Back To Yuna
Hari pun berganti, tak terasa hari ini adalah hari kelulusan untuk angkatan ku ini. Aku dan Papah turut hadir dalam acara kelulusan itu. Namun Papah tidak duduk di tempat para guru melainkan tempat khusus orang tua dan murid. Walaupun aku homeschooling tetapi guru yang mengajar ku adalah guru yang mengajar di sekolah ini. Jadi namaku tetap berada di sekolah ini secara tidak langsung.
"Selamat kepada seluruh siswa-siswi yang sudah menyelesaikan pendidikan di sekolah ini. Kami harap kalian semua dapat menjadi pilar bangsa di kemudian harinya. Kami juga sangat bangga karena salah satu siswa disini telah membuat sekolah ini menjadi peringkat pertama dalam mencetak nilai tertinggi ujian nasional. Siswa tersebut bernama... Martin Alexander. Martin silahkan naik ke atas podium" Ucap guru itu yang diakhiri tepuk tangan yang meriah
Mendengar hal itu Martin berdiri dan berjalan ke atas podium. Dia di berikan piagam dan sertifikat penghargaan. Kemudian ia mendekati tempat mic dan menatap sekitar.
"Aku ucapkan terimakasih kepada semuanya. Khususnya orang tuaku walaupun tidak bisa hadir di tempat ini dan juga... Yuna. Terimakasih" Ucapnya seketika membuat pandangan orang menatap ke arahku begitu juga dengan Papah.
Seketika raut wajah Papah sukar untuk di mengerti. Aku pun segera menyentuh pergelangan tangannya dan Papah membalas dengan menggenggam tangan ku dengan kuat. Seolah tidak ingin melepaskan ku
"Baik. Kalo begitu terimakasih Martin. Kamu boleh kembali ke tempat duduk mu" Ucap guru itu dan Martin langsung turun dari podium
Entah mengapa tatapan Papah beralih ke arah Martin dengan tatapan tajam hingga Martin ke tempat duduknya.
"Nah. Sekarang waktunya pemanggilan nama siswa-siswi untuk pengambilan piagam dan berfoto. Dimulai dari..." Ucap guru itu seraya memanggil nama siswa-siswi
Sementara itu aku memandang Papah
"Papah..." Panggilku
Mendengar ucapan ku Papah menoleh
"Iya Yuna sayang. Ada apa?"
"Papah kenapa? Kok wajahnya begitu?"
"Wajah? Emangnya wajahku bagaimana?" Tanyaku
"Wajah Papah... "Mendengar ucapan ku yang tergantung membuat ekspresi Papah tidak mengerti dan sekaligus wajah itu seperti mengatakan 'katakan apa maumu?!'
"Pah..." Ucapku kembali memberanikan diri
"Iya Yuna..."
"Papah cemburu ya?" Tanyaku dengan tertunduk takut persepsiku salah
"Iya"Mendengar jawabannya membuat ku kaget
"Papah pernah bilang jangan pernah berhubungan dengan siapapun termasuk Martin" Jelasnya dengan nada pelan tapi tegas di setiap katanya
"Maaf... Tapi kami berdua hanya sebatas client saja Pah"
"Hah... Papah percaya kok" Ucapnya seraya mengusap pucuk kepalaku
"Terimakasih Pah" Ucapku senangSetelah itu Papah menatap ke arah podium lagi.
'Syukurlah...' batinku lega
Aku sangat lega melihat Papah sudah tidak menatap tajam ke arah Martin. Sebab aku ingat kata-kata Paman Kai beberapa bulan yang lalu dan aku tidak ingin Papah melakukan hal aneh.
"Selanjutnya Yuna. Silahkan naik ke atas podium"
Mendengar namaku di panggil aku langsung berdiri dan pergi ke atas podium. Di atas podium guru itu memberikan piagam dan melalukan pemotretan. Setelah selesai pemotretan aku turun dari podium menuju tempat Papah.
"Selamat ya sayang. Sekarang kamu sudah lulus" Ucap Papah bangga
"Terimakasih Pah"
"Karena kamu sudah resmi lulus. Papah ingin memasukkan kamu ke universitas di Jerman. Bagaimana?"
"Apa? Jerman? Nggak salah Pah? Aku nggak paham sama budaya sana dan lagi..."
"Papah juga akan pergi dengan mu ke sana"
"Lalu bagaimana dengan sekolah dan perusahaan disini?"
"Tenang saja. Itu semua nanti Papah atur. Sekarang tinggal kamu nya aja. Mau nggak melanjutkan sekolah di sana?"'bagaimana ya? Aku saja baru bisa bahasa Inggris baru akhir akhir ini sejak bertemu dengan Martin dan sekarang Papah ingin aku melanjutkan pendidikan di Jerman? Pastinya bahasa Inggris dan Jerman jauh berbeda' batinku bimbang
"Sepertinya aku tidak bisa Pah. Aku takut nggak bisa mengikuti materi di negara itu"
"Hmmm... Benar juga ya... Kalau begitu Papah harus mencari universitas yang bagus disini" Ucapnya'Syukurlah...' batinku yang merasa lega
Kemudian salah satu guru menghampiri kami
"Ternyata anda disini Pak. Rion" Ucapnya yan terlihat lelah
"Ada apa?" Tanya Papah cuek
"Sekarang waktunya sesi foto bersama Pak"
"Baiklah. Kamu duluan saja"Mendengar ucapan Papah guru itu segera meninggalkan kami
"Ayo Yuna"
"Tapi... "
"Udah ikut aja" Ucap Papah menarik tangankuKami pun berjalan beriringan hingga tiba di salah satu ruangan.
"Akhirnya Pak Rion datang. Silahkan duduk di sana Pak" Ucapnya seraya menunjukkan dua bangku kosong yang tersedia.
Papah hanya menatap guru itu kemudian Papah menarik tangan ku untuk berjalan ke arah bangku itu. Sebelumnya para guru masih berdiri di pinggir dan sekarang berdiri mendekati kami
"Sudah siap semuanya?" Tanya seorang kameramen dengan kamera yang ia genggam sedangkan yang lain hanya mengangguk menandakan sudah siap
" 1... 2... 3..." Ucapnya kembali*Bunyi kamera*
Kemudian Papah berdiri dan menghampiri kameramen itu seraya berbisik. Lalu kameramen itu melihat ke arahku
"Yuna mari sini" Ucap kameramen itu ramah
Aku pun berjalan mendekati mereka berdua. Setibanya di sana Papah langsung memeluk pinggang ku
"Ok"
Kameramen itu langsung mengambil foto kami berdua. Setelah itu kameramen itu memberikan kameranya pada kami. Terlihat di layar kamera itu wajah Papah tersenyum. Jujur saja wajah Papah lebih bagus dengan senyuman seperti ini.
"Bagaimana Pak?"
"Bagus. Nanti kamu cetak dan kirim ke rumah saya ya. Urusan biaya nanti saya transfer"
"Ok Pak. Tenang saja. Saya tidak akan mengecewakan bapak" Ucapnya ramah"Pah..."
"Iya Yuna?"
"Aku ingin ke tempat teman-teman ku ya"
"Baiklah. Hati-hati" Ucap PapahMendengar ucapan Papah aku segera keluar dari ruangan ini menuju tempat aula tadi.
Setibanya di aula, suasana masih ramai dan aku melihat Clory, Wina, Kaila, Yasmin dan Diana sedang berkumpul. Melihat mereka berkumpul aku segera menghampiri mereka.
"Hi semua..."
"Hi Yuna..." Sapa Yasmin
"Kamu darimana saja? Kami dari tadi nggak ngeliat kamu loh" Tanya Diana
"Aku ada sedikit urusan tadi" Jawabku"Hi guys" Sapa seseorang yang tak lain adalah Martin
"Hi Martin" Sapa KailaEntah mengapa mata Kaila berbinar melihat Martin. Apa jangan-jangan...
"Kalian sedang apa?" Tanya Martin
"Hanya berbincang saja" Jawab Clory
"Ohhh... By the way kalian pengen lanjut ke univ mana?"
"Rahasia" Ucap mereka berlima serentak
"Kalo kamu Yuna?" Tanya Martin"Yang jelas tidak satu universitas dengan kamu Martin" Ucap seseorang dari belakang yang tak lain adalah Papah
Mendengar hal itu aku menengok ke belakang. Terlihat Papah menatap tajam ke arah Martin.
"Oh, Hi Mr. Rion. How are you?" Ucap Martin tersenyum
"I'm fine but after see you again I'm not fine""Pah... Bukannya Papah lagi di ruangan bersama para guru?" Tanyaku untuk mencairkan suasana
"Sekarang sudah selesai" JawabnyaMendengar jawabannya yang singkat itu sepertinya usaha ku gagal.
"Ne t'approche plus de lui" Ucap Papah yang tidak ku mengerti
(Jangan dekati dia lagi)
"On verra monsieur" Jawab Martin
(Kita lihat saja nanti Pak)Sementara kami yang mendengar nya hanya saling menatap tak mengerti
"Yuna. Ikut aku" Ucap Papah sembari menarik tanganku
"Guys, aku pamit dulu ya" Ucapku kepada mereka berlima
"Hati-hati ya" Ucap KailaSetelah mendengar hal itu aku pergi bersama Papah.
KAMU SEDANG MEMBACA
HE IS MAFIA?
RomantikYuna adalah sosok gadis remaja polos yang tinggal di panti asuhan. Namun, kehidupannya berubah ketika dirinya tak sengaja membantu seorang pria yang mengalami kecelakaan mobil