Bunuh aku jika bisa membuat keadaan hatimu damai.
---•••---
Berhasil. Hanya karena Della memikirkan nama Anna ia kembali ke tempat tujuan. Tetapi, ini bukan rumah melainkan jalan raya. Dan trotoar ini, tempat pertama kali ia bisa keluar dari gudang.
"Ini bukannya jalan saat gue ditabrak?" tanya Della bingung, ia menelisik segala arah namun tak menemukan apa-apa. Kembali Della menunduk menatap pakaiannya, benar. Ini baju hello kitty yang pertama kali ia pakai.
Sejenak, debaran kembali menguasai. Jika ia menyebut nama Anna dan kembali ke sini, jangan bilang bahwa itu dirinya yang berada di dunia Araz.
"ANNA!"
Suara itu. Panggilan kuat itu dan suasana ini, sama seperti yang terjadi. Della menoleh, menatap ke ujung jalan yang ternyata dirinya tengah melangkah mendekat, ini bahkan sama persis saat awal dirinya kecelakaan. Semakin dekat gadis itu kaki Della semakin kelu untuk sekadar bergerak. Ia ingin berlari mengejar, namun kaki Della semakin terasa diikat.
"Anna. Dengerin gue, ada yang akan nabrak lo An_" saat lintasan angin dari Anna berembus. Della baru menyadari bahwa gadis itu tak bisa menatapnya.
"Ini berbeda. Saat itu, dia bisa melihat gue dan menunduk dengan sopan. Tapi kali ini?"
"ANNA!"
"Satu… dua… tig_"
Bruukk..
Kecelakaan dirinya, terulang lagi. Sekarang bukan ia yang mengalaminya, melainkan gadis yang serupa dengan wajah Della. Sakit, jelas bukan ia yang merasakannya tetapi sesak justru menghantam dada Della yang membuat ia berjongkok sembari menepuk dada.
Della mengangkat wajah. Seketika, Anna dan Sofia yang berada di jalanan menghilang.
"Tunggu. Bukannya ini pernah terjadi dua kali?"
"ANNA!"
"Benar," tebak Della lalu bangkit. Masih sama, ia hanya jadi penonton untuk yang kedua kali, bedanya, sekarang Della bisa melihat siapa pelaku yang menyebabkan kecelakaan itu terjadi.
"Arkan?"
Saat semuanya hening, tak ada mobil ataupun keramaian di sana, Della menatap Arkan yang juga tengah memperhatikannya dengan sangat serius. Seolah waktu berhenti berputar, dan pandangan mereka membeku beberapa menit.
Setelah lama bungkam, jantung Della kembali berdetak. Ia terjatuh lagi lalu menekan dada yang terasa amat sakit, saat itu jugalah mereka semua menghilang, termasuk Anna dan Sofia.
"Agh," remasan semakin Della perkuat, kenapa rasanya sesakit ini. Atau, kenapa ia merasakan sakit lagi.
"Ke mana semua orang? Ke mana Anna, ke mana Sofia?" tanya Della terbata. "Aah, sialan. Terus gue harus cari mereka ke mana?"
Della meremat ujung bajunya dengan kuat, ini seperti bukan dirinya yang begitu amat lemah, bahkan setiap detakkan dan tapakkan kaki tubuh Della berubah menjadi sakit.
Dalam tarikan napas kasar Della kembali merasakan ada yang berbeda, hawa dingin menyerang seolah terjadi angin yang berembus cukup kencang, sepersekian detik langkah yang berlari mulai terdengar, semakin lama suara itu berdengung hebat.
"Wah gila sih. Ini apa?" Della menggerutu dan juga panik. Sebisa mungkin ia menetralkan detakkan lalu mengancang-ancang untuk kabur, dan dalam hitungan ketiga, Della berlari sekuat yang ia bisa.
Tak lagi bisa memikirkan apapun, ia hanya melangkah sesuka dan tak peduli apa yang ia tempuh, karena semakin kencang pijakkan Della, semakin berat langkah itu terayun.
Tetapi kali ini berbeda, waktu seolah berputar lebih cepat dan kegelapan mulai menyelimuti. Hingga.
Tik..
Tak ada lagi cahaya. Tak ada setitik lampu. Hitam pekat menyelam yang membuat Della bergidik ngeri.
"Jangan bercanda? JANGAN GILA! KENAPA KALIAN MEMPERMAINKAN GUE SEPERTI INI? SIAPA KALIAN? JAWAB!"
