10. Siapa anaknya?

80 23 7
                                    

Happy Reading

Jangan lupa vote and coment
Follow biar gak ketinggalan notifikasi

Cuss!!

.....

"Makasih. Dan sorry udah ngrepotin elo lagi."

'Hem?

Dia menoleh ke sekitar, lantas kembali menatapku "Mama lo mana? Gue mau pamit."

"Lo masih pucet gitu," ceplos ku yang langsung ku sadari langsung merapatkan mulut ketika cowok itu menoleh dengan senyum tipis.

"Ternyata ada yang khawatir."

Aku mendelik kesal, "gak, sorry banget khawatirin lo!" Sahut ku membuang muka.

"Ekhm, gue panggil emak dulu." Sela ku langsung bangkit, namun belum juga kakiku beranjak, suara cowok itu lebih dulu menghentikan langkah ku.

"Gue gak pacaran, sebulan lagi ada olimpiade matematika. Gue diikut sertakan. Makanya gue telat dateng." Jelas nya tanpa disuruh.

Aku menghela napas panjang, berbalik menatap dia sekilas, "bukan urusan gue. Mau lo latihan sampai pingsan ditempat juga bukan urusan gue." Sahut ku langsung beranjak.

Namun sepertinya dia menyadari maksud dari perkataan ku yang terkesan sindiran tadi.

"Nes,"

Aku berhenti di pijakan pertama anak tangga, "setidaknya lo masih inget tanggung jawab lo sama diri lo sendiri."

Tok....tok....tok

"Ma, Rafael mau pulang!" Ucapku nyaris berteriak supaya mama yang ada didalam sana dengar.

Gak lama kemudian, pintu terbuka menampilkan sosok wanita paruh baya yang sudah berganti pakaian dengan daster kebanggaan nya.

"Lah kok mantu emak langsung pulang, disuruh makan dulu." Ucap mama sambil jalan turun.

"Nak Rafael kok mau langsung pulang? Buburnya gak mau dimakan dulu. Makan aja, gak usah takut sama mukanya Nessy."

Mulut ku kembali terbuka, dengan sorot tak percaya sama apa yang tadi diucapkan sama mama.

Emang muka gue nakutin ya? Orang cantik gini juga.

"Salah satu faktornya memang karena itu, tante."

Aku mendelik dengan makian pelan, baru juga tadi berhasil ku buat bungkam kini malah makin menjadi.

"Tapi disisi lain, karena ini udah malem tante. Saya harus pulang."

Aku memutar bola mata, tak memperdulikan lagi apa yang mereka katakan. Memilih rebahan di sofa sebelah sembari memainkan ponsel.

"Walah, gitu toh. Yaudah hati-hati, perlu Nessy temenin pulang?"

Klontang!! Tutup yang terbuat dari kaca itu jatuh begitu saja, aku kali ini menatap mama dengan mata mengerjap.

Melihat dia mengeleng kikuk, aku bergegas mengambil tutup kaca.

"Gak usah tante, saya pulang sendiri berani kok."

"Bukan gitu, tapi kan kamu masih pucet. Takutnya kenapa-kenapa dijalan." Potong mama menimpali.

Aku melengos kecil, "aelah mak, biarin aja balik sendiri. Udah gede gitu juga, kalau ada apa-apa dijalan ya emang udah takdirnya, mungkin." Ucap ku ngawur.

Bukan bermaksud do'ain ya! Tapi kan emang bener, kalau ada apa-apa emang udah takdir.

Mama melotot galak, melayangkan tabokan maut ke lengan ku, "Heh!!!"

Maps Koplak! (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang