[5] KESIALAN DELLA

672 62 11
                                    

Jangan takut. Dia akan menang.
.
.
.
.

"Aaggh," Della menutupi telinganya erat-erat. Ia merasakan dengungan hebat yang terus memekik dan terkumpul di dalam sana. Belum lagi pendengaran tentang MATI yang terus bergema membuat tubuh gadis itu menggigil.

"Della. Kamu kenapa?" Arkan berlari lalu meraih lengan Della. Ia menangkup kedua bahu gadis itu dengan kuat.

"Apa yang sakit? Della?" tanya Arkan dengan intonasi memelan.

"D-dia bilang m-mati," samar-samar Della melihat wanita dengan pakaian berwarna abu-abu yang masih terduduk di sana, tangannya terulur untuk menunjuk, namun mereka. Tak melihat apa-apa.

"Siapa di sana?" tanya Gibran sembari mendekati Della. "Meja itu kosong Dell."

"Kosong?" sangat jelas bahwa dia masih tertawa dengan kuat. Dan setiap kali wanita itu membuka mulut, dengungan tadi menjadi rasa sakit di tubuh Della.

Tidak hanya telinga Della yang berdenyut, jantung dan urat nadinya terasa perih. Seperti ditusuk dengan sangat pelan oleh paku.

"S-sakit," Della tak lagi bisa menopang tubuhnya sendiri. Terjatuh ia didekapan Arkan. Lelaki kekar itu ikut meluruhkan tubuhnya jatuh ke lantai.

Della menepuk jantungnya sendiri yang bergemuruh pedih. "S-sakit," ucap Della pelan. Air matanya mulai menetes begitu saja.

"Della," Arkan menyentuh lembut wajah Della. Ia panik. "Kamu kenapa? Hah. Apa yang sakit? Apa yang sakit sayang?" tanya Arkan tanpa jeda.

"S-semua. S-semuanya," tubuh Della bergetar hebat. Semakin ia mengembuskan napas. Semakin dalam tusukan runcing menembus kulit hingga masuk ke dalam dagingnya.

Seakan terus disayat dengan benda tajam, Della tak lagi mendengarkan suara orang. Ia hanya samar-samar menatap mereka yang terus membuka mulutnya mencoba berbicara.

Bahkan tubuh yang terus ditepuk lembut terasa sangat menyakitkan. Ngilu, sekarang, tangan kirinya seolah sudah hampir putus, hal itu membuat Della menjerit menahan sakit yang teramat sakit.

"Akkhh!" disela rasa perih yang mematikan Della menutup matanya dengan damai. Tak lagi ada rasa sakit yang merobek tubuhnya. Tak ada lagi suara yang menyuruhnya mati. Della, jatuh pingsan di pelukan Arkan.

A N N A D E L L A

"Hoaam," ia mengerjapkan matanya berkali-kali, rasa kantuk terus membunuh gadis yang baru saja terbangun.

Dengan pelan napas Della terhembus tenang, kasur empuk abu-abu bermotif tengkorak itu sangat nyaman ia tiduri.

Belum lagi lukisan indah di sebelah kiri kaca besar membuat Della terpesona. Lukisan gadis cantik dengan rambut tergerai, bermata bulat dan bibir yang tipis, tergambar sangat jelas di hadapannya.

Sesaat Della cengo. "Itu bukanya gue?" Ia menunjuk lukisan besar setinggi ia berdiri terpampang jelas di dinding depan kamar itu.

Della bangkit dengan cepat. Kamar bernuansa abu-abu dengan interior cukup aneh. Kamar siapa?

Ceklek

ANNADELLA [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang