Aku tak bisa menjaga seorang putri
...
..
.
.
.Lorong di sekolah ini tak normal menurut Della, dari setiap jengkal kaki ada lampu hias di atasnya. Namun, sangat redup.
"Ini malam apa siang?" tanya Della dalam langkahnya. Sesekali melirik seseorang yang tersenyum sangat tipis.
"Siang Dell, lo lihat sendiri tadi di atas sana terang."
"Lalu sekarang kita ke mana_" Della tiba-tiba berhenti lalu memutar dengan cepat kepalanya.
"Kenapa? Lihat apa?" Aslan ikut memalingkan wajah menatap ke belakang.
Della menoleh melirik Aslan yang tampak biasa aja.
"Lo gak lihat dia?" tunjuk Della ke arah wanita dengan rambut yang dicepol.
"Yang lo tunjuk gak ada siapa-siapa, tapi." Aslan memiringkan tunjuk Della ke sebelah kiri, tepat kepada lelaki yang tengah memegang ponsel. "Orang adanya di sana," sambung Aslan.
Della menjatuhkan telunjuknya dan mengabaikan ucapan Aslan, ia justru terus memandangi wanita dengan kilatan tajam di kedua bola matanya. Kebencian.
Della menghela napas pelan, ia akhirnya menyadari ada hal-hal yang hanya ia sendiri yang bisa melihat dan merasakan.
"Ayo ke kantin, tapi gue anter sampe depan doang ya, gue gak berani masuk."
Della hanya mengangguk cepat, tak masalah baginya, yang penting ia bisa memastikan kalau Gibran dan komplotannya memang ada di sana.
A N N A D E L A
"Gibran?" Della membulatkan netra ketika baru berdiri di depan kantin, pandangannya telah dulu sampai di kursi paling belakang, tempat mereka semua berbincang.
Ia tak memperdulikan siswi-siswa yang menatapnya sambil berbisik, Della hanya mempercepat langkah ke arah lelaki yang saat ini sedang menatapnya.
Della tersenyum. "Gibran, Beny, Danu," panggilnya penuh semangat.
"Eh babu," singkat Beny sambil mengangkat jemari untuk menunjuk.
"Disuruh apa lagi lo sama Azka?" tanya Gibran sinis, ia menyesap minuman dinginnya dengan sangat cepat tanpa menatap.
"Lo gak capek nurutin keinginan Azka?" Danu menimpali.
Della meraup udara dengan kasar lalu ia buang, ia tahu ketiga lelaki ini memang bersikap tak sesuai dengan harapannya. Tetapi, ia menemukan mereka di sini dengan sikap yang jauh lebih buruk.
Della menopangkan kedua tangannya di meja sedikit menunduk. Ia menatap mereka berempat secara bergantian.
"Oi, si rambut belah samping!" soraknya. "Kayaknya lo punya dendam pribadi deh sama gue. Gak di mana-mana bawaan lo nge-gas mulu."
"Lo, lelaki yang punya anting," Della menelisik wajah Gibran yang kebingungan. "Tukang ngadu sama bos, awas lo ya kalau kita sempat ketemu lagi. Gue patahin leher lo!" mata mereka membulat sempurna kala ia mendengar Della berbicara tak lagi wajar.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANNADELLA [Tamat]
Short StoryHai. Selamat berpetualang di dunia Della Dunia Annadella Frasllyn tidak baik-baik saja. Kenapa? Karena ia melihat kematian dirinya dan kematian Araz beberapa kali. Mereka bilang, dunia ini hanya satu, lalu kenapa Della bertemu dunia lain hampir seti...