Minji menelan ludah dan menarik perlahan tangannya dari bayi tersebut, ia berdiri kaku dan memandang gugup sosok gadis yang memandangnya terkejut dan sedikit gemetaran.
"Ka-kamu siapa? Murid kelas berapa kamu?"
"A-anjir Bu Jihyo."
"Jawab pertanyaan saya." Minji menelan ludah dan mengumpat dalam hati dikarenakan dia sudah melepas penyamarannya, apa yang harus dia jawab, haruskah dia jujur mengatakan kalau dia murid baru yang datang bersamanya ke kelas tadi.
Atau malah sebaliknya berbohong dan menciptakan skenario baru.
"Oekks~" Suara bayi yang menangis mengambil atensi mereka berdua, Bu Jihyo menghela nafas dan mendekati bayi itu, ia berjongkok dan menggendongnya lembut, menimang-nimangnya supaya bayi itu tenang tetapi apa yang dilakukan Jihyo tidak membuahkan hasil seperti Minji.
"Ba-bayinya haus sepertinya bu."
"Benarkah?" Minji mengangguk dan melangkah mendekati botol susu yang terjatuh tadi, tubuhnya membungkuk dan tangan kirinya meraih botol itu, menggenggamnya lembut lalu menegakkan punggung dan mendekati Bu Jihyo.
Ia memberikannya kepada Jihyo dan guru itu menerimanya dengan tangan gemetaran lalu mengarahkan ujung dot kemulut bayi yang terbuka, namun tetap saja bayi itu menangis bahkan makin kencang.
"Cup cup cup." Sehingga disaat Minji mengelus lembut kepala bayi itu dan memainkan jari telunjuk kirinya di tangan mungilnya, tangisan Bayi itu perlahan mereda.
"Izinin saya yang gendong ya bu?" Izin Minji dan Bu Jihyo mengangguk kecil lalu memberikan lembut bayi itu ke gendongan Minji.
Minji terkekeh lucu dan mengarahkan jari telunjuknya ke hidung mungil bayi itu, memainkannya lembut sehingga senyuman kecil terbit di bibir mungil bayi tersebut.
Jihyo yang melihat itu dibuat tak percaya, bagaimana bisa seorang cowok asing menggendong bayinya dan menenangkannya begitu saja sehingga bayi itu terlihat nyaman dan menyukainya digendongan Minji.
"Kenapa bisa?"
"Apanya bu?"
"Bayinya.."
"Ah, saya mempunyai keponakan dan sering bermain bersamanya bu, jadi bukan hal yang sulit untuk menenangi bayi ini hehehe." Ucapnya dengan cengengesan, membuat Bu Jihyo sedikit terpesona dengan Minji.
Hal yang wajar karena ia baru menemui cowok tampan disekolah ini selain Singnie dan Alex, lalu perilakunya sangat baik.
"Lalu siapa kamu?" Dan pertanyaan yang tadi kembali terlontar, membuat Minji melunturkan cengengesannya dan sepenuhnya menoleh ke Bu Jihyo sekarang, memandangnya lama membuat guru itu menjadi salah tingkah dalam diam.
"Saya Minji, Myoi Minji Sharon murid baru yang datang bersama ibu tadi."
"Hah?" Jihyo tidak bisa menahan ke terkejutannya setelah mendengar nama yang disebut.
Myoi Minji Sharon yang ada diingatan Jihyo adalah sosok cowok yang culun dan jelek, namun kenapa yang didepannya ini sangat ganteng dan menawan.
"Baiklah bu, bayinya sudah tenang. Saya mau kembali kekelas." Suara Minji membuyarkan lamunan Jihyo, guru itu bergerak salah tingkah disaat Minji melangkah mendekati kasur usang dan meletakkan bayi diatasnya.
Sebelum benar-benar berdiri ia mengambil gigi tonggos palsunya serta tompel sedang yang terletak di lantai.
Memakainya secara membelakangi Bu Jihyo sehingga guru itu tidak tau apa yang tengah dilakukannya.
Dan disaat sudah selesai lalu berbalik menghadap Bu Jihyo, guru itu..
"ASTAGA KENAPA MINJIKU JADI JELEK!!" Berteriak tidak terima karena Minji yang ganteng sudah berubah menjadi Minji yang cupu dan jelek.
"Heheheh." Dan Minji hanya cengengesan polos lalu keluar dari rumah pohon dan menuruninya dengan pandangan menengadah keatas.
Dia tidak ingin melihat kebawah! Karena takut dengan ketinggian.
.
.
.
.
."A-apa ini?" Gumamnya kecil dengan mata melotot marah, bagaimana tidak.. dia baru saja tiba dikelas dan sudah disuguhi oleh pemandangan yang membuat emosinya naik.
Meja dan kursinya sudah tercoret dengan kata-kata kotor dan hinaan lalu rusak dibeberapa bagian, termasuk punya Lucy yang entah ada dimana gadis itu sekarang.
Minji mengatup kuat rahangnya dan mengepalkan kedua tangan kuat, ia sebisa mungkin menahan emosinya supaya tidak kelepasan dan penyamarannya terbuka.
Menarik nafas dalam lalu dihembuskan perlahan dan memandang keseluruh kelas, lebih tepatnya menatap murid-murid yang terlihat santai.
Saling mengobrol, mabar dan ketawa santai seolah-olah tidak merasa bersalah setelah melakukan ini.
Minji bisa menduga kalau sebagian dari murid di kelas ini lah yang menyoret dan merusak meja serta kursinya, terlebih Singnie yang kini memandangnya sinis sambil tersenyum miring.
"Gua tandain lu anjing." Batin Minji bertepatan dengan guru b.inggris masuk, membuat para murid kelabakan duduk dikursinya masing-masing, tapi tidak dengan Singnie dan Minji yang saling melempar tatapan.
Minji yang menatap marah Singnie, sedangkan Singnie masih menatapnya remeh lalu melangkah ke mejanya setelah ditegur guru b.inggris.
"Kamu duduk, pembelajaran segera dimulai." Ucap guru itu, namun Minji hanya diam dan terus memandang kearah Singnie.
"Hei saya bi-
Brak!
"Maaf terlambat."
"Lang duduk!" Guru itu terus melangkah mendekati Minji, menarik bahunya kasar setelah didekatnya lalu membawanya duduk, padahal dikursi itu ada bekas permen karet dan Minji terpaksa mendudukinya.
Lalu Lucy yang baru saja datang dan membuka kuat pintu sama sekali tidak membuat guru itu menoleh atau memarahinya. Guru itu malah terus mengomel ke Minji.
Membuat anak itu mulai muak dan memandang tajam keseluruh kelas yang mulai menertawakan dirinya.
Lalu netranya berhenti didepan kelas, ia memandang lamat Lucy yang kini menunduk sambil menautkan kedua tangannya.
"Berhenti memarahi saya, lihat dia terlambat!" Pada akhirnya rasa muak Minji lepas dan menunjuk Lucy.
Guru itu menoleh kesana dan mengernyit bingung.
"Siapa yang kamu tunjuk hah! Tidak ada siapapun disana! Berhenti bercanda."
"Hah? Apa anda but-
"Hoi cupu.. tidak ada siapapun di pintu." Itu Singnie yang berbicara memotong ucapan Minji, membuat anak itu terdiam dan menurunkan tangannya.
Minji tidak mengerti sama sekali.. kenapa bisa? Kenapa bisa gadis secantik Lucy benar-benar terabaikan dan dianggap hantu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Mother ✅
Altele"Cupu." "Sampah." "Mencemarkan pandangan woi!" Ya setidaknya itulah setiap kata yang kuterima semenjak merubah penampilan menjadi cupu. "Cocok lah disandingkan sama dia, sama-sama sampah." Aku hanya terkekeh sinis dalam hati dan memandang sosok...