"Cupu."
"Sampah."
"Mencemarkan pandangan woi!"
Ya setidaknya itulah setiap kata yang kuterima semenjak merubah penampilan menjadi cupu.
"Cocok lah disandingkan sama dia, sama-sama sampah."
Aku hanya terkekeh sinis dalam hati dan memandang sosok...
"Jadi selama ini dia di lapas remaja?" Lucy mengangguk kecil.
"Siapa yang melaporkannya."
"Kepala sekolah." Minji menghela nafas sejenak, ia menelan ludah untuk membasahi tenggorokan yang dirasa kering sekali.
"Dan kemarin dia baru saja bebas?"
"Tidak, aku rasa dia dibebaskan oleh seseorang." Lucy meletakkan bayinya dikasur usang, ia mengusap lembut pipi kanan anaknya dan tersenyum sedih.
"Ayahnya.. pasti ayahnya ya-
"Kepala sekolah adalah ayahnya." Mendengar itu Minji membungkam mulutnya dan mengalihkan pandangan untuk tidak menatap mata basah Lucy.
Pantas saja Lucy masih diizinkan sekolah disini serta menghuni rumah pohon, ternyata sang kepala sekolah lah atau lebih tepatnya sang anak yang meminta kepada ayahnya untuk tidak mengeluarkan Lucy. Dan sebagai gantinya dia saja yang mendekam di dalam lapas remaja.
Namun entah apa yang dipikirkan atau direncanakan oleh kepala sekolah karena membebaskan sang anak sebelum waktunya bebas.
"A-aku takut.. me-mereka sama gilanya." Ucap Lucy, Minji menoleh kepadanya dan memandang lamat wajah Lucy yang mengeksperikan ketakutan.
"A-ayah dan anak sama saja, ke-kepala sekolah sebenarnya ada tujuan mengapa aku tidak dikeluarkan dari sekolah."
"Apa?"
"Nafsu.. setelah sang anak, sang ayah akan melakukannya hanya untuk nafsu."
"Bajingan."
"Tolong aku hiks... aku ingin pergi, sudah sering sekali bu Jihyo atau satpam disekolah ini menyuruhku pergi, namun aku tidak bisa.. selain masalah uang aku terus diawasi oleh seseorang." Minji mengatup kuat rahangnya, ia tiba-tiba memandang sekeliling, bergerak mengitari rumah pohon dengan kepala bergerak kesana kemari.
Lucy yang melihat itu hanya diam mengikuti pergerakan Minji dan tak lama Minji berhenti di dekat lemari usangnya, anak itu mendongakkan kepala dan mengulurkan tangan kiri untuk meraba bagian atas lemari.
Jari kirinya merasakan sesuatu yang membuat nafasnya terdengar memburu dan mengambil sejenis kamera kecil yang ada disana, menatapnya tajam dan melemparnya begitu saja melewati Lucy yang melotot kaget dan menoleh kearah kamera yang sudah rusak menjadi beberapa bagian.
Matanya mengerjap tak percaya kalau ada kamera pengintai dirumah pohon ini, ia dengan segera memeluk diri sendiri dan gemetar ketakutan.
Dan tubuh itu di raih kasar oleh Minji untuk menghadap dirinya, kedua tangan Minji mengarah ke pipi gembul Lucy dan mengusapnya pelan supaya Lucy tenang.
"Dengarkan ini Lucy, mungkin ini terlalu cepat namun aku tidak bisa menahannya, aku mencintaimu, menyayangimu." Ungkap Minji akan perasaannya terhadap Lucy, membuat gadis itu memandang dirinya dan menggeleng kecil.
"Kamu tidak pantas menyukaiku Minji, ak-aku ko- Humph." Matanya melotot kecil, kedua tangannya refleks terangkat menuju lengan Minji dan mencengkramnya kuat disaat bibir hangat Minji sudah menyatu dengan bibirnya.
Kepalanya tersentak kebelakang dan memejamkan mata kuat disaat bibir itu bergerak melumat bibir bawah dan atasnya.
Ciuman yang sangat lembut dan perlahan Lucy mulai menikmatinya, namun Minji memutuskan tautan bibir itu dan menyatukan kening mereka berdua, saling melempar tatapan dan mengatur nafas.
"Pergilah dari sini."
"Aku tidak bisa."
"Aku mempunyai rumah kecil di dekat sini, pergilah kesana dan tunggu aku hmm, aku tidak akan terlambat untuk ke 3 kalinya." Minji mengecup sebentar bibir Lucy sebelum menarik wajah dan memberikan Lucy sebuah kunci rumahnya.
Ia meraih tas dan berdiri perlahan lalu menunduk memandang Lucy.
"Aku janji tidak akan terlambat lagi, Lucy."
Flashback off . . . . . . . .
Janji yang dilontarkan oleh Minji tidak berjalan dengan sempurna, setelah dihajar oleh sang papa dirinya di bawa paksa menuju garage, setibanya disana tubuh lemah itu dilempar kedalam.
Chaeyoung menghela nafas kasar dan segera menekan sesuatu yang membuat Garage itu tertutup perlahan, sadar dirinya akan dikunci Minji segera bangun dan berlari untuk keluar dari sana.
Namun semuanya terlambat, cahaya yang dia lihat diluar sana sudah tergantikan oleh kegelapan, suara tangisan dan bentakan yang didengarnya menandakan kalau dirinya benar-benar dikunci dari luar.
Sendirian didalam garage yang penuh dengan beberapa mobil membuat Minji tidak kehabisan akal, ia mencari saklar lampu dan menekannya, ruangan yang gelap itu terang seketika memperlihatkan jejeran mobil didalam garage.
Setelah itu ia segera menoleh keseluruh garage untuk mencari mobil yang sekiranya kuat untuk menghancurkan pintu besi dihadapannya.
Dan ketemu, senyuman lebar serta langkah yang tergesa-gesa bergerak menuju mobil itu, setibanya ia menginjak pijakan di bawah pintu mobil, membukanya dengan tangan kanan lalu masuk dan menutupnya kembali.
Sepertinya keberuntungan berpihak kepadanya karena kunci mobil masih bertengger di sana, ia mengangkat kedua tangan menuju stir mobil, menarik nafas sambil memejamkan mata lalu menghembuskannya pelan diiringi mata yang terbuka.
Dia melakukan itu untuk menenangkan diri, mobil yang dinaikinya cukup tinggi, tau sendiri kalau Minji takut dengan ketinggian dan juga dia belum terlalu memahami mengendari mobil sebesar ini.
Sekali lagi ia menghela nafas dan tangan kanannya bergerak memutar kunci, mobil bergetar kecil menandakan mesinnya sudah menyala, dengan menelan ludah dan memancarkan doa didalam hati, Minji mulai menjalankan mobil itu.
Menekan kuat gas yang mengakibatkan sebagian belakang mobil yang kecil terkena dan mengeluarkan suara, masa bodoh dengan itu yang penting dia keluar dari sana dan menemui Lucy.
Kedua tangannya meremat kuat, mata coklatnya menajam menatap pintu besi yang hampir dekat.
Semakin dekat, semakin dekat dan..
BRUAAKK!"
Mina dan Chaeyoung sontak menolah ke garage, mereka melotot terkejut dan menyingkir dari mobil besar yang dibawa oleh Minji serta beberapa kepingan besi yang hampir saja mengenai mereka.
Chaeyoung yang dalam keadaan jatuh segera bangkit dan berlari mengejarnya, namun sialnya dia gagal karena mobil itu sudah keluar dari rumah dan melaju kencang dijalanan yang sedikit lenggang.
Chaeyoung menggeram marah, ia melihat sekeliling dan segera memerintahkan beberapa bodyguard dirumah untuk mengejar mobil Minji.
Minji yang berhasil kabur tersenyum senang namun kesenangannya itu hanya berlaku sebentar karena ia merasakan sesuatu yang mengalir dari sudut kepala kirinya, basah dan tercium seperti bau besi berkarat.