31. Penghalang hubungan orang

39 8 14
                                    

.....

BHUK!

"Mama kenapa?"

Kessy buru-buru mengembalikan suasana yang sempat kacau akibat ulahnya. "Maaf-maaf, mama cuma terkejut saja mas. Ayo lanjutkan lagi pembahasannya."

"Jadi bagaimana nak Rafael? Ingin menjalankan amanah yang diberikan untukmu atau tidak?"

"Maaf om, Dara yang om maksud itu Dara Sulistya Anggoro?"

Gendra-Ayah Nessy sontak mengangguk. "Iya anaknya ibu Listy, satu organisasi dengan saya dulu."

"Oh ya, saya rasa kalian satu sekolah dan juga satu olimpiade beberapa bulan lalu. Benar bukan?"

"Iya om, saya kenal dengan Dara."

Gendra membalasnya dengan senyum lebar, "wah jadi sudah dekat kalian?"

"Tidak terlalu, om."

"Lalu bagaimana keputusan kamu?"

Rafael tampak terdiam dan menunduk, memainkan jemarinya dengan gelisah. Sebuah perasaan aneh tiba-tiba terbesit dipikiran nya. Mendadak tatapanya mengarah ke lantai dua dimana kamar Nessy berada.

Pintu gadis itu tampak tertutup rapat. Segera manik mata itu mengedar, dan mendadak membeku ketika melihat sosok gadis yang di carinya ternyata sudah berdiri ditengah-tengah anak tangga.

Keduanya saling bertatapan bisa Rafael rasakan tatapan sendu itu mengarah ke arahnya.

Drett....dret...

Dering ponsel milik Nessy menggagetkan mereka yang ada di ruang tamu. Sontak menoleh membuat kedua sudut bibir Nessy tertarik dengan terpaksa.

"Hhhhe, maaf, bisa di lanjutkan lagi pembicaraan nya. Nessy mau angkat telpon dulu."

Bersitatap sejenak, sebelum akhirnya berlari menaiki anak tangga itu kembali.

#NESSY POV

Tubuhku seperti tidak memiliki tulang rasanya. Ditambah luka hati yang menganga membuat ku sesak seketika.

Pembicaraan mereka tentang perjodohan antara cowok itu dengan Dara masih terlintas dipikiran ku.

Kenapa tadi harus ke bawah sih, kan ujung-ujungnya jadi nyesel udah denger pembicaraan tadi.

"Jadi dia udah tau kalau mau dijodohin sama Dara, makannya repot-repot beli cincin dengan alesan buat kado dia. Dan berarti alasan tu cowok ninggalin dulu juga karena ini."

Aku merasa menjadi orang yang jahat saja diantara mereka, "emang bener Nes, lo itu cuma pengganggu buat hubungan mereka. Mungkin perjodohan ini udah lama dibicarakan sama ibu-anak itu."

Aku terus bermonolog, dan mengabaikan getaran ponsel yang terus-terusan berbunyi.

Aku masih tetap diposisi ku, tengkurap dengan kepala tertidur di atas lipatan kedua tanganku.

Namun sebuah ketukan pintu mengalihkan perhatian ku, dengan malas aku berseru. "Siapa?"

"Kakak ipar mu ini, kakak masuk ya?"

"Gih masuk aja, Ka Put."

Aku hanya menggeliat tanpa mengganti posisi sampai Putri—kakak iparku—ikut duduk di sampingku.

"Dia udah pulang, gak sempet pamit ke kamu karena ada panggilan mendadak tadi."

Aku hanya membalasnya dengan deheman kecil. "Bukan urusan Nessy."

"Dia nerima perjodohan itu, katanya karena itu keputusan ibunya makanya dia bakal lakuin itu."

Lagi, aku hanya berdehem. Namun kali ini tanpa membalas ucapannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 03, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Maps Koplak! (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang