Kau tahu bagaimana dunia bekerja? Kadang korban bisa menjadi seorang pelaku. Tutup mulutmu dan jaga ucapanmu
---•••---
Agh...
Della menggenggam jemari yang mencengkram lehernya dengan kuat. Sebagian tubuh itu telah terodong hampir saja terjatuh. Saat ia melengos ke bawah, ia menatap lapangan basket dan ia mulai menyadari, ini gedung tingkat sepuluh sekolahnya.
Della kembali menatap siapa yang mencoba membunuhnya, debaran kuat mulai menghantam saat lelaki yang tak lain itu adalah Azka, matanya memerah. Hembusan napas kasar terbuang di wajah Della. Azka, seperti kehilangan separuh dirinya.
"A-azka. Lo mau bunuh gue?"
"Lo harus mati Dell. Gara-gara bayi sialan ini kita terikat, dan gue harus putus dari sofia."
Semakin kuat, Della semakin meringis menahan sakit. Bahkan, sekarang kedua kakinya mulai terangkat, jika saja ia tak memegangi lengan Azka dengan erat ia pasti telah terjatuh dan mati.
Mati? Della teringat lagi hal itu. Tujuannya untuk bertemu Azka hari ini karena ingin menyelamatkannya dari kematian, dan tempat ini lapangan di bawah.
"Itu tandanya. Azka bukan bunuh diri, tapi terbunuh. Lalu siapa? Gue?" Della berbisik sendiri di dalam hatinya. Degupan kuat lagi-lagi berdatangan. Sesaat, ia menatap Azka dengan sangat lekat.
"Azka. Lepasin gue dan pergi dari sini, lo akan mati hari ini. Lo akan dibunuh Azka!"
"Gue yang akan membunuh lo Della."
"Azka_"
"LEPASIN DELLA SIALAN!"
BUGH...
Della tertarik hingga jatuh ke lantai. Saat ia terbatuk dan menunduk, ia mengusap perut yang sama sekali tak buncit, seharusnya ia hamil besar saat ini, sama seperti kejadian di mana Azka mati, ia tengah hamil besar.
Della tertegun, terlebih saat tak ada suara yang terdengar di sana, tak ada pertengkaran antara Aslan dan Azka. Sejenak, ia mendongak memandangi kekosongan.
Bangkit della perlahan, ia masih mencari namun tak jua ditemukan, Azka dan Aslan seolah lenyap ditelan angin.
"Bunuh diri!"
Suara riuh bergema membuat Della tersentak. Menggeleng ia dengan pelan. "Gak. Gak mungkin," gumamnya. Dari sesak yang mulai membunuh ia melangkah pelan menuju pembatas gedung, selangkah lebih dekat, ia menatap dirinya di bawah sana. Berdiri menatap tubuh Azka yang telah terkapar bermandikan darah. Della perlahan mendongak ke atas, menatap dirinya sambil tersenyum tipis. Sama, seperti yang terjadi beberapa hari yang lalu.
Mundur ia dengan getaran mengukung tubuh. Kedua kaki Della tak bisa lagi melangkah, tulangnya melemah sehingga ia terjatuh bertemu lantai.
"Bukan! Gue bukan pembunuh! Bukan gue yang membunuh Azka. Bukan!" pekik Della tak ter-arah. Ia menjambak rambut yang tergerai dengan kuat, bahkan menepuk kepala sendiri menyadarkan, bahwa ini bohong.
Sejuk menyentuh perlahan kulitnya. Ia tahu, semua ini tak hanya, atau ini hanya delusi semata. Tetapi, kenapa sakit seolah abadi dan tak ingin pergi.
"Della."
Langkah kakinya terhenti. Della terdiam tak bersuara saat foto yang terpampang wajah Sofia dan Azka di mading. Getaran kuat menghantam jemarinya lalu ia angkat.
"Satu tahun kepergian Azka dan Sofia."
Perlahan, napas yang sesak ia tenangkan. Sedikit demi sedikit ia menghirup lalu mengeluarkan dengan pelan. "Ini gak benar! Ini gak nyata."
"Della," suara itu lagi, Della menoleh.
"Iraya."
"Lo di sini," gadis itu mendekatkan wajahnya dan berbisik. "Gue menemukan sesuatu?"
"Apa maksud lo Ra?"
"Diary. Gue menemukan diary Sofia dengan cover wajah lo. Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa Sofia meninggal dalam keadaan begitu mengerikan?"
"Della. Lo harus cepat mengambil buku itu sebelum polisi menyangka kalau lo pembunuhnya."
"Diary?" Della hanya mendengar kata itu dan menulikan tentang kematian Sofia yang begitu kejam. Iraya mengangguk dengan cepat.
"Di mana sekarang bukunya?"
"Gudang. Ada di sana."
Della melangkah tergesa yang diikuti oleh Iraya, ia hanya ingin memastikan bahwa buku itu berbeda dengan apa yang selama ini ia dan Araz cari, apalagi tentang wajah dirinya yang terpampang di sana. Itu, sudah sangat aneh.
"Ini Dell," Iraya meraih buku kecil yang ternyata benar sangat Della kenali. Benda yang seharusnya berada di gudang tempat Arkan, sekarang tertera di si sini.
Della dengan cepat membuka lembaran pertama lalu membacanya. Sama, hal yang pernah ia baca masih tertulis rapi di sana, ia membuka lembaran kedua, hembusan kasar mulai terdengar.
"Araz? Apa maksudnya ini Azka? Berarti Sofia dan Araz adalah korban pembunuhan. Dan pelakunya itu…"
Della menghentikan ucapannya. Ia kembali membuka lembaran ketiga dan betapa kagetnya Della saat nama Iraya tertulis di sana, namun.
"Ra," tempatnya berubah lagi. Della menutupi buku yang ia pegang lalu menatap sekeliling ruangan yang gelap. Bau dan berisiknya, Della menyadari ia telah kembali ke dunia Arkan.
"Della di dalam gudang."
Suara Arkan membuat Della tak berkutik. Bahkan hentakkan kaki yang semakin terdengar mendekat membuat debaran tadi mulai menguat. Della melangkah, ia mencari tempat persembunyian hingga akhirnya ia bertemu kardus besar tempat yang sangat cocok untuk menyembunyikan tubuhnya.
Saat pintu terbuka, lampu menyala. Di sana, Della bisa mengintip Arkan dari lubang kecil kardusnya. Lelaki itu tak mencari, ia hanya sibuk mengetik sesuatu dari ponselnya seolah ingin menghubungi seseorang.
"Della tak di sini. Kemungkinan dia masih di dunia Sofia. Ikuti Della, jangan sampai dia mengetahui segalanya. Jangan sampai semuanya jadi kacau."
Arkan memutar wajah seolah mencari seseorang, ia rasa kosong Arkan kembali kembali bersuara. "Pastikan Anna koma di rumah sakit, jangan biarkan gadis itu sembuh."
Dada Della berdenyut pedih. Seketika semua seolah gelap dan tak ada lagi ada Arkan dan suara. Ia masih di sana, Della masih di ruangan itu tetapi, apa yang terjadi sekarang, siapa Anna dan apa maksud dari ucapan Arkan?
Kembali Della teringat kata yang tertulis di buku diary milik Sofia, sekarang tak ada lagi setitik cahaya yang masuk ke dalam ruangan ini lalu membaca ulang. Tentang Iraya yang membuat napasnya memburu hebat.
"Gak. Gak mungkin," Della berucap lirih, ia tak mempercayai kenyataan yang baru saja ia terima, Della memang belum mengenal Iraya sepenuhnya, tetapi gadis yang mirip dengan dirinya…
"Mirip?" Della bangkit dari duduk. Ia teringat nama Anna yang disebut Arkan. Apakah?
"Tolong, antarkan gue kepada Anna!"
"Iraya pengkhianat. Dia telah tewas dibunuh. Sekarang, cari target berikutnya!"
A N N A D E L L A
KAMU SEDANG MEMBACA
ANNADELLA [Tamat]
Short StoryHai. Selamat berpetualang di dunia Della Dunia Annadella Frasllyn tidak baik-baik saja. Kenapa? Karena ia melihat kematian dirinya dan kematian Araz beberapa kali. Mereka bilang, dunia ini hanya satu, lalu kenapa Della bertemu dunia lain hampir seti...