[7] KE TEMPAT AWAL

460 56 10
                                    

Bukan kekosongan yang membuatku sepi. Tapi, kehilangan.
..
.
.

Della membuka matanya beberapa kali, bersamaan dengan rasa sakit terus memberontak di dalam sana yang membuat Della menepuk dengan kuat kepalanya.

Belum lagi bau kayu jati yang menusuk hidung. Dalam samar, ia menatap sekelilingnya telah berbeda. Bukan, tapi kembali ke tempat awal.

Della bangkit dengan cepat. "Agh. Sialan," ia merasakan kengiluan yang mendalam. Kali ini bukan tubuhnya tapi pergelangan tangan Della seakan putus dari tubuh.

Sejenak, air mata Della menetes dengan deras, sakitnya seakan tak lagi bisa ia tahan.

"S-sakit," lirih gadis itu menahan perih. Ia meneliti kedua pergelangan tangannya yang tampak baik-baik saja. Bahkan ia juga kebingungan, dari mana asal sakit yang begitu mengerikan.

Masih betah duduk di atas kasur, Della juga betah dengan pikiran buruk yang berkecamuk di dalam otaknya. Sedetik berlalu, ia kembali ingat seseorang yang menghuni rumah ini.

"Araz! Di mana lo? Keluar!" Teriak Della tak ber-arah. Ia tak yakin apa lelaki itu beneran datang setelah Della panggil. Namun.

Brak..

Jendela di samping kanan Della terbuka cukup lebar, ber-iringan dengan angin kencang menampar tubuhnya. Sontak, Della menekan dadanya yang berdetak tak tenang.

"Lo manggil gue?"

Gadis itu melengos dengan cepat ke sebelah kiri. Tepat di sana, Araz tengah bersedekap dada dengan wajah yang datar. Lelaki berdagu runcing itu menautkan alis bingung.

"Lo udah ketemu Arkan?" tanyanya tanpa basa-basi.

Della menyeringai tipis. "Gila lo ya. Gue hampir mati di sana, dan lo malah menanyakan lelaki sialan itu!" sentak Della dengan amarah yang bergejolak, hal itu membuat Araz melepas lipatan tangannya dan ikut duduk di sisi ranjang.

"Jadi, seminggu lo di luar sana, sama sekali gak ketemu Arkan?"

Debaran kuat mengantam jantungnya, apa ini lelucon? Della terkikik. "Seminggu dengkul lo? Satu hari gue di sana udah hampir mati sialan!" pekik Della cukup geram. Ia bingung dengan semua situasi yang terus membolak-balikkan perasaannya.

Araz membalas kekesalan Della dengan tawa keras. Ia menepuk tengkuknya sendiri frustasi. "Lo udah seminggu pergi dari rumah ini Della. Gila lo cuma sehari," balas Araz meyakinkan.

"Gue capek ya. Capek tau gak? Setiap kali gue bangun, pasti di hari yang berbeda. Gue gak tau kapan terakhir kali gue tertidur. Dan kemudian terbangun di dua hari berikutnya."

Della menepuk dadanya yang berdenyut sangat sakit. Ia tak paham dengan dunia yang saat ini Della singgahi. Semuanya benar-benar tak wajar.

"Lo hanya mikirin diary dan lelaki sialan itu?" tanya Della.

Araz memutar kepalanya lalu menatap Della. "Jadi. Lo udah ketemu sama dia?" Araz masih dengan semua rasa penasarannya. Tak peduli dengan kata sakit yang gadis itu ceritakan.

Della mendengus geram. Bagaimana bisa Araz tak menaruh belas kasih padanya, dan terlihat sangat santai. Sesaat, Della kembali menatap Araz dengan lekat.

ANNADELLA [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang