Lucy berlari kalang kabut menuju sekolah, setibanya disana ia langsung membuka gerbang dan berlari masuk tanpa menutupnya kembali.
Berlari menuju halaman belakang dan larinya memelan disaat melihat sosok cowok berseragam yang tengah menyenter keatas, atau lebih tepatnya kerumah pohon.
Sadar dengan kehadiran seseorang satpam itu menoleh kepadanya disertai tangan yang menyorot Lucy, membuat kedua tangan anak itu terangkat untuk menghalau silaunya lampu senter tersebut.
"Kamu ternyata." Senter itu diturunkan dan Lucy menurunkan kedua tangannya, ia memandang ke rumah pohon sebentar setelah itu menoleh ke satpam yang lumayan ganteng disekolah ini.
"Huft Lucy, Bu Jihyo sudah menyuruhmu pergi dari rumah pohon itu kan?" Hal itu lagi, membuat kedua mata indahnya kembali berkaca-kaca.
Dia mengangguk kecil lalu tangan kanan terangkat mengusap air mata yang jatuh tanpa seizin dirinya, satpam itu menghela nafas kasar dan memalingkan wajah.
Sebenarnya dia sangat kasihan dengan gadis ini, sudahlah membuat nama sekolah malu dulunya, tidak dianggap layaknya seperti hantu dan sekarang harus tinggal dirumah pohon bersama Bayinya. Itu sungguh sangat berbahaya untuk bayinya karena bisa saja terjatuh atau ada hewan sejenis ular mematok bayi tersebut.
"Katakan kalau kamu sudah mau pergi dari rumah pohon itu." Ucap satpam tersebut dan melangkah tanpa menunggu jawaban Lucy, dia melakukan itu supaya tidak terbawa suasana dan mengasihani lebih dalam gadis itu.
Setidaknya Lucy masih beruntung ada Bu Jihyo yang menganggapnya ada dan memerhatikan bayi diatas sana, seperginya satpam itu Lucy langsung berjalan cepat menuju tangga tertancap disana.
Ia memanjatnya pelan serta berhati-hati karena merasa licin, tidak perlu berlama karena dia sudah berada diatas, merangkak masuk lalu berdiri dan terdiam melihat bayinya.
Tanpa diminta air mata itu mengalir deras, dirinya bertekuk lutut dan merangkak mendekati perlahan bayinya.
Bayinya yang tengah menangis sambil mengangkat kedua tangan seolah-olah menggapai sesuatu.
Tangan putih dan dingin itu bergerak mendekati jari mungil anaknya dan saat itulah telunjuk serta jari tengah sudah dipegang oleh jari mungil kiri anaknya, bayi itu mulai berhenti menangis.
Lucy membawa lembut anaknya kegendongan, ia mengelus lembut surai sang anak dan mengecup pelan kening anaknya.
Sangat lama dan membiarkan air mata menitik diwajah sang anak.
"Hiks." Menyatukan kening dengan perlahan di kening sang anak dan membiarkan jari mungil itu memainkan kedua jari yang dipegangnya sekarang.
"Maaf, mama minta maaf sayang hiks."
"Oeks~! Oeks~!"
"Hiks." Lucy hanya bisa memeluk anaknya lembut supaya berhenti menangis, namun bayi itu sepertinya sadar dengan kesedihan ibunya, maka dari itulah hal yang membuatnya menangis kembali.
Sang satpam yang ternyata tengah bersembunyi dibalik tembok, terdiam mendengar tangisan keras bayi itu, ia benar-benar merasa kasihan sekarang.
Dirinya menghela nafas kasar dan benar-benar pergi dari sana.
.
.
.
.
.
.
."Woi gua dengar si cupu gak masuk sekolah?" Pagi itu, dikelas 12B sudah ramai seperti pasar karena kehadiran Minji yang belum datang sedari tadi.
Banyak yang menduga kalau si cupu itu menyerah dan memilih pergi dari sekolah ini, atau ada yang menduga kalau Minji sedang operasi plastik untuk memperbaiki wajah jeleknya itu.
Tapi dugaan hanya dugaan dan tidak ada yang benar.
"Hoi Bro, gua dengar anak buah lu sekarat ya?" Pengalihan gosip dari si cupu beralih ke Singnie yang tengah duduk dengan kedua kaki diatas meja, ia memandang datar musuh bebuyutannya yang sok merasa paling kuat.
"Urusannya dengan lu apa?" Tanya Singnie datar sembari merentang tangan kanan untuk menyambut Alice.
Anak itu datang melewati musuh bebuyutan Singnie dan namanya yang emang gatal kesana kemari, Alice mengedipkan mata serta mengigit sensual bibir bawahnya.
Membuat si musuh meremang dan menjilat bibir bawah, Singnie yang melihat itu berdecak kuat dan memandang marah Alice.
"Urusan gua?" Si musuh beralih ke Singnie setelah puas memandang wajah cantik Alice.
"Kalau anak buahnya saja bisa kalah dengan 1 orang, lalu bagaimana dengan ketuanya? Pasti lemah."
Brak!
Dengan begitu Singnie langsung berdiri kuat, mengakibatkan kursi yang didudukinya terjatuh kebelakang, keributan tadi digantikan keheningan sekarang, tanpa diminta mereka semua membuat lingkaran yang cukup luas didalam kelas itu.
Mengurung Singnie dan si musuh yang menyeringai lebar namun memberikan ciuman terbang ke Alice, tentu diterima dengan senang hati oleh anak tersebut.
Darahnya kian mendidih melihat bagaimana gatalnya Alice, rahang tegasnya terkatup keras dan matanya melotot marah.
Namun hal itu sama sekali tidak menakutkan untuk si musuh, ia malah berucap yang langsung mendapatkan bogeman mentah dirahang kanannya.
"Alice, kalau gua menang lu tidur sama gua ya, dijamin lebih muasin dibanding dia."
Bugh!
"Wow! Yeayy!"
Bukannya melerai para murid malah bersorak dan bertepuk tangan, 2 kubu sudah terjadi, 1 kubu mendukung si musuh sedangkan 1 kubu lainnya mendukung Singnie yang sudah jelas bakal menenangkan perkelahian ini.
"Semangat Jaehyun."
"ALICE!"
Bugh!
"Hehehe."
"Cih, anjing." Pukulan dibalas pukulan tendangan dibalas tendangan dan..
Brak!
"JAEHYUN, SINGNIE! IKUT SAYA KERUANG BK."
Bu Jihyo datang menghancurkan segalanya, dengan wajah merah padam Singnie menoleh kesana dan memandang marah sosok Lucy yang ternyata dalang pengaduan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Mother ✅
Random"Cupu." "Sampah." "Mencemarkan pandangan woi!" Ya setidaknya itulah setiap kata yang kuterima semenjak merubah penampilan menjadi cupu. "Cocok lah disandingkan sama dia, sama-sama sampah." Aku hanya terkekeh sinis dalam hati dan memandang sosok...