Terpekik Della dengan keras, berkeliling mencari celah namun sia-sia, ia seakan buta di sana.
Saat semua hiruk pikuk terdengar Della mulai merasakan keheningan. Langkah kian ia perlambat hingga.
Brukk...
"Agh."
"Maaf."
Della mendongak, menatap suster yang baru saja keluar dari ruangan yang saat ini ia tatap.
"R-rumah sakit?" lagi-lagi ia menoleh, memperhatikan punggung suster yang berjalan melangkah lalu menghilang di ujung lorong. Sepi, seperti kuburan yang tak berpenghuni.
Saat itu juga, Della tertawa cukup nyaring. "Kalian mempermainkan gue? Kenapa gue bisa berada di sini? Apa-apaan ini? Gue gak pernah memikirkan siapapun?" teriaknya. Namun, tak ada suara yang bisa ia dengar.
"Kamar ini, tempat siapa?" Della mencoba mengintip dari kaca pintu, melihat gadis yang sekarang tengah terlelap diiringi mesin nyaring dari EKG, pelan ia menyingkapi pintu itu lalu masuk.
"G-gue. Itu gue."
Ia beranjak mendekat, sangat-sangat pelan agar sampai sembari membekap mulut sendiri.
"A-apa ini? Kenapa gue terbaring di sana. Dunia siapa ini?"
"Della."
Panggilan dari suara yang sangat ia kenal membuat ia mencari sumbernya. Berputar wajah Della ke samping, menatap gadis yang tengah duduk di sofa.
"Iraya?"
"Siapa Iraya," jawabnya lalu bangkit. "Ini gue, Yeri, ngapain lo ke sini? Mau nyakitin Anna lagi?"
"Tunggu. Gue?"
"Lo yang menyebabkan Anna kecelakaan Della!"
"Bukan gue! Arkan, dia yang menabrak Anna lalu pergi gitu aja."
"Siapa Arkan. Dan dari mana lo tahu tentang lelaki yang menabrak Anna lalu pergi gitu aja?" Yeri semakin mendekat, namun Della mundur beberapa langkah. "Lo juga yang telah membuat hubungan Anna dan Azka hancur Della."
Della menggeleng. Keadaan gila macam apa ini? Kenapa semua orang menuduhnya jahat dan selalu beramsumsi bahwa ia penyebab segala hal. Della juga korban, ia tak mengingat apapun, yang ia tahu ada dunia lain di dalam dunianya.
"Ra, lo Iraya. Teman gue, bukan Yeri."
"Jangan pura-pura bodoh Della. Gak ada nama-nama yang lo sebutin di dalam lingkungan kita."
Ceklek...
"Ngapain kamu ke sini pembunuh!"
Wanita itu mencengkram bahu Della lalu memutar untuk bertatapan. Sesaat.
Plak
Plak
"Pembunuh!"
"Agh," kedua jemari wanita paruh baya itu bersarang di lehernya. Ia mencekik dengan sangat kuat membuat napas Della tak bisa masuk. Belum lagi tamparan dikedua wajahnya membuat Della meringis menahan pedih.
Sedangkan gadis bernama Yeri, bersedekap dada tak mau membantu.
"L-lepas. S-sakit."
"Kamu bukan putriku. Kamu pembunuh yang layak untuk mati! Seharusnya kamu yang berada di sana. Gantikan posisi Anna!"
Tes..
Tetesan yang meluruh hebat membanjiri wajah Della bahkan terjatuh di jemari wanita itu. Tangannya ia lepas membiarkan dirinya untuk dibunuh hari ini.
Della merasakan kesakitan yang abadi saat ucapan tadi terlontar, ia tak mengerti namun dipaksa memahami. Ia tak bisa mengatakan kalimat apapun saat lehernya dicekik dengan kasar.
"B-bunuh aku," dua kata berhasil keluar dari mulut Della yang membuat wanita itu melepas cengkraman. Ia juga mendorong kasar tubuh Della yang membuat gadis itu tersungkur ke lantai. Ngilu, lututnya terasa remuk seketika.
A N N A D E L L A
Jangan lupa vote dan komennya ya kak..
KAMU SEDANG MEMBACA
ANNADELLA [Tamat]
Short StoryHai. Selamat berpetualang di dunia Della Dunia Annadella Frasllyn tidak baik-baik saja. Kenapa? Karena ia melihat kematian dirinya dan kematian Araz beberapa kali. Mereka bilang, dunia ini hanya satu, lalu kenapa Della bertemu dunia lain hampir seti...