TENTANG KITA [NOMIN][MARKHYUCK][GUANREN][CHENJI][GS][Genderswitch]☑

I Still Love You

Haloooo, Kalo kalian suka sama cerita aku tolong Vote dan Komen yaa, supaya aku semangat buat nulis dan update- Diii🐰🐰🐰

.

.

.

.

Sorry for typo

.

.

.

.

Hope you like it😊😊😊

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Jiro malam ini memilih pulang ke rumah, kurang istirahat di rumah sakit membuat kondisi tubuhnya jadi kurang membaik. Karena takut merepotkan teman-teman seperkoasannya lebih baik ia pulang sebelum dirinya benar-benar tumbang.

Suasana rumah tampak sepi malam ini, setelah mengangkut beberapa barang kotornya dari dalam mobil dan membersihkan diri, Jiro memilih duduk termenung di ruang keluarganya.

Malam ini Mini dan Yudha masih berada di rumah sakit, Mini memiliki shift jaga malam sedangkan Yudha masih ada operasi besar dan mungkin akan selesai tengah malam nanti. Gwen juga tidak terlihat mungkin sedang di kamar Winta untuk mengurus Bundanya yang tengah sakit itu.

Tidak lama Gwen datang dengan secangkir teh di tangannya dan menaruhnya tepat pada meja di hadapan Jiro.

"Kenapa gak pulang-pulang? Jiro gak suka kakak dirumah?" Tanya Gwen duduk di samping Jiro.

"Kak Gwen ngomong apa sih, Jiro seneng banget Kak Gwen pulang, Jiro akhir-akhir ini gantiin shift jaga temen Jiro makanya gak pernah pulang" Ucap Jiro.

Jiro jadi tidak enak sendiri pada Gwen, padahal niatnya tidak pulang ke rumah karena tidak ingin terlalu larut memikirkan Ceysa tapi malah dianggap lain oleh sang kakak.

"Mini aja kalau gak ada jadwal jaga pasti pulang, kakak sedih tau, Kakak pikir Jiro gak suka Kakak pulang" Lirih Gwen.

Jiro tersenyum "Jiro seneng banget Kak, tapi kakak tau kan namanya Koas pasti sibuk" Ucap Jiro.

"Maafin Kakak ya, Kakak cuma khawatir sama Jiro, pasti Jiro jarang tidur. Kakak takut Jiro sakit" Ucap Gwen memandang wajah Jiro yang nampak pucat.

Jemari Gwen terulur untuk menyentuh kening Jiro "Tuh kan hangat, Jiro tidur aja ya di kamar" Ucap Gwen khawatir.

"Nanti ya, Jiro belum bisa tidur" Ucap Jiro menenangkan sang kakak yang khawatir.

Jemari Jiro terulur untuk meraih cangkir berisi teh itu dan meminumnya pelan namun atensinya jatuh pada sebuah undangan tepat di samping cangkirnya. Sepertinya undangan itu sudah ada sejak tadi tetapi Jiro baru menyadarinya sekarang.