Six

173 27 8
                                    

"Lepas hiks! Noona bilang tidak mau!" Gadis itu memberontak kasar dan gemetar ketakutan melihat para remaja sudah bergerak mengelilingi dirinya. Ia menangis memohon kepada anak remaja yang menahannya untuk melepaskannya sekarang, namun anak remaja itu malah memalingkan wajah dan menyeringai lebar kepada teman-temannya.

"Jangan sampai lecet ya."

"Kumohon hiks, jangan! Menjauh hiks."

Prang!

Suara itu terdengar akibat seseorang melempar botol kaca kearah kumpulan remaja tersebut, mereka terkejut dan menoleh kebelakang lalu menatap geram sosok cowok tinggi yang memakai hoodie hitam serta masker putih.

"Apa-apaan anda hah!" Salah satu dari mereka bergerak maju dengan kepercayaan diri kalau bisa menghajar sosok itu.

Hampir beberapa jengkal ia berlari sembari mengangkat tangan kanan, siap melayangkan pukulan namun...

Bugh!

"Uhuk." Malah remaja itu yang kini terbaring ke tanah sambil memegang perutnya, dirinya baru saja terkena pukulan telak diperut membuat tubuh itu meringkuk dan meringis kesakitan.

Melihat temannya sudah dijatuhkan, anak remaja itu segera menyuruh yang lainnya, 3 dari mereka langsung berlari menghadapi sosok itu.

Satu tangan mengarah kerahang kiri namun ia menahan dan membantingnya kebelakang, tidak berhenti disitu, ia langsung menendang kuat aset salah satu dari mereka dan mencengkram kuat leher anak remaja lainnya.

Sangat kuat membuat anak remaja itu kesulitan bernafas, kedua tangan gemetaran terangkat untuk memegang lemah tangan sosok itu.

Sosok itu menyeringai dibalik masker ia mengangkat tangan yang masih mengcengkram kuat leher anak remaja itu lalu melemparnya kearah satunya lagi.

Sebelum mengenai dirinya, anak remaja bersurai orange itu segera menepis kuat tubuh itu sehingga terjatuh dijalan, beruntung sepi tidak ada mobil yang melintas kalau tidak sudah dipastikan tubuh anak itu terlindas oleh ban mobil.

Anak remaja itu mendesis marah dan melepas kasar lengan gadis itu, ia berjalan cepat dengan tubuh yang sedikit membungkuk meraih pecahan botol kaca berukuran sedang.

Berlari dan mengayunkan tangan, sosok itu menghindar dengan tubuh menyamping ke kiri namun kesalahan buatnya karena anak remaja itu lumayan pintar, ia memindahkan kaca ketangan kiri lalu menggores indah lengan kirinya.

Sosok itu melotot terkejut dan menendang dada anak remaja itu, ia meringis pedih dan memegang lengan yang sudah mengeluarkan darah.

"Anjing." Marah.. dirinya marah sekarang, ia bergerak cepat dan menendang kuat kepala anak remaja itu sebelum benar-benar berdiri dengan sempurna.

Tetapi.. emang dasarnya anak remaja itu yang kuat, ia sudah berdiri walaupun sedikit linglung karena kepala dan dadanya sakit, nafasnya terdengar memburu dan tatapannya sangat tajam, kaca yang masih ada ditangan kini digenggam erat.

"Kuat juga." Gumamnya pelan sambil meringis, sudah dipastikan luka ditangan sangat tergores dalam.

Ia mengatur nafas dan langsung mengangkat kaki kanan disaat anak remaja itu berlari, menendang wajahnya dan menahan sampai tubuh itu jatuh terbaring ditanah, ia menginjak wajah anak remaja itu, menekannya kuat sehingga hidung itu patah dan darah keluar dari mulutnya.

"Arghhh hidung gua sialan." Teriaknya marah dan menancapkan kaca ke kaki, membuat sosok itu menjerit kesakitan dan langsung menendang kepala anak remaja itu layaknya bola kaki sehingga terseret beberapa langkah.

Dirinya langsung terduduk dan mengatur nafas yang memburu, kedua tangan gemetarannya terangkat untuk melepas kaca di kaki.

Memejamkan kuat mata serta mengigit bibir dan berteriak dalam diam setelah kaca itu tercabut dari kakinya.

"Sialan!" Dirinya langsung bergerak berdiri dengan perlahan, berjalan tertatih mendekati anak remaja yang sudah kehilangan kesadaran namun terhenti disaat mendengar suara tangisan.

Ia menoleh kesana dan memandang iba sosok gadis yang kini menangis sambil berjongkok dan memeluk dirinya sendiri.
.
.
.
.
.
.

"Hei." Tubuh itu terjengit kaget dan langsung terduduk setelah mendengar suara lirihnya, gadis itu bergerak mundur perlahan.

Takut.. dia sangat ketakutan terlebih melihat darah yang berada di jari telunjuk dan menetes.

"Tenang okay." Sosok itu menarik maskernya ke dagu dan membuka tudung hoodienya, memperlihatkan wajah yang tersembunyi dari tadi serta senyuman yang hangat.

"Ak-aku tidak akan menyakitimu." Dia kesulitan untuk berbicara karena rasa sakit di lengan serta kaki.

Untuk pertama kali baginya mendapati luka seperti goresan dan tancapan kaca.

"Me-menjauh hiks, aku mohon." Suaranya terdengar gugup dan takut, sosok itu bersimpuh lutut dihadapannya lalu memandangnya hangat.

"Aku sudah bilang tidak akan menyakitimu hm. Ma-maaf terlambat." Gadis itu masih gemetar ketakutan disertai deraian air mata, melihat itu, sosok tersebut bergerak pelan mendekatinya.

Sehingga sudah terduduk disebelahnya dan meluruskan kedua kaki, kepalanya langsung tertunduk lemas.

Gadis itu masih menangis, tidak ada penolakan untuk sosok tersebut yang duduk disebelahnya.

Hanya sedikit tersentak kaget disaat merasakan suatu usapan hangat di kepala bagian belakang, gadis itu menoleh takut kepada sosok itu yang sudah menegakkan kepala dan tersenyum lebar memperlihatkan gigi putihnya.

Namun sialnya itu tidaklah sangat bagus dipandang karena bibir sosok itu pucat serta wajahnya berkeringatan sekarang.

"Sekali lagi, maaf terlambat lu-lucy."

Gadis bernama Lucy itu melotot kaget karena sosok cowok asing itu mengenal dirinya.

"Ayok kuantar pulang." Dengan perlahan sosok itu berdiri dan mengulurkan tangan kanannya, sempat terjadi jeda yang lama untuk Lucy menerima tangan itu.

Namun melihat bagaimana wajah kesakitan yany disembunyikan sosok itu, dia menerimanya dengan tangan gemetaran, berdiri perlahan namun sebelum itu ia sudah merampas kantong hitam yang terabaikan dari tadi.

"Tanganmu sangat dingin." Ucapnya lirih dan terkekeh kecil, ia menggenggam erat tangan Lucy yang memang dingin dan berkeringat.

"Takut sekali hm? Tenang saja aku tidak akan menyakitimu." Ucapnya lagi yang berusaha menenangkan Lucy dan meyakinkan gadis itu kalau dia tidak akan menyakiti dirinya.

Tapi tetap saja Lucy gemetar ketakutan digenggaman sosok itu, menunduk dan membiarkan dia membawa dirinya entah kemana.

Sehingga dirinya berhenti didekat mobil mewah disebelah kirinya, sosok itu membukakan pintu untuknya, Lucy, gadis itu mendongak memandang takut sosok yang lebih tinggi daripadanya.

"Masuk hm, aku akan mengantarmu pulang."

"Ak-aku tidak mau, ka-kamu pasti sama dengan mereka." Sosok itu terkekeh kecil mendengarnya, ia memegang atasan mobil untuk menahan tubuh yang sepertinya mulai melemas.

"Aku sudah bilang tidak akan menyakitimu Lucy, jadi masuk ya karena aku sudah tidak sanggup menahannya." Ucapan yang terdengar lembut dan sedikit memohon, Lucy menarik nafas sejenak untuk meredakan ketakutan, ia menoleh ke mobil lalu menoleh lagi ke sosok itu yang tersenyum lemah sekarang.

Young Mother ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang