Diputer ya lagu yang ada di mulmed
Selamat membaca
🥀🥀
"Kenapa kamu nggak bayar orang aja? Banyak orang yang lebih berpengalaman, dan bakal lebih mudah buat menemukan Mahesa."
"Kamu tahu jawabannya. Dulu kamu kan yang mengajarkan ke saya." Windy melipat tangannya di depan dada. Saat ini tidak ada seorangpun yang bisa dia percaya, bahkan segepok uang pun tidak bisa menjamin menutup mulut orang-orang bayarannya. Hanya Andri yang bisa ia manfaatkan.
Perempuan itu tengah berada di dalam mobil bersama sopir nya. Mereka akan pergi ke acara Singer Star, tapi sepertinya Windy akan agak telat karena jadwalnya yang begitu padat, padahal ini panggung pertama Singer Star. Andri tiba-tiba menelponnya, telpon yang paling dia tunggu-tunggu dari puluhan telpon yang lain. Meski itu memacu jantungnya berdetak dua kali lebih cepat dari yang seharusnya, Windy tak apa.
"Tapi setelah itu kamu jadi milikku?"
Tidak akan pernah! Windy bergumam dalam hati. Obsesi laki-laki itu benar-benar membuatnya terlihat seperti monster, namun terkadang membuat orang itu jadi bertindak bodoh. Mungkin Windy akan menurut jika Andri berbincang dengan dirinya sepuluh tahun lalu. Tapi sekarang tidak akan sama.
"Kamu terlalu banyak tanya hal yang sama, An. Mending sekarang cepat cari tahu alasannya. Aku tutup." Tanpa menunggu balasan Windy segera mengakhiri panggilan.
Usai telpon singkat yang dia terima dari Andri, Windy langsung membuang pandangannya ke jendela. Pikirannya carut-marut tak karuan setelah mendengar kabar tentang panti asuhan Rumah Bulan yang dulua ia percayakan sebagai rumah Mahesa untuk melindungi anak laki-laki itu selalu terlindung dari tampias hujan dan teriknya sengatan mentari sebelum ia memutuskan untuk lupa pelan-pelan.
Rumah Bulan tidak lagi kokoh berdiri seperti dulu. Panti asuhan itu mati dan tidak lagi jadi tempat terhangat untuk anak-anak yatim piatu yang tinggal di sana. Alasannya belum diketahui, tapi Windy menyuruh Andri untuk terus mencari tahu. Tidak boleh berhenti sebelum pencarian Mahesa menemukan titik terang.
Setengah jam kemudian Windy dengan terburu-buru melangkah keluar lift. Ia menyapa beberapa orang dan menggumamkan kata maaf karena nyaris terlambat dan membuat Windy harus menggunakan make up artist peserta karena make up artist mentor sudah beranjak pergi lima menit lalu. Gara-gara itu Make up artist juga harus melakukan pekerjaannya dengan buru-buru.
"Duh maaf ya, kak nggak sesuai jadwal."
"Kak Windy makin sibuk ya," tanggap make up artist seraya membubuhkan perona pipi ke wajah selebriti papan atas di depannya.
"Alhamdulillah." Windy tersenyum tipis.
"Eh HP Siapa ini?" Windy malah salah fokus pada hp yang tergeletak begitu saja di atas meja rias memutuskan bertanya.
Si penata rias menoleh, kemudian mengedikkan bahu. "Mungkin punya peserta ketinggalan. Nanti yang punya pasti cariin waktu sadar hp nya nggak ada."
Windy mengangguk dan kembali menatap lurus pada cermin didepannya. Tapi getar sekilas dari sana membuat Windy menarik atensinya pada benda pipih itu lagi.
"Coba lihat aja, kak Win. Siapa tahu temannya yang punya hp menghubungi, buat cari hp temennya," usul nya yang langsung diangguki Windy.
Penata rias itu tidak salah duga. Itu adalah pesan dari kontak yang diberi nama Aksara.
Aksara
Halo, saya pemilik hp ini. Bisa tolong temui saya di waiting room peserta?
KAMU SEDANG MEMBACA
Timeless
Fiksi PenggemarMahesa yang terbuang. Mahesa yang merindukan kasih ibunya. Mahesa yang terlupakan. Untuk segala luka yang tertoreh. Untuk lelah yang tak kunjung usai. Untuk rindu yang tak pernah tersampaikan, dan untuk setiap sakit dari pupusnya harapan. Kisah ini...