Part 6: Confession

1.7K 238 11
                                    

R  E  U  N  I  O  N
————————

Di depan meja riasnya, Bian duduk melamun menatap dirinya yang sudah rapih dengan pakaian kantor casualnya, pikirannya masih berada pada kejadian semalam hingga lamunan Bian buyar kala mendengar ponselnya berdering. Ia melihat nomer asing memanggilnya, khawatir itu adalah telfon penting Bian segera mengangkatnya.

"Gue udah sampai."

Di depan gedung apartemen Bian melihat Range Rover Sport putih terparkir di sana, perlahan kaca mobil itu turun lalu menunjukkan Januar di bangku kemudi. Bian hampir terkesima melihat wajah tampan Januar. Surai hitamnya tersisir ke samping dengan rapih membuat garis wajah eurasiannya telihat jelas tanpa cela.

"Hai," sapa Bian berusaha untuk tidak kikuk. Suana canggung di dalam mobil ini terasa sangat jelas.

"Hai." Januar berucap lirih dan melirik Bian singkat. Dia berusaha untuk tidak terpaku pada wanita di sebelahnya yang begitu sangat cantik pagi ini. Ia pun melajukan mobilnya meninggalkan kawasan apartemen.

Seperti ucapannya semalam, Januar mengajak Bian untuk sarapan terlebih dahulu di salah satu artisan bakery. Sejujurnya sarapan seperti ini bukan kebiasaan Bian, baginya meminum air putih atau memakan sisa cemilan semalam sebelum berangkat kerja itu merupakan sarapan.

Bian menyantap sarapannya dalam keheningan, sesekali ia melirik Januar yang bersikap seolah tak terjadi apapun. Ia seperti orang yang amnesia, sikapnya terlalu santai untuk ukuran seseorang yang telah menyatakan perasaannya.

"Lo pulang kerja jam berapa?"

Bian melirik Januar. "Jam 5."

Januar mengangguk-anggukan kepalanya lalu kembali menikmati sarapannya, melihat reaksi Januar membuat Bian tidak kuasa untuk mendengus samar.

Bian akhirnya bisa menghirup napas lega setelah ia sampai di kantornya, buru-buru ia melepas sabuk pengamannya.

"Gue harap lo nggak terlalu mikirin ucapan gue semalam ... tapi gue juga serius sama lo, Bian."

Mendengar itu Bian menoleh, ia menatap Januar cukup lama sampai akhirnya menghela napas. Sejujurnya ini terlalu tiba-tiba dan tidak terduga, bagaimana Bian bisa menerima keadaan begitu saja ketika orang yang sudah sekian lama tidak dilihatnya itu menyatakan cinta. Bahkan setelah lulus SMP tidak sekali pun Januar terlintas dipikiran Bian, dia hanya seseorang yang Bian kenal karena pernah berada di kelas dan sekolah yang sama, tidak lebih dari itu. Mengetahui bahwa Januar menyukainya selama itu tentu saja sulit untuk diterima oleh kenyataan.

"Makasih buat sarapan dan tumpangannya," ujar Bian memililh untuk mengganti topik dan segera keluar dari mobil Januar.

***

Di dalam sebuah Café yang terlihat cukup lenggang, seorang wanita dengan potongan rambut pendek bernama Celine duduk sambil menikmati Americano dinginnya, beberapa kali ia mengecek jam tangannya. Sampai akhirnya perhatian wanita itu teralih ketika pintu café itu terbuka dan sosok yang ditunggunya sudah datang sedang melangkah ke arahnya dengan senyuman tipis.

Wanita dengan rambut sepanjang bahu yang terurai dan dress musim panas itu duduk di hadapan Celine yang menatapnya dengan dingin.

"Sorry ya Cel, lama. Gue ngurus sesuatu dulu tadi."

"Oh it's okay, gue cuma mau ngomong bentar doang kok."

"Lo buru-buru? Kita baru ketemu lagi loh setelah hampir setengah tahun lo nggak balik-balik. Gimana kabar lo?"

"Kabar gue baik, thanks."

Melihat reaksi Celine yang sepertinya tidak tertarik untuk berbasa-basi dengannya membuat senyum wanita itu perlahan luntur. "Jadi apa yang mau lo omongin?"

ReunionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang