan bagian bibir dalam atasnya ada yang koyak.

Wah sungguh kuat sekali Minji ini walaupun jahit di kaki dan lengannya terbuka.

"Lucy aku terlambat lagi ya?" Tangan yang memegang kapas itu terhenti didekat lengan Minji, Lucy mendongak dan bertemu pandang dengan mata coklat menenangkan tersebut.

Ia menggeleng dan menunduk namun tangan kanan Minji sudah menahan dagunya lalu membawanya keatas untuk bertemu pandang lagi.

Seharusnya Lucy takut dengan hal ini namun entah kenapa ia hanya diam dan merasa jiwanya sudah terkunci melalui pandangan hangat Minji.

"Siapa dia?" Tanyanya lembut disertai usapan membuat Lucy jadi nyaman dengan perilaku Minji seperti ini.

"Lucy.. aku bertanya siapa dia?" Tanyanya lagi dan kali ini wajah yang mendekat perlahan dengan mata yang terus tertuju menatap mata indah Lucy.

Dan Lucy masih diam memandang lamat mata Minji, mulutnya terbuka kecil disaat akan menjawab namun..

Matanya melotot kecil, kapas yang ada ditangan terjatuh dan jantungnya berdegup kencang sekarang karena...

Sesuatu yang hangat dan lembut sudah menempel dibibirnya, hanya menempel dalam hitungan menit dan Minji menarik wajahnya mundur.

Ia tersenyum dan mengangkat tangan kiri untuk menangkup kedua pipi gembul Lucy.

"Itu hukuman karena kamu tidak menjawab pertanyaanku hm." Lucy masih melotot kecil yang membuat Minji terkekeh gemas melihatnya, ia menarik wajah itu maju namun Lucy langsung mengangkat kedua tangan untuk menepis tangan Minji lalu berlari cepat keluar dari uks.

Menyisakan Minji yang tertawa kecil sambil menyibak surai pirangnya kebelakang dengan tangan kanan, memperlihatkan dahi dan alis yang pasti bakal membuat para gadis disekolah menjerit.. pasalnya dia terlalu tampan.

Jangan sampai ni cerita ganti judul jadi "Terlalu tampan."

"Wah.." Tapi ternyata ada sosok wanita yang datang ke uks dan Minji mendecih kecil melihat siapa wanita itu.

Siapa lagi kalau bukan Alice yang melangkah masuk dan menutup pintu, tak lupa menguncinya membuat Minji memutar malas bola matanya.

"Sangat tampan melebihi Singnie."

"Cih." Alice tersenyum lebar dan mendekati Minji, setibanya didekat anak itu ia langsung melingkarkan kedua tangan dileher Minji dan menjinjit sedikit untuk mempertemukan kedua mata mereka.

Alice memandangnya berbinar namun Minji membalasnya dengan tatapan malas.

"Boleh tau namanya.. tampan?" Tanyanya dengan gigitan bibir bawah dan tangan kanan turun mengusap dada bidang Minji.

Minji menghela nafas kasar yang otomatis mengenai wajah Alice, dirinya kesenangan seketika dan mulai membuka kancing baju pasien yang di pakai Minji.

"Play with me baby?"

Brugh!

Dorongan yang cukup kuat sehingga punggung Alice mengenai meja sebagai jawaban dari Minji, anak itu mendecih muak dan memasangkan kembali kancing atas yang sudah terbuka, ia turun dari ranjang dan memandang tajam Alice yang kini tertunduk sambil memegang pinggulnya dan meringis kesakitan.

"Jangan coba-coba menyentuhku sebelum Lucy yang melakukannya, dasar jalang."

Deg!

"Ja-jalang?" Gumamnya kecil dan menggema sedikit diruangan kosong tersebut karena Minji sudah meninggalkannya.
.
.
.
.
.
.

Lucy pov.

Deg.. deg.. deg..

Tenanglah, kumohon tenanglah jantung.. kenapa kau berdetak sangat kencang hah!

Itu hanya kecupan, ya hanya kecupan.. tetapi kenapa sangat berkesan bagiku.. astaga! Padahal aku sudah pernah melakukan lebih dengan..

Tidak! Aku tidak pernah melakukannya, aku tidak pernah melakukannya dengan senang hati.

Dia lah yang memaksaku, anak kepala sekolah sialan itu yang memaksaku dan mengancam akan mengeluarkanku dari sekolah kalau aku melawan.

Entah kenapa aku bisa berpacaran dengan laki-laki yang menjijikkan.

Ya pacar karena kami saling menyukai, itu benar namun untuk melakukan itu aku tidak mau! Dia memang selalu memintaku untuk melakukan itu bersamanya.. disetiap ada waktu, disetiap harinya namun aku menolak.

Waktu itu dia hanya mengangguk dan tersenyum, aku senang karena dia tidak pernah meminta hal seperti itu namun kesenanganku hancur dalam hitungan hari, hatiku hancur berkeping-keping karena dia akhirnya memperkosaku.

Disana.. diatas rumah pohon tempatku belajar karena disana sangat menenangkan bagiku.

Namun tempat itu sudah terkotori oleh desahan sialanku dan erangan kenikmatan darinya.

"Arghhh!" Berteriak keras melampiaskan rasa sakit dan kesalku, berjongkok tepat dibawah pohon yang diatasnya ada rumah pohon.

Mengangkat kedua tangan untuk menutupi kuping karena suara kotor itu terdengar dan berputar di benakku.

"Arghhh-

"Lucy aku terlambat lagi ya?"

Deg!

Diam.. aku terdiam disaat suara kotor itu hilang digantikan suara Minji.

"Itu hukuman karena kamu tidak menjawab pertanyaanku hm." Perlahan tangan kiriku turun menuju bibir, menyentuhnya lembut dan mengusapnya.

Aku masih bisa merasakan kehangatan dan lembutnya bibir Minji dan membayangi seolah-olah Minji ada dihadapanku, tengah berjongkok dan tersenyum hangat untuk menenangkan diriku.

Memejamkan mata seolah tangan hangat Minji mengelus lembut surai dan pipi kananku.

Lalu..

"Aku janji tidak akan pernah terlambat lagi, Lucy."

Membuka mata dan tersenyum lebar setelah mendengar ucapan yang seolah-olah benar keluar dari mulut Minji.

Padahal aku tau itu hanya khayalan ku seorang, gadis yang sudah tidak perawan dan memiliki anak.. memangnya berhak mendapati kehagiaan seperti dulu melalui Minji.

Kurasa tidak berhak? Karena aku kotor dan menjijikkan.

Lucy Pov end.

Young Mother ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang