Minji pov.
"Mama yakin?" Tahanku disaat mama melewatiku sambil menggeret koper, mama menoleh kepadaku dan mengangguk yakin sambil melepaskan tanganku.
"Berpisah dengan papa? Ini yang mama mau?" Tanyaku lagi dan mama diam sambil menoleh kedepan, dia melangkah menggeret kopernya namun aku mengejar dan berdiri didepannya, bisa kulihat pandangan malas diberikan kepadaku.
"Ma, pikirkan lagi."
"Apa yang harus dipikirkan lagi! Setelah semua apa yang diperbuatnya kepadamu, membuat mama nangis dan bersikap kasar, apa yang harus di pikirkan Myoi Minji!" Ucapnya yang membuatku diam, apa yang dikatakan mama benar.
"Dan sekarang menyingkir dari hadapan mama, ambil kopermu dan mama tunggu di mobil." Ucapnya, dengan begitu aku menyingkir memberikan jalan untuk mama.
"Minji tidak mau pergi."
"MINJI!"
Brak!
Koper itu dibantingnya kuat dan tubuh itu berbalik memandang punggungku tajam, aku menghela nafas dan mengigit bibir disaat merasakan sesak.
Berbalik perlahan dan bertemu pandang dengan mata tajam mama.
"Minji akan tinggal disini untuk menunggu papa."
"Myoi Minji!"
"Namaku Myoi Minji Sharon Son. Mama." Air mataku jatuh menyebutkan marga papa begitu pula dengan mama yang langsung mengalihkan pandangan sambil menghela nafas kasar.
"Jadi biarkan aku tinggal disini dan akan menyusul mama bersama papa." Ucapku namun tidak ada jawaban dari mama, dia hanya diam sambil berjongkok sedikit untuk meraih koper, berdiri lalu hanya memandangku sekilas setelah itu berbalik dan melangkah meninggalkanku.
"Terserah padamu." Jawabnya dengan pelan dan lirih disaat sudah ada didepan pintu, aku menyunggingkan senyuman dan mengangguk lalu menghapus air mata.
Terserah padamu. Berarti aku bisa menunggu papa dan berangkat bersama dengannya menuju jepang, setidaknya ini yang bisa kulakukan untuk menjaga keterikatan dirumah tangga ini.
Aku tidak mau mereka berpisah, walaupun papa sudah menyiksaku secara batin dan menyakiti mama, tapi aku tau kalau dia sangat menyayangi kami berdua.
Keadaan rumah sudah kosong karena mama membawanya semua ke jepang, terkecuali yang ada didalam kamar, menyisakan pakaian papa atau peralatan yang sering digunakan papa.
Aku mulai melangkah mengelilingi rumah dan setiap melewati sesuatu pasti sekelebat ingatan terlintas dibenakku.
"Okay Minji kau kalah!"
"Papa curang!"
Aku berhenti didekat tempat biasanya ada meja dan tv diatasnya, lalu dibawahnya ada playstation yang sering aku mainkan dengan papa dan aku selalu kalah kkkk.
Eits itu karena papa curang asal kalian tau.
Brak!
"Papa pulang!"
"Yaish pa jangan membanting pintu!"
"Tau ni, nanti rusak mas mau benerin?"
"Hehehehe." Mengalihkan netra menuju pintu dan terkekeh kecil sambil menitikkan air mata. Jujur.. aku tidak ingin mereka berpisah, walaupun itu terjadi suatu saat nanti, aku memilih pergi saja dari mereka berdua.
Pasti kalian pernah ditanya seperti ini bukan?
"Nanti ikut mama atau papa?"
Jawabanku..
Tidak. Aku tidak akan memilih ikut diantara mereka berdua, lebih baik aku hidup sendirian.
"M-minji."
Minji pov end.
.
.
.
.
.
.
.Chaeyoung diam didepan pintu memandang anaknya, Minji tersenyum hangat dan melangkah mendekati papanya.
"Kamu tidak pergi?" Tanyanya lirih, Minji menggeleng dan merasa kasihan melihat keadaan papanya, baju yang tidak terlihat rapi lagi, rambut acak-acakkan dan mata sembab serta hidungnya merah.
"Kenapa? Pergi susul mama kamu." Lanjutnya sambil menepis pelan tangan Minji yang sudah terangkat untuk menyentuh dirinya, melangkah melewati Minji yang diam dan memandang tangannya.
Namun dengan cepat ia berbalik dan melihat bagaimana langkah yang terlihat gontai menuju lantai 2.
"Pa." Panggilnya dan Chaeyoung berhenti melangkah.
"Hm?"
"Papa yakin mau berpisah dengan mama?" Pertanyaan yang sama untuk Mina terlontar kepada Chaeyoung namun tidak ada jawaban, tetapi menjelang beberapa menit, isakan kecil dan bahu yang bergetar membuat air mata Minji kembali keluar melihatnya.
"Pa." Perlahan ia mendekati papanya, kedua tangannya terangkat dan ia memeluknya dari belakang, bisa Minji rasakan betapa rasa sakit yang diterima oleh papanya.
"Hiks Minji, maaf, papa minta maaf." Minji menggeleng dan makin mempererat pelukannya, ia membenamkan wajah di punggung tegap papanya.
"Papa minta maaf hiks."
"Pa."
"Pergilah." Chaeyoung berontak dan mendorong kasar tubuh Minji, ia mengatur nafas yang terasa sesak dan memandang anaknya dengan deraian air mata.
"Pergi susul mamamu dan katakan ini untuknya bahwa.." Chaeyoung menjeda ucapannya, ia menarik nafas dan menghembuskan pelan lalu menghapus kasar air matanya.
"Son Chaeyoung sangat mencintainya." Lanjutnya dengan senyuman lebar sehingga mata itu menyipit dan dihiasi air mata disudutnya.
Minji mengigit bibir bergetarnya, ia menunduk dan mengangguk kecil sambil menahan isakan.
"Terimakasih."
"Pa hiks."
"Ah sebelum itu.. papa ingin memberitahu sesuatu padamu." Ucapnya yang membuat Minji mendongak dan menghapus air matanya.
"A-apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Mother ✅
Aléatoire"Cupu." "Sampah." "Mencemarkan pandangan woi!" Ya setidaknya itulah setiap kata yang kuterima semenjak merubah penampilan menjadi cupu. "Cocok lah disandingkan sama dia, sama-sama sampah." Aku hanya terkekeh sinis dalam hati dan memandang sosok...