[10] LORONG SEKOLAH

373 53 2
                                    

Ulurkan tanganmu, bantu mereka yang sedang tersesat.
...
..
.
.
.

Byurr..

Della terus menghentakkan kakinya agar tangan itu terlepas. Della juga berteriak tertahan.

Ia mulai lelah, Della tak lagi berontak, seluruh tubuhnya telah melemah, hingga tarikan kasar di lengan yang membawa Della keluar dari lubang dalam itu membuat mata Della yang semula bertaut, terbuka ulang.

Sekilas, ia menatap gadis berseragam sekolah terus menariknya hingga sampai ke atas.

"Woi, bantuin gue!" teriaknya. Sontak mereka yang berada di tepi kolam renang langsung berdatangan untuk mengangkat tubuh Della keluar.

"Della bangun," gadis itu menekan dada Della, menepuk-nepuk wajah gadis itu cukup keras.

"Bangun sialan! Lo gak boleh mati gitu aja! Jangan karena cowok brengsek itu lo nyerah!" ia terus menepuk wajah Della, namun tak ada jawaban darinya.

"Minggir!" teriakan cukup keras dan bergema dari seorang lelaki berdengung di sana. Mereka semua yang melingkari Della spontan memberi celah agar ia bisa masuk.

"Della," panggilnya pelan. "Della bangun," ia berucap sekali lagi.

Keheningan Della membuat lelaki itu panik. Tak ada lagi jalan selain napas buatan. Tanpa aba-aba ia mendekatkan bibirnya lalu memberikan sedikit oksigen untuk menolong Della yang tak lagi berdaya.

Kenekatan yang dilakukan oleh lelaki itu membuat mereka menutupi mulut yang menganga bahkan suara bisikan mulai terdengar cukup riuh.

"Uhuuk, uhuuk."

Lelaki itu terduduk, napasnya mulai terhembus tak beraturan, sedangkan gadis yang bersurai sebahu mencoba membantu Della untuk bangkit.

Della kebingungan saat bangun, ia juga melihat ke bawah dan di sana, hanya kolam renang bukan laut yang menenggelamkan dirinya.

Belum lagi seragam sekolah berwarna kuning kecoklatan yang mengurung tubuh, se-irama dengan seragam yang melingkar menatapnya.

"Della" gadis itu memeluk tubuh Della kuat, bahkan sangat kuat. "Lo gak boleh gini Dell, lo gak usah ikutin tantangan Azka. Lo bisa mati sialan!" cercanya. Dan hal itu mampu membuat Della tersenyum cukup bingung, bukan sedih. Tapi pusing.

Sejenak terdiam, lengan Della dicekal kuat oleh seseorang, lelaki yang memberi napas buatan untuknya, lelaki bermata tajam yang sangat Della kenali, lelaki dengan dagu runcing yang setiap hari ia temui. Lelaki, tampan itu.

"Araz?" Della berdiri dengan cepat, tangannya terulur untuk menyentuh wajah yang sangat familiar di penglihatannya.

Namun, tangan kasar lelaki itu menepisnya dengan sangat kuat, perlakuan kasar Araz, berbanding terbalik dengan perlakuan Araz yang berada di gubuk.

"Lo mulai lupa ingatan sekarang! Kebentur kepala lo di lantai hah? Sampai-sampai lo lupa nama gue?"

Della perlahan melepas genggaman tangan Araz, ia memutar tubuhnya dan melihat sekeliling, orang-orang yang justru menatap dengan tatapan aneh.

ANNADELLA [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang