[4] MEREKA SEMUA SIAPA?

711 77 20
                                    

Bertemu orang penting di dunia lain.
.
.
.

"DELLA!"

Kaki Della langsung kelu. Tubuhnya menegang lantaran suara berat lelaki memanggilnya di ujung sana. Meski bukan perempuan yang kemarin meneriakinya namun Della enggan menoleh.

"Fix. Mati lagi nih gue," ia bergumam dengan perasaan yang berkecamuk, masih dengan posisi berdiri tegap Della tak ingin memutar penglihatan.

"Dell?"

"Astaga. Dia hampir sampai."

Puk...

"Ampuun. Ampuunn," ia berjongkok lalu menutupi telinga. Tepukan keras di pundaknya tadi membuat jantung Della seakan mencelos keluar.

"Gue gak mau mati lagi. Gue gak mau kecelakaan lagi. Lain kali, gue gak mau minta keluar dari sini lagi. Gue_

"Woii Della. Kenapa lo? Ini gue Gibran," Ia menepuk beberapa kali dadanya sendiri. Meski Della masih betah dengan posisi berjongkok. Lelaki itu menatap sedikit bingung.

"G-gibran?" Ia mendongak lalu berdiri. Meneliti raut lelaki berkulit kuning langsat itu teliti. Menoel pipi Gibran tepat di sisi kiri wajahnya.

"Gak hantu, kan?" tanya Della dan mengabaikan jari telunjuknya yang masih menempel di sana.

"Hantu?" Gibran menepis kasar tangan Della lantaran risih wajah mulusnya ditusuk dengan lancang oleh gadis itu. "Lo gak kesambet dedemit, kan?" Ia meletakkan punggung tangannya di kening Della.

Napas Gibran berembus dengan kasar. "Lo sehat kok," ucapnya.

Gibran meneliti raut wajah yang tampak sangat aneh. Rambut tergerai sepinggang dari Della jelas tak tersisir lebih dari dua hari. Dan pakaian.

"Lo kenapa masih memakai hoodie Arkan?"

Mata Della membulat. Dia gak salah dengarkan. Arkan?

"Lo ngomong apa?" Della menunjuk Gibran tepat di depan matanya. Lelaki itu memilih mundur pelan-pelan.

"Lo gak sakit Della. Kenapa bertingkah kayak orang sakit gitu," cetusnya.

Della menurunkan jemari bersamaan dengan netra yang menunduk menatap sesuatu yang berbeda dari penampilannya.

Memakai celana jeans berwarna hitam dan sendal jepit cantik menemani kakinya. Belum lagi hoodie berwarna hitam yang hampir menenggelamkan tubuhnya sendiri.

Kegedean.

"I-ini, baju siapa?" Ia menarik ujung hoodie itu cengo. "Terus, baju tidur hello kitty gue kemana?" Pekiknya.

Gibran mendengus kesal. Beberapa kali ia memukul tengkuknya sendiri tatkala merasa pusing, lelaki sok keren dengan anting di telinganya itu mengekspresikan wajah sedikit geram.

"Semalam lo kedinginan kunti. Makanya Arkan menyuruh lo make hoodie dia," sungut Gibran bernada. "Dan lo ngapain bertapa di trotoar kek gini. Arkan udah nungguin lo di warung noh."

"Semalam? Haahah," Della tertawa layaknya kunti yang di sebut Gibran barusan. Hal itu benar saja membuat kening Gibran mengernyit sakit.

ANNADELLA [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang