#5

78 6 0
                                    

Yoona masih menatap Donghae. begitupun sebaliknya. "Kau tidak apa-apa?" tanya Donghae dengan perhatian.

Karena masih merasa syok, maka Yoona pun diam. Donghae menyadari bahwa tampaknya Yoona baik- baik saja, maka Donghae pun menggendong Yoona dan berjalan melewati pecahan kaca meskipun ia harus terluka hingga kakinya berdarah. Yoona masih terus diam sambil menatap Donghae, tidak menyadari bahwa Donghae menginjak pecahan kaca lampu.

Di luar, Ji Woo tampak cemas saat ia mendengar suara pecahan dari dalam rumah. "Suara apa itu tadi!?"ia berusaha untuk membuka pintu, tapi dia tidak bisa. Lalu dia pun kembali memencet bel rumah, tapi tidak ada respon.

Donghae menurunkan Yoona di atas sofa. Lalu Donghae memperhatikan Yoona, “Apa kau terluka? Wajahmu… merah. Apa kau demam?” tanya Donghae cemas, lalu Donghae hendak menyentuh dahi Yoona.

Tapi Yoona langsung menghindar mundur dari tangannya, dan menatap aneh kepada Donghae. Yoona masih menatap sayap yang berada di punggung Donghae.

Disaat itulah, Donghae  baru tersadar bahwa sayapnya masih tampak jelas. Dengan segera dia pun berdiri menjauh,

"Apa ini?" tanya Yoona berdiri mendekati Donghae.

Donghae menelan ludah. "Sayap." Donghae pun berjalan mundur selangkah demi selangkah.

Tapi Yoona terus mendekat. "Apa kau... Apa kau benar-benar...." Yoona hendak menyentuh sayap Donghae

“Jangan mendekat! Kau akan terluka.” ucap Donghae menghentikan Yoona. "Aku bisa jelaskan. Jangan takut." Donghae menyangka bahwa dirinya sudah ketahuan, jadi dia pun berniat untuk menjelaskannya dengan jujur.

"Lupakan! Tidak orang sesat yang bisa menjelaskan kesesatannya. Kau mengabaikan panggilanku. Itu karena kau memakai semua ini.” balas Yoona, mengira bahwa sayap itu adalah sayap palsu.

“Aku tidak memakai apapun…” ujar Donghae tidak mengerti. Donghae berpikir sejenak lalu tersenyum karena dia menyadari jati dirinya tidak ketahuan. "Baiklah. Kalau begitu aku permisi."

Yoona menahan dan memegang sayap Donghae dengan kuat sampai Donghae kesakitan.

"Sedang apa kau? Lepaskan! Lepaskan!” balas Donghae kesakitan.

"Lepaskan ini sekarang juga disini selagi aku melihatnya!" perintah Yoona.

"Yakk!! Lepaskan sayapku." Donghae pun melawan.

“Lepaskan kataku!” teriak Yoona tegas.

Donghae berusaha memberontak dan melepaskan pegangan Yoona pada sayanya. Tapi Yoona sama sekali tidak mau melepaskannya, malahan Yoona semakin kuat memegang sayapnya, dan menariknya. Mereka berdua tarik-tarikan sayap sampai Donghae menjerit kesakitan.

"Lepaskan ini!" paksa Yoona.

"Aku hanya bisa melepasnya jika kau lepaskan aku!" teriak Donghae histeris.

"Aku bisa melepasnya jika kau diam! Ini tidak enak dipandang mata dan menjijikan! Aku akan membakarnya!" ujar Yoona sambil menarik sayap Donghae lebih kuat.

Donghae kesal dan tidak tahan lagi. Donghae mendorong Yoona ke atas sofa, dan menahan kedua tangannya. “Tidak enak dipandang? Hey, bagaimana kau bisa mengatakan itu? Kau pernah melihat sayap yang sangat besar, cermelang, dan indah?” bentak Donghae.

Yoona menatapnya tajam. "Apa kau bicara kasar padaku sekarang?"

"Kalau kau bisa aku juga bisa."

"Hei! Sadarlah! Aku yang mempekerjakanmu."

"Kau tidak tahu apa- apa selain mempekerjakan, mengontrak, dan berteriak. Kau sangat bodoh dalam menilai keindahan." ketus Donghae

"Apa kau sudah selesai bicara?" tanya Yoona sinis.

True LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang