[21] SIAPA PEMBUNUH SEBENARNYA?

305 46 1
                                    

Ada banyak binatang buas yang mungkin bisa dibunuh, tetapi kamu justru membunuh diri sendiri?

---•••---

Della berlari sekencang mungkin dari gudang. Mengejar angin yang semakin tak bisa ia gapai. Derap langkah Della memekik di ruangan yang tampak sangat kosong. Ia, Della masih meyakini satu hal, tak ada orang atau siapapun yang bisa ia lihat di sekolah aneh ini.

Semakin lama, semakin sesak hingga angin tak lagi bisa ia hirup. Mereka menjauh dan memberi jarak kepada gadis dengan lika-liku di hidupnya. Della menghentikan langkah. Menopangkan kedua jemarinya di lutut, hingga saat itu jugalah. Dunia Della kembali berubah.

Tak ada lagi keramik. Tak ada lagi ruangan kosong, berganti dengan tanah lembab seperti habis disiram hujan lebat, daun hijau mengakar bahkan tumbuhan kecil melingkar di sepatu Della. "Hutan," gumam Della dengan napas yang memburu. Bukan masalah hutannya. Tetapi, ini tengah malam.

"Dell."

"Agh!" Della berjongkok, menutupi telinga lalu terisak. "L-lo siapa? Jangan bunuh gue."

"Ini gue Dell. Aslan."

"Aslan?" mendongak Della menatap lelaki yang sangat ia kenali. Aslan, tengah memegang pisau yang telah bersimbah darah.

Bangkit Della perlahan. Hingga di saat tatapan mata Della terfokus tubuhnya melemah seakan tumbang. Tenaga Della habis kala memperhatikan apa yang berada di bawah kakinya. Tubuh manusia yang sudah terpotong beberapa bagian.

Lelaki itu tertawa. "Sofia, telah berhasil kita bunuh Della."

"Gak!" menggeleng ia sekuat tenaga. "Katakan ini bohong! Kembalikan gue! Gue ingin pulang!"

"Dell."

"Mundur Aslan, jangan mendekat! Gue bukan pembunuh. Gak!"

"Dia mati dari tangan lo Della."

"Apa maksud lo Aslan?"

"Coba lo lihat darah yang menetes di sana?"

Memang benar. Kedua jemari Della dipenuhi darah segar. Bahkan baju sekolah yang ia pakai terkena cipratan darah. Seolah-olah Della menusuk beberapa bagian sehingga air kental berwarna merah itu mengenai seragamnya.

"Apa yang terjadi? Kenapa gue membunuhnya?"

"Karena Azka. Lo gak mau kehilangan dia dan bayi itu, sehingga membunuh Sofia akan menghilangkan satu pengacau. Iya, kan?"

Tubuh Della bergetar hebat seiring dengan napas yang tersengal. "Tapi gue gak pernah ingin membunuhnya Aslan. Itu bukan gue. Itu Della yang lain."

"Apa semua psikopat berkepribadian ganda? Ia seolah menjadi korban padahal pelaku."

"Gue bukan pelakunya Aslan!"

"Lo gak bisa menyangkalnya Della. Karena gue saksi perbuatan lo beberapa jam yang lalu. Bagaimana brutalnya lo mencabik-cabik tubuh Sofia, bahkan mencokel kedua bola matanya sehingga gadis itu menjerit memilukan."

Telinga Della tak rusak. Ia mendengar sangat jelas penuturan Aslan yang membuat bulu-bulu di tubuhnya meremang. Meneguk air liurnya pun terasa sangat pedih. Apa ini benar?

"Sekarang, bagaimana cara kita pergi dari sini? Bagaimana kalau kita tertangkap Aslan."

"Ke rumah gue. Kita bersembunyi di sana."

"Jauh?"

"Dekat."

Della mengikuti Aslan setelah ia mengubur potongan tubuh Sofia. Menggigil kakinya mengejar langkah Aslan di depan. Semakin lama, semakin jauh dari jalanan ramai. Ini seperti kembali ke dalam hutan dan aneh sekali, jalan ini seperti jalan yang pernah ia tempuh.

ANNADELLA [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang