#31

66 7 2
                                    

Yoona sedang menulis di atas kertas laporan milik Donghae.

Aku ingin coba melakukan apa yang dia lakukan. Meski aku berdoa atau pergi ke gereja, seperti kau tidak dengar. Apa pertunjukan besok sungguh kesempatan terakhir kami? Pikir-Mu kami dapat menyebrangi perasaan kami dan berharap? Aku menulis untuk berjaga. Aku ingin coba melakukan semua yang aku bisa.

Sampai berlalu, aku tidak tahu kalau itu adalah yang terakhir. Jadi aku tidak pernah bisa ucapkan perpisahan dengan benar.

Aku pikir mungkin ini kesempatanku untuk mengucapkan perpisahan pada Donghae dengan benar. Hingga kita bisa bahagia sampai akhir, sampai kita dapat memiliki perpisahan yang indah.

Tapi apakah hal seperti itu adalah perpisahan yang indah?

~•~

Yoona di bawa ke rumah sakit, di lihat dari kondisinya mungkin ada kerusakan organ, dan karena Yoona telah terlalu lama mengabaikan luka itu, maka Yoona bisa saja terkena infeksi.

Itu yang dikatakan dokter pada Donghae. Dengan khawatir, Donghae berdiri dan menunggu Yoona yang di bawa masuk ke dalam ruang operasi.

Donghae kemudian memungut sapu tangan malaikat miliknya yang terjatuh dari tangan Yoona saat memasuki ruang operasi. Sapu tangan tersebut sudah berlumuran dengan warna darah merah yang sangat pekat.

Donghae masih setia berdiri menunggu di luar ruangan operasi. Ji Woo kemudian datang, tapi ia tidak berani untuk memanggil Donghae yang sedang sedih, ia hanya diam dan berdiri di sebelah Donghae.

Donghae mengingat kembali perkataan dewa Hoo tentang takdir. Donghae tiba-tiba menangis sambil mengenggam erat sapu tangannya yang telah berlumuran darah Yoona.

•~•

Tuan Choi dan Nona Choi datang ke kantor polisi. Dengan sikap waspada sekaligus cemas.

"Apakah benar Geum-Runa menusuk seseorang?" tanya Nona Choi dengan was-was.

Tuan Choi menunggu jawaban polisi dengan gugup.

"Dia terjebak dalam tindakan itu."

Mendengar itu, Nona Choi merasa terkejut dan hampir saja terjatuh.

"Bisakah kami melihat putri kami? Ini permintaan terakhir kami." pinta Tuan Choi memohon.

Di ruangan introgasi Geum-Runa sedang ditanyakan oleh petugas polisi. "Kau menikam Lim Yoona, lalu mencoba menyerang sekretaris, Lee Donghae, tapi gagal. Benar?"

Geum-Runa hanya diam, tidak menjawab.

Polisi yang tadi masuk ke dalam ruangan bersama dengan Nona Choi serta Tuan Choi. Dia mempersilahkan mereka bertiga untuk berbicara. Lalu dia bersama dengan rekannya meninggalkan ruangan introgasi.

"Sayang." panggil Nona Choi lalu memegang tangan Geum-Runa. "Aku bilang jangan kotori tanganmu. Kenapa kau melakukannya?"

Geum-Runa langsung menepis tangan ibunya dengan kasar.

"Bagaimana keadaan Yoona? Darah Yoona telah keluar begitu banyak tapi aku tidak percaya bahwa Yoona masih bisa tampil sampai akhir dalam kondisi seperti itu." Geum-Runa tersenyum bahagia

"Besok Geun-hye bisa memerankan Giselle. Tetapi pasti dia akan menolak itu. Ibu tolong bujuk Geun-hye dan bawa Geun-hye ke atas panggung." pinta Geum-Runa.

Mendengar penuturan putrinya, Nona Choi merasa terkejut dan langsung menampar pipi Geum-Runa dengan keras. "Sadarkan dirimu, Geum-Runa. Yoona berada di ambang kematian. Bisa-bisanya kau membicarakan Giselle?" hardik Nona Choi.

True LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang