[14] SIAPA?

324 42 3
                                    

Della itu manusia, tersingkir dari dunianya.
•••
••

Telinga Della berdengung hebat, sakit di bagian kepalanya seakan membunuh secara perlahan. Samar-samar ia mendengar seseorang berteriak cukup lantang.

"PEMBUNUH!"

Dalam pelukan Aslan Della tak bisa bergerak, semakin lama cengkraman lelaki itu semakin menyakiti tubuhnya.

"L-lepas," ia terpekik tertahan.

"Della."

"Della."

Panggilan dari orang-orang yang berbeda mulai mengacau pendengarannya, Della masih membekap mulutnya dengan sangat kuat.

"PEMBUNUH!"

Della merasakan lebih dari itu. Guncangan tangan kasar seseorang mulai membuat tubuhnya terasa hancur, semua yang berdetak seakan disilet terasa amat perih.

"Bawa gue pulang," ucap Della terbata.

"Gue ingin pulang, Araz."

Bruukk

Tubuh Della terasa ringan, ia melayang di udara beberapa detik lalu berakhir di aspal kasar yang membuat kulit di lengannya mengelupas.

Sakit kian membunuhnya, memekikpun mulut Della tak bisa mengeluarkan suara. Hingga dikedipan kedua, tempat itu tak lagi memiliki lampu.

Gelap gulita.

A N N A D E L A
•••

Suara mesin EKG terdengar sangat nyaring membuat telinga Della terasa penuh. Pelan tapi pasti ia mencoba membuka mata, memejamkan beberapa kali hingga benar-benar terbuka lebar.

"Gue manusia?"

Ia mengangkat kedua tangannya yang telah diperban, bahkan tubuh Della terasa ringan dan tak ada rasa kesakitan di sana, ia bebas berdiri dan bangkit kapan saja. Namun.

"Hiks. Della."

Pasutri yang ia temui di gubuk, kenapa bisa bertemu mereka lagi di rumah sakit, lalu siapa yang mereka tangisi, dirinya?

"Maaf, tante, om, Anda siapa?" tanyanya.

Tak ada jawaban, mereka terus menatap ke bawah saat Della telah bangkit dari brankarnya. Hal yang semakin membuat Della merasa aneh, suara mesin EKG itu terdengar semakin nyaring.

Della memutar kepalanya dengan cepat, menatap tubuhnya yang terbaring dengan lemah di sana.

"I-ini, gue," Della cengo, meneliti wajah yang sangat serupa. Ia juga merentangkan kedua telapak tangan lalu ia perhatikan dengan lekat. Saat tatapan Della bertemu dengan wanita paruh baya itu ia bangun dan berdiri.

"Ayo Yah, kita pulang," ajaknya tanpa melihat Della yang tengah berhadapan dengannya.

"Ayo Bun, biarkan Della tidur lebih lama dari ini."

Sesak dan pedih bersarang yang membuat Della tak paham, ia mulai beranjak cepat melangkah ke hadapan mereka yang sekarang telah memutar tubuh. Namun, ketika kaki itu terayun mereka bisa menembus Della seperti asap.

ANNADELLA [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang