Bukan karena hantu yang membuat kamu takut. Tapi, ketika bayanganmu tak lagi terlihat.
...
..
.
.Della tak melepas pegangan tangannya di lengan Iraya, semakin langkahnya terayun Della semakin memperkuat cengkraman itu.
"Dell, lo kenapa?"
Della membisu. Lorong sekolah yang ada di dalam otaknya tak sama dengan apa yang ia lintasi sekarang.
Di mana semua murid berkumpul, tertawa disetiap dinding sekolah, bahkan bermain kejar-kejaran. Namun, yang ia temui saat ini. Layak disebut kuburan.
Langkah Della terhenti, sayup-sayup teriakan mulai terdengar, namun tak ada siapapun kecuali mereka berdua. Ia memutar kepalanya mencoba melihat ke belakang.
Di ujung lorong sana, semakin lama semakin gelap. Satu persatu cahaya lampunya padam, dan hal itu membuat Della menelan ludahnya menahan takut.
"I-ini di mana Ra? Ini bukan sekolah, kan?" Tanya Della, namun pandangannya tak teralih ke arah ujung lorong itu.
"Ini sekolah paling besar di Jakarta Dell. Kok lo gak tau sih," jawab Iraya, ia juga menarik lengan Della agar gadis itu melanjutkan perjalanannya.
Tuk tuk..
Della gelagapan kala suara nyaring mulai terdengar mendekat. Napasnya memburu sangat hebat, kakinya kelu lagi, ia tak bisa bergerak.
"Dell. Ayo!"
"Gue gak bisa bergerak Ra," pastinya ucapan itu hanya Della yang bisa mendengar, karena ia masih membeku dan melihat ke belakang.
Iraya melirik Della dari sudut matanya. Lalu tersenyum.
Sepersekian detik ia memutar netranya ke bawah, jika tubuh Della terus membeku namun bola matanya bisa bergerak dengan bebas.
Di bawah lampu yang cukup menerangi tegak, Della tak melihat bayangannya sendiri, yang terlihat hanya bayangan dari Iraya, lagi-lagi detakkan jantungnya berkecamuk begitu riuh.
"I-ini sebenarnya kenapa? Kenapa gue gak punya bayangan?"
Puk..
"Della, lo mikirin apa?"
Darah Della memburu dengan hebat, tepukan kuat dari tangan seseorang membuat ia terlepas dari ikatan erat yang mengurung tubuhnya.
Della menekan dadanya yang berdetak sangat kencang. "Arkan," panggil Della dengan napas yang masih tersengal.
"Siapa Arkan?" Lelaki itu mengunyah kerupuk kentang dengan sangat lahap, bukan karena doyan tapi menahan rasa sakit.
"Gue Aslan," tambahnya.
Della seperti orang kehilangan raga, celinguk tak jelas membuat Aslan menatapnya dengan aneh.
"Lo gak ngajak gue mati, kan?" pertanyaan itu terlontar tatkala Della menatap lurus ke bawah.
Pantas saja ia merasakan angin terus menampar tubuhnya, karena saat ini ia duduk santai di pembatas gedung dari tingkat sepuluh sekolah itu. Della melirik sekilas ke samping, menatap lelaki yang ia yakini Arkan itu terus mengunyah kerupuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANNADELLA [Tamat]
القصة القصيرةHai. Selamat berpetualang di dunia Della Dunia Annadella Frasllyn tidak baik-baik saja. Kenapa? Karena ia melihat kematian dirinya dan kematian Araz beberapa kali. Mereka bilang, dunia ini hanya satu, lalu kenapa Della bertemu dunia lain hampir seti...