POV RION
Kami bertiga naik ke dalam mobil Van dan disana terdapat sepuluh orang yang sudah memegang senjata.
"Dengar semua. Malam ini jangan sampai para tikus itu melarikan diri!" Titahku
"Baik Bos!!" Ucap mereka serentakSupir pun menyalakan mesin mobil dan segera pergi meninggalkan rumah ini.
"So... Ini semua ulah Gabriel?" Tanyaku pada Ram
"That's right Rion"
"Hmmm... Sepertinya dia sudah lupa akan kebiasaan ku ini " Ucapku sinisSebenarnya tim kami ini terdiri dari empat kepala yaitu aku, Kai, Ram dan Gabriel. kami sangat di segani dari berbagai banyak pihak. Hingga saat itu dimana Gabriel memutuskan keluar dari tim ini tanpa memberitahukan alasan yang jelas.
"Apa sebaiknya kita berbicara saja dengannya? Sebab dia itu kan..." Usul Kai
"Sejak saat itu dia sudah bukan menjadi bagian tim ini lagi. So, buat apa kita berbincang dengannya?" Ucap Ram
"That's right Kai. Jika kita melemah karena Gabriel maka akan kemungkinan tikus lain akan mengikuti jejaknya Gabriel. Paham?"Mobil ini pun terhenti dan terlihat sudah sampai di titik tujuan. Terlihat ada dua orang yang berjaga di depan pintu. Aku pun keluar sembari mengenggam pistol dan menyembunyikannya di belakang tubuhku.
"Siapa itu?" Teriak salah satu diantara mereka seraya menyorotkan senter ke arahku.
"Hanya seorang pengguna jalan dan ingin memberikan kalian hadiah" Ucapku
"Hadiah?" Tanya merekaAku pun mengeluarkan pistol dan langsung menembak salah satu diantara mereka. Melihat temannya terbunuh penjaga itu langsung menembak ke arahku namun bidikan nya meleset dan aku segera membalasnya dengan menembak kepalanya. Setelah tidak melihat satu orang pun di depan pintu itu, aku segera mengetuk mobil Van dan mereka pun keluar dari mobil.
"Sekarang!" Titahku dan sepuluh orang itu bergerak maju menuju ke dalam gedung itu. Kami pun ikut menyusul dari belakang.
Ternyata di dalam gedung ini penjagaan nya kurang ketat terlihat dari beberapa orang yang sudah kami bunuh. Kami pun tiba di sebuah pintu yang cukup besar dan salah satu diantara kami mendobrak pintu itu. Hal itu membuat orang di dalam ruangan itu melihat ke arah kami. Tanpa berlama-lama kami segera menembak mereka dan terlihat Gabriel di lindungi oleh beberapa orang. Melihat hal itu, aku pun mencari celah untuk menembus pertahanannya Gabriel. Tanpa membutuhkan waktu lama aku menemukannya dan mengarahkan pistol ke arah Gabriel. Hal itu membuat peluru ku mengenai tepat di kakinya. Melihat hal itu orang yang melindungi Gabriel segera menembak kearahku namun aku berhasil menghindari itu. Terlihat dua orang membawa Gabriel dari ruangan itu. Melihat hal itu aku segera mengejarnya dan menembak dua orang itu. Seketika Gabriel pun ikut terjatuh. Aku mendekati Gabriel dan berjongkok di hadapannya yang hampir sekarat.
"Apa yang kau pikirkan Gabriel?" Tanyaku
Mendengar ucapanku Gabriel hanya tertawa
"Sepertinya kau lupa atas perbuatan mu waktu itu"
"Maksudmu?"
"Iya. Waktu itu. Wanita yang mendekati mu dan kau menolaknya. Dia adalah adikku! Dan karena sikapmu itu adikku bunuh diri!!"
"Gabriel. It's not my fault"
"Cih... Kau selalu bersikap seperti itu"
"I think you are my bestfriend Gabriel. Tapi setelah tindakan mu belakangan ini hingga mengancam nyawa putriku yang tidak tau akan masalah apapun itu. Aku tidak bisa memaafkan mu"Aku pun berdiri dan mengarahkan pistol ke kepala Gabriel dan peluru itu tepat mengenai kepalanya yang membuat Gabriel seketika tewas. Melihat Gabriel sudah tak bernyawa. Aku pun pergi menuju ruangan tadi. Terlihat orangnya Gabriel sudah tak bernyawa
"Apa semuanya baik?" Tanyaku
"Baik bos!" Ucap mereka
"Good"Kai dan Ram menghampiriku
"Habis dari mana?" Tanya Kai
"Dari luar dan berbincang sedikit dengan Gabriel sebelum ia tewas" JawabkuMendengar hal itu Kai memandang ke arah Ram
"Hurry up. We have to go right now" Ucapku seraya menepuk kedua pundak mereka
Setelah memastikan tidak ada bukti yang tersisa kami segera pergi dari tempat itu. Saat kami sudah memasuki mobil terdengar suara mobil polisi. Mendengar suara itu aku hanya tersenyum puas. Mobil pun pergi meninggalkan gedung itu. Setibanya di rumah, mereka masuk melalui pintu belakang sedangkan Kai dan Ram pulang dengan mobilnya. Melihat keadaan aman aku segera masuk ke dalam rumah. Ketika aku masuk terlihat Yuna sudah berdiri menungguku
"Sedang apa kamu disini Yuna?"
"Tadi aku mendengar suara mobil dan ku pikir itu Papah yang datang. Jadi aku menunggu Papah disini"
"Ohhh..."
"Papah... "
"Ada apa sayang???"
"Kok di baju Papah ada noda merah?" TanyanyaMendengar hal itu aku terkejut dan melihat pakaianku. Terlihat ada noda darah di pakaianku ini.
"Ahhh... Ini... Tadi Papah habis minum Jus tomat" Jawabku asal
"Papah suka jus tomat?"
"Iya sayang"Terlihat Yuna masih menatap pakaianku ini
"Yuna... "
"Iya Pah?"
"Papah mau ke kamar dulu... "
"Iya Pah..."Setelah itu aku meninggalkan Yuna
***
Sudah beberapa minggu ini tidak ada gerakan yang mencurigakan dan ini membuatku sangat nyaman. Bahkan pegawai di perusahaan sudah banyak menerima kehadiran Yuna dan untuk sekretaris ku. Aku sudah memecatnya beberapa hari yang lalu karena dia dengan sengaja ingin mencelakai Yuna dengan cara menumpahkan air keras ke tubuhnya. Namun rencananya gagal sebab sebelum dia memulai rencananya, aku sudah menukarnya dengan air biasa.
"Papah? Apa Papah sudah mendapatkan sekretaris yang baru?" Tanya Yuna yang sedang membantuku mengerjakan beberapa dokumen
"Saat ini belum ada kandidat yang cocok" Jawabku yang masih fokus dengan dokumen iniKemudian ada seseorang yang datang dan membisikkan sesuatu.
"Sekarang?"
"Iya Pak Rion"
"Baiklah. Kamu tunggu di ruangan interview ya"
"Baik Pak"Orang itu segera keluar dari ruanganku
"Yuna... Papah ingin mewawancarai orang dulu ya... "
"Baik Pah... "Aku pun keluar dari ruanganku. Sebelum ke ruangan interview, Aku mengganti pakaianku dengan kemeja biasa sembari membawa map.
'Time to play'
KAMU SEDANG MEMBACA
HE IS MAFIA?
RomansaYuna adalah sosok gadis remaja polos yang tinggal di panti asuhan. Namun, kehidupannya berubah ketika dirinya tak sengaja membantu seorang pria yang mengalami kecelakaan mobil