Nineteen

119 22 4
                                    

Setelah kepergian Minji, Lucy langsung bergerak membereskan semuanya, meraih tas besar dan memasukkan asal baju ataupun buku serta perlengkapan bayi.

Tidak perlu berlama-lama karena semuanya sudah masuk didalam tas yang menggembul sekarang, ia memakainya dan menggendong lembut bayinya, netranya bergerak menatap kearah tangan yang terkepal, ia membukanya perlahan dan melihat sebuah kunci yang diberi gantungan berupa rubah kecil.

Melihat itu ia tersenyum hangat dan menitikkan air matanya, mengepalkan tangan lagi dan mengusap bekas air mata di pipi.

Perlahan bergerak menuju pintu kecil di depannya, membungkuk sedikit secara hati-hati dan sesekali melirik ke bayinya yang masih tertidur lelap sambil menghisap jempol.

"Sabar sebentar sayang, kita akan pergi dari sini." Ucap Lucy sambil menatapnya hangat ia mendesah lelah dan terdiam setelah berada diluar.

Ini bagian tersulitnya karena harus menuruni tangga dalam posisi menggendong bayi, bisa saja namun bobot yang dibawanya di punggung lumayan berat dan hanya menggunakan satu tangan? Sangatlah sulit.

Namun dia akan melakukannya, demi dirinya, demi anaknya dan demi Minji yang mungkin sudah dalam perjalanan menjemput dirinya.

Ia menarik nafas dalam dan menghembuskannya perlahan, dengan berhati-hati ia mengulurkan kaki kirinya dulu kebawah lalu kaki kanan dan bergerak turun, tangan kirinya memegang tangga yang berada diatas kepala.

Sangat berhati-hati dan sesekali menoleh kebawah atau ke pijakan tangga.

"Jadi kamu memutuskan pergi?" Entah kapan datangnya, satpam itu berbicara yang membuat Lucy terpeleset dan hampir saja terjatuh, Lucy menghela nafas lega dan menoleh menatap satpam itu.

Ia mengangguk dan akhirnya telah berada dibawah.

"Syukurlah, saya takut terjadi sesuatu dengan bayinya kalau kamu pergi bekerja." Lucy hanya tersenyum dan mulai melangkah meninggalkan rumah pohon, disusul sang satpam yang menawarkan diri untuk membawakan tas Lucy, anak itu mengangguk kecil dan memberikan tasnya kepada satpam itu.

"Tapi boleh tau? Kenapa akhirnya mau pergi dari rumah pohon itu?" Tanyanya walaupun sedikit tidak enak, namun dia penasaran mengingat bagaimana Lucy acap sekali menolak untuk pergi dari rumah pohon itu.

"Dia yang membebaskanku dan mengajakku tinggal bersama." Jawab Lucy dengan senyuman, satpam turut tersenyum mendengar itu dan menoleh kedepan.

"Tuan Razka sangatlah gentleman." Ucapnya yang membuat Lucy berhenti melangkah namun tidak dengan satpam itu yang terus melangkah sambil terkekeh kecil.

"Dia telah berbuat jadi harus berani bertanggung jawab dan akhirnya ia mengajakmu tinggal bersama, saya tu- eh." Ucapan dan langkahnya terhenti disaat menoleh ke kiri dan tidak mendapati kehadiran Lucy, ia mengernyit bingung dan menoleh kebelakang.

Ah ternyata Lucy berdiri diam dibelakang sambil memandangnya datar, satpam itu menelan ludah karena mungkin sadar dengan ucapannya yang sedikit membuat Lucy tidak senang mendengarnya.
.
.
.
.
.
.
.

Brumm!

Suara mobil yang terdengar sampai belakang membuat Satpam dan Lucy menoleh ke asal suara.

Wajah datar itu berubah menjadi berbinar seketika, senyumannya menyungging dan ia berlari kecil melewati satpam itu yang langsung bergerak menoleh ke Lucy.

"Itu pasti Minji." Ucapnya sambil menahan senyum.

"Oek!"

"Tenanglah sayang, calon papamu sudah datang hm." Ucap Lucy dengan senyuman hangat.

"Oeeekk oeekk." Bukannya tenang bayi itu kian menangis, membuat sang satpam berlari cepat untuk mensejajarkannya dengan Lucy.

"Apa bayinya baik-baik saja?" Tanyanya sambil berlari dan sedikit kesulitan membawa tas Lucy.

Lucy mengangguk kecil dengan senyuman yang menghias wajahnya, namun satpam merasa tidak yakin dengan itu karena bayinya terus menangis, seolah-olah tengah ditakuti oleh sesuatu.

"Lucy, berhenti berlari, jalan dengan santai saja mungkin bayinya menangis karena kamu berlari." Ucapnya lagi dan Lucy sontak berhenti berlari, ia mengatur nafas dan memandang bayinya yang tidak berhenti menangis sama sekali.

"Apa dia haus?"

"Aku belum memberinya susu sih." Raut ke khawatiran muncul sekarang, Lucy merasa lalai karena lupa memberikan bayinya susu.

"Kalau gitu berikan sekarang." Lucy menggeleng cepat dia ingin berlari lagi karena tidak ingin membuat Minji menunggu, namun lengan kanannya ditahan oleh tangan satpam itu.

Lucy memandang tidak suka dan menarik kasar tangannya, ia mundur beberapa langkah untuk menjaga jarak dari sang satpam.

"Maaf, saya tidak bermaksud, hanya saja berikan dulu bayinya susu dan soal orang yang menjemputmu pasti bisa menunggu untuk beberapa menit."

Lucy menggeleng lagi, dia tidak mau membuang waktu karena Minji pasti mulai lelah menunggunya dan berakhir meninggalkannya.

Hilang sudah kesempatannya untuk hidup bebas bersama Minji.

Maka dari itu dia memutuskan untuk berlari dan mengabaikan sang satpam, namun..

Langkah kakinya melambat dan langsung berhenti, tubuhnya gemetaran kecil seketika dan matanya bergetar memandang sosok Razka yang tengah berjalan santai mendekatinya, bersama 2 bodyguard yang mempunyai tubuh kekar dan sedikit menyeramkan.

"Baby.... kebetulan sekali kkk, aku merundingkan dengan papa untuk mengajakmu tinggal bersama dan sepertinya kamu sudah siap ya kkk."

"Ti-tidak hiks."

"Oeekkk!"

"Wah anakku."

"Jadi ini alasan kenapa Rowoon menangis, tidak hiks.. Minji tolong aku." 

Young Mother ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang