[35] SALING CINTA

286 35 1
                                    

Tanpa aba-aba kamu datang lalu menarikku hingga bertemu hutan tanpa daun, sekarang kamu mendekap dengan akar kedua kaki ini sehingga tak dapat lagi untuk melangkah.

---•••---

Plak

"Pembunuh! Kenapa kamu menjadi seorang pembunuh seperti ini Della?"

Kebas pipi gadis itu saat pukulan kasar bersarang di sana, tanpa aba-aba ia merasakan kesakitan tanpa apa yang ia lakukan sebelumnya, apalagi dengan tempat yang telah berubah, sejak kapan?

Della tatap sorot marah dari wanita yang berdiri, ia lihat juga gadis yang serupa dengannya.

"Anna."

Ia diam, Anna yang dipanggil Della tak bersuara dalam tegak, sedangkan Della memperhatikan sekeliling ruangan yang telah berbeda, kapan ia ke sini?

"Gue tadi mendengar kalimat_" ucapan Della terhenti lalu menatap lagi Anna yang masih bergeming, saat telunjuknya terulur Della mulai bangkit dari duduknya.

"Apa yang lo lakukan? Kenapa lo meminta Arkan untuk membunuh Resti?"

"Berani sekali kamu menuduh adikmu Della, kamu pelaku dari semua ini," bantah wanita itu menggebu, Della menghela napasnya kasar.

"Saya tahu ini semua gak benar, saya juga putrimu, kan nyonya? Kenapa memperlakukan saya begitu buruk?"

"Saya tak pernah membesarkan seorang pembunuh!"

"Dia pembunuh," bantah Della. "Putri kesayanganmu itulah yang sesungguhnya pembunuh nyonya."

"Jaga ucapanmu Della, kamu benar-benar sudah menjadi orang asing di keluarga ini," wanita itu mengembuskan napasnya dengan kasar. "Saya seolah melahirkan putri kembar dengan berbeda tingkah, pembunuh dan penyembuh," ia melangkah semakin dekat lalu menunjuk wajah Della yang kian bergetar. "Apa kamu juga yang telah membunuh suami saya?"

Della bergeming, semakin kuat hantaman yang berdentum saat wanita itu meneriakinya, bahkan tatapan dengan sorot tajam Della terarah kepada Anna yang sekarang tengah berdiam sembari menyunggingkan senyum palsu.

"Apakah kedatanganku ke sini akan mendapatkan jawaban kenapa aku harus dipermainkan?" tanya Della sendu, mereka terdiam.

"Kalau memang benar, tolong buktikan kebenarannya bahwa bukan aku yang berada di balik kisah rumit ini."

Sedetik berlalu saat ia berucap tempatnya langsung berpindah, hutan lebat lagi yang ia temui tetapi kali ini berbeda, ia tak sendiri melainkan bersama Arkan dan Anna, mereka tampak kompak tertawa di sana dengan tubuh yang telah bersimbah darah.

Hal lain yang membuat Della semakin merasa heran, jemarinya tengah memegang ponsel dan ia sedang merekam kejadian itu, sudah berlangsung dua jam dan Della baru menyadari semuanya.

Seketika, tubuh Della mulai bergetar hebat, jemarinya terasa kaku dan gelak tawa yang terdengar nyaring membuat ia membeku tak beranjak.

Dalam hembusan napas tersedak, tempatnya kembali berubah, sekarang tepat di atas atap yang teramat ia kenali, sekolah.

Lagi-lagi mata nyalang itu mulai menatap kejadian yang sangat mengerikan.

Anna, mendorong tubuh Azka hingga meluncur bebas ke bawah, masih sama, ia dengan ponsel digenggaman tetap melekat erat sambil bersembunyi, tapi kenapa malah dirinya yang menjadi kambing hitam atas perlakuan mereka? Pada kenyataan, ini ulah Anna?

"Kenapa lo ingin membunuh Azka?" tanya Anna sembari memiringkan wajahnya.

"Karena Della memutuskan gue demi lelaki sialan ini."

ANNADELLA [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang