Bab 8

1K 59 1
                                    

30 menit berlalu dan kini aku sudah selesai di rias dan mengenakan gaun ini. Kemudian salah satu dari mereka memanggil Papah dan Papah masuk ke dalam.

"Bagaimana Tuan?"
"Cantik" Jawab Papah singkat

Mendengar pujian dari Papah hatiku sangat senang sekali.

"Kalo begitu kita sebaiknya ke Aula. Sudah banyak orang di sana"
"Baik Pah... "

Aku dan Papah pergi menuju Aula. Di sepanjang koridor aku hanya mengatur nafas

"Tidak perlu nervous Yuna. Papah tau kamu pasti bisa berbicara di depan mereka semua"

Mendengar hal itu aku pun mengangguk yakin. Setibanya di dalam Aula, banyak sekali orang disini. Papah pun menarik lenganku untuk duduk di tempat yang bertuliskan Owner & Ceo. Terdengar dari sebagian orang membicarakan ku

"Enak sekali anak itu. Bertemu dengan Pak. Rion kehidupannya berubah bak ratu"
"Iya yah. Aneh sekali Pak. Rion ini. Mengapa tidak mencari wanita untuk di jadikan istri. Malah mencari anak kecil untuk di jadikan anaknya"

Papah pun yang tau akan perkataan itu langsung menatap tajam ke arah mereka.

"Papah... " Lirih ku
"Don't worry darling. Papah ada di sini" Ucapnya lembut
"Sepertinya, semua orang sudah berkumpul. Papah mau naik ke atas podium dulu ya"
"Iyaah Pah... Semangat... "
"Makasih sayang"

Papah naik ke atas podium. Di atas podium Papah terlihat sangat berkharisma sekali. Bahkan aku pun terpukau atas ucapan Papah

"Mari beri tepuk tangan kepada Yuna" Ucap Papah yang menyadarkan lamunan ku ini
"Yuna. Silahkan naik ke podium" Ucap Papah kembali dan aku segera berdiri dan berjalan ke atas podium itu.

Papah pun memberikan ku ruang untuk berdiri di depan Mic.

"Selamat malam semuanya. Perkenalkan nama saya Yuna. Jujur saja pengalaman saya belum ada apa-apa nya di bandingkan dengan Ibu dan bapa sekalian. Jadi saya mohon bantuannya kepada kalian semua untuk membimbing dan mengarahkan saya untuk memajukan perusahaan ini di masa yang akan datang. Terimakasih" Ucapku

Setelah itu mereka semua bertepuk tangan dan aku melihat Papah. Papah pun tersenyum bangga. Papah mendekati Mic dan berkata.

"Kepada semuanya silahkan menikmati hidangan nya"

Setelah itu aku dan Papah menuruni podium. Ketika aku turun, aku terkejut melihat Martin bersama dengan seorang pria yang sepertinya pria itu adalah Papahnya. Martin melihatku dan datang menghampiriku.

"Hi Yuna..." Ucapnya menyapa
"Hi juga Martin" Ucapku membalas sapaannya

Papah hanya melirik kearah kami sebentar dan langsung menyapa tamu lainnya.

"Bagaimana kita duduk?" Tanya Martin mengajakku
"Boleh"

Kami berdua duduk di salah satu kursi yang kosong.

"Kamu sangat cantik malam ini Yuna dan gaun mu itu sangat serasi denganmu"
"Terimakasih. Pemilik toko itu yang memilihkan gaun ini untukku"

Namun tiba-tiba saja lampu padam dan itu membuat kericuhan di tempat ini.

"Pah? Papah!!!" Teriakku memanggil Papah
"Tenang Yuna. Ada aku disini" Ucap Martin seraya mengenggam tanganku

Tak lama terdengar suara tembakkan

"Tiarap Semua!!!  Atau saya akan menembak kalian semua!!!" Ucap pria  asing itu

Kemudian pundakku terasa ada yang memegang hampir ku ingin berteriak namun di tahan oleh tangan yang menutupi mulutku

"Tenang sayang. Ini Papah" Ucap Papah pelan

Segera aku melepaskan pegangan Martin dan memeluk Papah

"Pah... Aku takut... "
"Tenang saja... Ada Papah di sini" Ucapnya

Setelah Papah berkata seperti itu terdengar suara tembak menembak dari arah sebrang sana dan membuat semua orang bersembunyi di balik dinding podium

"Kurang ajar!!! " Teriak pria asing itu

Entah apa yang di lakukan oleh Papah, sepertinya dia mengambil sesuatu dari saku nya dan terdengar suara tembakkan yang sangat dekat denganku. Kemudian

"Arghhh!!!"

Mendengar teriakkan itu, aku langsung memeluk Papah dengan erat dan tiba-tiba saja lampu kembali menyala. Terlihat banyak orang yang tergeletak berlumuran darah. Terlihat beberapa orang yang pernah ku lihat di rumah sedang mengangkat mayat-mayat itu dan memasukkan mayat itu ke kantung jenazah. Terlihat di tangan kanan Papah sedang mengenggam pistol. Seketika membuatku terkejut.

'Jangan-jangan... Papah yang...'

"Yuna... Kamu baik-baik saja?" Tanya Papah khawatir
"Aku baik Pah" Jawabku
"Syukurlah..."

Setelah memastikan keadaan benar-benar aman. Semua orang keluar dari balik dinding podium.

"Mohon maaf atas insiden yang telah terjadi ini. Untuk meminimalisir korban jiwa. Maka acara ini telah usai. Semua orang dapat kembali ke rumahnya masing-masing" Ucap Papah lantang

Mendengar hal itu semua orang keluar dari ruangan ini. Kemudian handphone Papah berdering

"Papah angkat telpon dulu ya... "
"Iyaah Pah"

Papah pun pergi menjauhiku dan berbicara dengan seseorang di handphone nya. Tiba-tiba saja ada seseorang yang memelukku dari belakang. Orang itu tak lain adalah Martin.

"Apa kamu benar baik-baik saja Yuna?" Tanya Martin curiga
"Martin lepaskan pelukkan mu ini"
"Hah... Nyamannya..." Ucap Martin tanpa merespon perkataan ku
"Martin??? Lepasin!!" Ucapku seraya memberontak dan membuat dia melepaskan Pelukkannya

Papah pun menoleh ke arahku dan mendekati ku

"Yuna... Sebaiknya kita pulang. Ada hal yang harus Papah urus"
"Baik Pah. Martin sampai jumpa... "

Aku dan Papah pergi dari ruangan ini meninggalkan Martin seorang diri. Kami berdua masuk ke dalam mobil dan pergi menuju rumah. Setibanya di rumah terlihat dua mobil lain terparkir di depan halaman rumah. Kami pun masuk ke dalam rumah, terlihat ada dua orang pria duduk di sofa. Dua orang pria itu melihat kami dan berjalan mendekati kami.

"Sudah ketemu?" Tanya Papah kepada mereka berdua
"Sudah Rion. Ini datanya" Ucap seorang pria yang memberikan gadgetnya pada Papah
"So, this is your daughter?" Tanya pria lain
"Hmmm..." Ucap Papah tanpa mengalihkan pandangannya dari gadget itu
"Halo gadis manis. Perkenalkan aku Kai dan dia Ram. Kami temannya Papah kamu loh" Ucap pria yang bernama Kai
"Halo salam kenal Paman. Namaku Yuna" Ucapku ramah

Mendengar ucapanku Paman Ram hanya tertawa kecil. Melihat reaksi Paman Ram itu membuatku bingung.

"So, lokasi mereka di sana?"
"Yeah" Jawab Paman Ram
"Alright" Ucap Papah memberikan gadget itu pada Paman Ram

Papah menatapku

"Yuna... Kamu di rumah saja ya... Papah ada urusan sebentar"
"Papah ingin pergi kemana?" Tanyaku
"Papah ingin pergi ke kantor lagi" Jawabnya
"Kalau begitu... Hati-hati ya Pah..."
"Tentu saja sayang" Ucapnya seraya mencium keningku

Papah dan dua Paman itu pun pergi dari rumah ini.

'Semoga mereka baik-baik saja' batinku berdoa



HE IS  MAFIA?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang