Eleven

158 25 26
                                    

Minji merubah posisinya menjadi duduk, ia melepas infus secara tiba-tiba dan turun dari ranjang.

"Shh." Desisan kecil terdengar diruangan itu disaat kakinya menginjak lantai, sangat sakit namun Minji masih bisa menahannya.

Ia melangkah mendekati jendela dan menyibak lebih lebar tirai biru, memperlihatkan awan yang sedikit mendung disertai angin sepoi-sepoi yang menerbangkan beberapa helai dedaunan.

Deg!

Jantungnya tiba-tiba berdetak kencang, rasa gelisah serta tidak enak muncul begitu saja tanpa diminta olehnya.

Ia mengangkat tangan kanan menuju dada kiri dan merematnya pelan, raut wajahnya terlihat gusar sekarang.

"Perasaan apa ini." Gumamnya lirih sambil mengatur nafas yang tiba-tiba memburu.

Tidak tahan apa yang dirasakannya sekarang, anak itu tiba-tiba bergerak menuju pintu, membukanya dan menyembulkan kepala untuk mengintip lorong rumah sakit.

Tidak ada siapapun, itu bagus untuknya dan ia keluar sepenuhnya lalu berlari begitu saja tanpa menutup pintu.

Rasa sakit di kaki terkalahkan dengan rasa gelisah di dadanya.

"Eoh, kamu mau kemana?" Salah satu suster yang baru keluar dari ruangan pasien melihat dirinya, dia hanya diam dan terus berlari melewati suster itu.

Sadar kalau Minji adalah pasien yang di ceknya tadi, segera ia berlari pelan menyusul Minji.

"Kamu berhenti!" Teriaknya namun tidak dihiraukan sama sekali olehnya, malah beberapa dokter dan pasien lainnya yang menoleh ke mereka.

"Cih." Dirinya langsung berdecih disaat 2 atau 3 dokter menghalanginya, selagi masih berlari ia melihat sekeliling untuk mencari jalan keluar.

Dan ketemu.. langsung saja ia berbelok ke kiri secara tiba-tiba, membuat suster itulah yang berakhir menubruk dokter itu dan jatuh ke lantai.

"Pfftt." Minji menyeringai melihat itu setelah berada diluar, ia memberikan jempol kepada mereka semua yang menyorakkan dirinya karena membuat kekacaun dirumah sakit.

Berlari lagi lebih cepat sekarang dikarenakan satpam sudah melihat dan mengejar dirinya.

Lalu setibanya diluar ia langsung masuk kedalam bus yang pintunya hampir tertutup, kehadirannya membuat para penumpang tersentak kaget termasuk sopir bus itu.

Minji mengatur nafas sejenak dengan kedua tangan berada di pinggul, sadar kalau bus itu belum bergerak meninggalkan area rumah sakit, ia menoleh dan memerintahkan cepat sopir itu untuk menjalankan busnya.

Tanpa diminta 2 kali sang sopir segera menjalankan bus dan pergi meninggalkan area rumah sakit bertepatan dengan para satpam yang baru tiba di luar.

Minji tertawa kecil melihat betapa lelah dan kesalnya satpam rumah sakit karena gagal menahan dirinya, namun tawaan kecil itu berubah menjadi ringisan dan terduduk lemas langsung, membuat salah satu penumpang berdiri dan mendekatinya.

"Kamu baik-baik saja?" Minji menoleh dan mengangguk kecil, bohong kalau dirinya baik-baik saja, soalnya jahitan di kaki terlepas dan mengeluarkan darah kembali, bisa terlihat di celananya namun Minji menutupinya dengan tangan dan berdiri perlahan.

Sosok itu membantunya berdiri disaat melihat Minji kesulitan, ia membawanya duduk di kursi setelah itu berdiri diam sambil memandang kasihan wajah keringatan Minji.

"Kamu benar baik-baik saja?"

"Iya dan terimakasih, silahkan duduk di kursimu lagi." Ucap Minji dengan senyuman paksa serta tangan kanan terulur menunjuk kursi yang diduduki sosok itu tadi, namun sosok itu tidak pergi dari sana, ia tetap diam di samping Minji.

Minji melunturkan senyumannya dan menghela nafas, percuma saja dia berbicara baik-baik dengan orang asing.

"Btw pak, Kesekolahan ya." Ucapnya yang benar-benar mengabaikan sosok asing disebelahnya.
.
.
.
.
.

"Oh ayolah Lucy jangan lari terus." Ucap Razka yang tertawa kecil dan berjalan santai menyusul Lucy yang tengah berlari.

Memangnya bisa dia menghindar dari Razka? Tentu tidak karena para murid menghalanginya dan Lucy mendorong atau memukul dada mereka supaya menyingkir.

Tentu hal itu berhasil membuat mereka kesakitan dan memberi jalan untuk Lucy yang makin berlari cepat, Razka tetap saja berjalan santai dan tertawa gemas melihat rubah kecilnya menghindar.

"Sudahlah sayang, kamu tidak akan bisa lari dariku." Ya begitu ucapnya dan Lucy tetap berlari walaupun dia tau itu percuma saja, berbelok menuju tangga namun..

Brugh!

Dirinya menubruk tubuh seseorang dan terdorong kebelakang, namun sebelum tubuh itu jatuh menghantam lantai tangan sosok yang ditubruk sudah terlebih dahulu menahan tubuhnya.

Tangan yang berada di pinggul menarik Lucy dan menubruk dada bidangnya.

Detakan jantung yang kencang hal pertama didengar Lucy, ia mendongak dan bertemu pandang dengan sosok itu yang ternyata menunduk memandang dirinya pula.

Hanya diam saling pandang namun buyar dikarenakan suara Razka, Lucy langsung memeluk erat tubuh sosok itu dan membenamkan wajah cantiknya di dada bidang yang sedikit basah karena keringat.

"Cilukba.. aku menangkapmu sayang hehehe." Ucap Razka dengan cengiran dan melompat kecil untuk mengejutkan Lucy namun apa yang dilihatnya sekarang membuat cengiran itu hilang, wajahnya datar seketika dan rahangnya terkatup keras.

Apa yang dilihat Razka sungguh benar-benar membuat emosinya naik sekarang, bagaimana tidak.. dia sudah melihat Lucy berada di pelukan seseorang yang sama sekali tidak dikenalinya.

Sosok itu memandang datar Razka, entah kenapa ia tiba-tiba emosi dan ingin menghajar saja Razka.

Dan kepalanya tertunduk memandang pucuk kepala Lucy disaat ia merasakan rematan baju didada bidangnya.

"Tolong aku hiks." Dan tangisan itu berhasil membuat rahangnya terkatup keras dan memandang tajam Razka, tangan yang berada dipinggul sengaja menekan tubuh Lucy supaya lebih menempel ketubuhnya.

Razka tersulut emosi melihat itu, ia langsung bergerak untuk menghajar sosok didepannya namun sayangnya dialah yang terpelanting menghantam tembok dibelakang karena sosok itu terlebih dulu menendang kuat dadanya.

Bugh!

Deguman antar punggung dan tembok terdengar keras, membuat para murid menoleh dan berlari keasal suara, setibanya disana mereka langsung melotot terkejut dan memandang heran dengan sosok yang masih memeluk lucy.

"Siapa dia?" Pertanyaan itu terlontar dari Alice yang memandang berbinar sosok itu, Singnie yang ada disebelahnya menggeleng tidak tau.





















"Siapa dia?" Pertanyaan itu terlontar dari Alice yang memandang berbinar sosok itu, Singnie yang ada disebelahnya menggeleng tidak tau

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Leonardi Razka Kang.

Young Mother ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang