[2] DUA DUNIA

1.5K 100 26
                                    

Berlari sekuat tenaga pun. Langkahmu akan tetap berhenti dititik yang sama.
.
.
.
.

Tuk.. Tuk.. Tuk.. Tuk...

Jalan penuh kerikil terdengar memekik di telinganya. Berdetak riuh saat kaki Della terayun bertemu tanah.

Bekerja katanya? Haaahaa, gadis itu tertawa nyaring.

Tuk.. Tuk.. Tuk.. Tuk.. Tuk..

Tunggu. Itu bukan suara langkahnya, ada orang lain di belakang. Della memutar tubuh dengan cepat, bodoh! Pantang menoleh kebelakang.

Kosong...

Berdetak lagi. Darahnya mulai berdesir ulang. "Siapa kalian?" teriak Della linglung.

Hening...

Ia mulai memandangi sekeliling. Memutar dengan cepat bola matanya, hingga sorotan menajam fokus ke arah rumah yang ia yakini bukan berbentuk semegah itu.

Rumah kayu yang Della tinggalkan beberapa menit yang lalu. Tampak sangat berbeda dari luar.

Wuaa.. Matanya berbinar. Ada kilatan cahaya dari rumah ber-cat keemasan. Rumah dua tingkat di tumbuhi bunga yang mengakar di setiap sisi dindingnya. Daun hijau menjalar, menjadi hiasan gratis.

Dan rumah terakhir yang berdiri di sana. Tepat dibelakang jurang.

Jurang?

Della sontak menutup mulut sangking kaget. Jalan setapak berkerikil dikakinya semakin menipis, yang tadinya bisa di lintasi mobil kali ini hanya bisa dilewati dua orang saja.

Oh shit! Dasar pengumpat.

Sisi kiri dan kanan Della jurang. sepertinya tak terlalu dalam. Jika dilihat dari kabut kemungkinan dua ratus meter ke bawah.

Mati? Coba tes!

Ia terpaku sejenak. Tanpa banyak berpikir Della memutar tubuhnya. Melangkah dari pelan lalu berlari sekencang mungkin. Semakin lama, semakin gelap dan berkabut.

Gadis yang memakai baju tidur bermotif hello kitty itu berhenti. Napasnya tercekat, jalan yang Della tempuh seakan tak ada ujungnya.

"Gila lo ya! Gak ada petunjuk apa-apa gitu supaya gue bisa keluar?" Della menopang kedua tangannya di lutut sambil berjongkok. Dalam keadaan terengah, Della mencari oksigen untuk sesak yang mengukung pernapasan.

"MAMA. BUNDA. MAMI. SIAPAPUN PANGGILAN KALIAN DI LUAR SANA. TOLONGIN GUE. MAU MATI RASANYA! AAAAAA."

Berteriak pun memang tak ada untungnya. Akan membuang-buang tenaga. Tak menyerah, Della mencoba melanjutkan langkah. Meski peluh terus membuat badannya seakan mandi oleh keringat. Sekali lagi. Ia coba sekali lagi.

Tuk.. Tuk.. Tuk.. Tuk..

"Woi lo yang di belakang gue! Kalau gak niat buat bantuin. Jangan ganggu bangsat!" teriak Della tak santai. Mulutnya memang tak pernah bisa di filter. Harusnya dijahit agar Della tak lagi bisa bersuara.

"M A T I."

Empat huruf. Bulu kuduknya meremang.

"Aah, sialan. Gak ada kerjaan lo, nyumpahin orang mati?" Della menahan napas sejenak, mengambil ancang-ancang untuk melangkah. Saat kaki kecil Della mulai berlari tak ter-arah. Pikiran ingin mati malah terlintas diotaknya. Lutut gadis itu seperti jelly tak lagi memiliki tulang.

ANNADELLA [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang