10. Cinta Monyet, Kata Elano

365 66 3
                                    

Penayangan perdana film Balas yang dibintangi sederet artis ternama berhasil menarik perhatian masyarakat luas. Meet and Great yang digelar bersamaan dengan acara nobar membuat bioskop berjubel oleh manusia.

Dasa tidak suka berada di keramaian, sama hal nya dengan Elano yang anak rumahan -setelah punya rumah-. Tapi tiket nonton gratis dari Cakra sebagai syukuran karena berhasil lolos audisi Singer Star mana bisa di tolak. Buat kaum hemat duit seperti Empat sekawan itu nonton bioskop adalah hal mewah.

Tapi bapak nya Cakra memaksa mereka pergi. Ternyata pak Lurah telah menyiapkan tiketnya jauh-jauh hari. Katanya begitu yakin bahwa Cakra pasti lolos audisi. Karena akhir-akhir ini Cakra kelihatan begitu ngefans dengan Bintang Sameora, bintang film Balas yang berperan sebagai ibu sambung Theo, pak Lurah memutuskan untuk membeli kan tiketnya sekalian untuk sohib anak semata wayangnya.

Alih-alih senang dapat bertemu Bintang Sameora dan mendapatkan tanda tangannya Cakra justru dihadang mulas luar biasa di tengah sesi menonton. Namun hingga film berakhir Aksara, Dasa, dan Elano yang duduk di deretan bangku yang sama dan tak pernah berpisah masih belum menemukan keberadaan Cakra di tengah berjubel nya penonton.

Ketiganya meninggalkan studio bioskop bersamaan. Kemudian ponsel Elano mengecek ponselnya, mengaktifkan mode suara karena tidak lagi berada di dalam bioskop, bersamaan dengan itu Cakra menelpon nya.

"Sini cepet! Beliin diapet ya!" Cakra langsung menyambar.

Elano lantas menjauhkan gawai nya dari jangkauan telinga, tercetak garis-garis panjang yang samar di dahinya kemudian ia berbisik, "mencret deh kayanya," katanya, yang dibalas kikikkan dari dua orang yang lain. Kemudian Elano bicara pada temannya yang di sebrang sana. "Di mall mana ada yang jual diapet sih, Cak!"

"Ya di warung. Diluar." Cakra meringis. Perutnya serasa di lilit-lilit. Setiap ia beranjak dari toilet, sepuluh langkah, mules itu muncul lagi. Akhirnya Cakra memutuskan berdiam diri di sana sampai mulesnya benar-benar mereda.

Cakra sudah menelpon tiga temannya berkali-kali. Tapi karena di dalam bioskop, ponsel tiga temannya sama-sama berada dalam mode silent dan Cakra hanya bisa pasrah. Ia sengaja memilih toilet yang sedikit jauh dari bioskop, memilih yang sepi agar tak perlu repot mengantri.

"Gara-gara ketoprak pesenan lo tadi pagi nih, No!"

"Iya, maaf. Tunggu gue bawa diapet nya!"

"Berapa lama?"

"Nggak tahu, lo anteng aja di sana!"

Usai lima belas menit ia menelan obat diare itu Cakra akhirnya bisa berdiri dengan tenang. Meskipun kecewa karena tidak bisa mendapatkan tanda tangan Bintang Sameora setidaknya ia bisa bernapas lega karena sakit perut nya sudah reda.

"Mau kemana nih abis ini?" tanya Aksara.

Sekarang empat sekawan itu tengah berdiskusi di lorong toilet. Nggak elit banget kata Cakra, tapi begitu Aksara memintanya menraktir di ChaTime Cakra langsung nyengir sambil geleng-geleng kepala.

"Anak pak Lurah tapi pelit!" Aksara mengejek.

"Yang duit nya banyak bapak gue, Sa bukan gue nya!" Cakra menimpali.

"Katanya mau makan bakso, 'kan Aksara yang traktir!"

"Oh iya!" Cakra dan Dasa kompak berseru.

Aksara hanya diam. Membiarkan teman-teman nya tertawa senang sementara ia menangisi isi dompetnya yang tak pernah gemuk.

Kemudian Aksara tak sengaja melihat Windy. Perempuan itu baru keluar dari toilet wanita. Aksara langsung menyapanya.

"Eh, Coach Windy.. halo, Coach!"

TimelessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang